Strangers👁

358 59 7
                                    

"Jeno, Jeno, bangun Jeno." Jaemin menggoyang-goyangkan pelan badan Jeno yang masih tertidur lelap membalakangi Jaemin.

"5 menit lagi, bu..." gumam Jeno sembari menarik ke atas selimut yang berada di bawahnya untuk menutup seluruh badannya. Jaemin yang sedari tadi berada di sampingnya, berusaha membangunkannya hanya terkekeh.

"Jeno sayang~" ucap Jaemin, dengan menyentuh-nyentuh pipi Jeno berkali-kali dengan jari telunjuknya. Hal itu membuat Jeno terbangun, dan ketika Jeno membuka matanya, dan mendapati wajah Jaemin yang berada tepat di samping miliknya. Jaemin menatap Jeno di kedua matanya, tersenyum manis mengatakan,

"Bangun Jeno, kita harus berangkat sekolah."

Jeno yang terkejut dengan jarak antara wajahnya dan Jaemin sangat dekat, seketika itu juga dengan cepat memalingkan wajahnya ke arah berlawanan, lalu mendorong badan Jaemin

"Ah, kau benar!" Pipi Jeno memerah,

Apa-apaan tadi itu?

Lalu Jeno tersadar akan sesuatu, ia melihat Jaemin yang sudah memakai seragam sekolah, darimana dia dapat seragam sekolah? Jeno teringat, kalau dia menuliskan bahwa Jaemin bersekolah di sekolah yang sama dengan dirinya ketika ia menggunakan aplikasi ajaib yang ada di di ponselnya itu.

'Tunggu, bagaimana caranya dia ke sekolah? Dia kan bukan murid di sini? Apa aplikasi itu sudah mengatur semuanya?' Jeno bertanya-tanya dalam hati, ia tak habis pikir betapa ajaibnya aplikasi yang menyediakan layanan seperti itu secara gratis.

Jika orang lain yang memiliki aplikasi akan berpikir hal apa yang mungkin terjadi setelah menggunakan layanan aplikasi tersebut, hal itu tidak terpikirkan oleh Jeno.

Jeno bergegas turun dari tempat tidurnya dan bersiap-siap untuk ke sekolah. Setelah selesai mengatur seluruh buku-buku, tas, dan perlengkapan sekolah lainnya, Jeno pergi menuruni tangga untuk mengambil sepatunya. Jaemin mengikutinya dari belakang,

"Jeno, ibumu tadi mengatakan sesuatu padaku. Katanya, ia akan pergi selama tiga hari dan menitipkan uang saku padamu, ini." Jaemin mengulurkan tangannya memberikan amplop putih pada Jeno "Katanya, gunakan dengan baik, jangan boros."

Jeno memasukkan amplop tersebut ke dalam tas sekolahnya. Setelah itu mereka berdua keluar dari rumah Jeno, dan berjalan kaki ke sekolah yang letaknya tidak jauh dari rumah Jeno.

Jeno yang berjalan di depan Jaemin, tiba-tiba merasa tangan digenggam oleh lelaki tinggi itu,

"Kau seharusnya berjalan di sampingku, bukan di depanku." Jaemin tertawa kecil, melihat tingkah pacarnya yang aneh itu. Jeno mengangkat alisnya.

"Um, baiklah.." Jeno mendekatkan badannya dan berjalan di samping Jaemin. Sungguh, ini pertama kalinya Jeno memiliki seorang pacar, tetapi ia sama sekali tidak tahu apa yang harus ia lakukan, bisa dibilang agak canggung.

Kemudian, Jeno menatap wajah Jaemin, ia mengamati wajah lelaki berambut coklat itu. Parasnya yang tampan, membuat Jeno tidak mampu melihatnya lama-lama, Jaemin yang merasa diperhatikan sedari tadi, menoleh ke Jeno.

"Ada apa Jeno? Ada sesuatu di wajahku ya?"

Iya, Jaemin, yaitu ketampanan :).

'Aku tidak sedang bermimpi kan?' Kata Jeno dalam hati.

Jaemin yang melihat Jeno terus menatapnya, langsung memegang kedua pipi Jeno, seketika itu juga Jeno terbangun dari lamunannya

"Jangan menatapku terus, perhatikan jalanmu. Kau bisa terjatuh."

Tidak mungkin Jeno terjatuh, tangannya kan sedang dipegang oleh Jaemin :).

"Jeno, bagaimana keadaan kakimu? Apa sudah baikan?"

"Sudah, rasa sakit mulai berkurang." Jeno tersenyum.

Akhirnya mereka tiba di depan sekolah, ketika baru melewati gerbang sekolah, Jeno langsung melepaskan genggaman tangan Jaemin, dan semua mata langsung tertuju pada lelaki tinggi berambut coklat yang sedang berjalan di samping Jeno itu. Jeno bisa mendengar suara-suara orang yang sedang membicarakan mereka berdua.

"Woah, gila, itu murid baru yah?!"

"Tampan sekali, seperti idol saja!"

"Wah, wah wajahnya terasa familiar. Seperti pernah melihatnya di tv."

Suara-suara yang kebanyakan berasal dari murid-murid perempuan di sekolahnya itu, membuat Jeno sedikit bangga ketika pacarnya itu dipuji. Tetapu, sebagian terdengar sedang menyinggung Jeno.

"Serius? Kenapa masih ada yang mau berteman dengan si bodoh itu?"

"Aku tak habis pikir, apa yang dia lakukan pada lelaki malang itu? Hahahahahah. Bisa-bisanya dia mau dengan Jeno!"

"Hei, kalian bisa lihat perbedaan dari dua orang tersebut. Sangat berbeda jauh level mereka."

Yah, Jeno sudah biasa mendengar kata-kata seperti itu dilontarkan oleh teman-temannya sendiri, mungkin kalimat yang cocok adalah orang-orang asing yang secara kebetulan berada di kelas yang sama dengan Jeno.

Jeno merasa seperti ingin kembali ke sekolahnya yang dulu. Ia merasa bahwa ia berada di tempat yang salah, dan sekarang Jeno merindukan teman-temannya dulu.

Jaemin yang juga mendengar percakapan-percakapan murid-murid di sekitar mereka itu, lalu meletakkan kedua tangannya menutupi telinga Jeno,

"Jangan didengar yah~"

Jeno yang tadinya terlihat murung, dengan sedikit terpaksa memasang senyum kepada Jaemin. "Ah, tidak apa-apa. Aku sudah terbiasa dengan hal seperti ini. Ayo kita ke kelas."

Jeno tidak menyangka bahwa Jaemin bisa bersikap sebaik itu padanya, walaupun mereka baru bertemu kemarin.

"Ngomong-ngomong, aku ingin memberikan sesuatu padamu. Tutup matamu." Ucap Jaemin.

"Hm?"

"Ayo, tutup saja."

"Iya, iya." Jeno memejamkan matanya, sedikit penasaran dengan apa yang akan diberikan Jaemin padanya. Jaemin kemudian meraih salah satu tangan Jeno. Jaemin memasang sesuatu pada tangan Jeno.

"Sekarang buka."

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Sorry for typo :), anyway comment and vote if you like it! 💕💕

thє вσчfríєnd αpp (ѕhσrt ѕtσrч) nσmín ((On Going))Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang