That Boy

335 62 4
                                    

Gelang berwarna putih polos dengan gantungan yang bertuliskan "Jeno&Jaemin", terpasang di pergelangan Jeno.

"Aku harap kau menyukainya. Aku membuatnya khusus buatmu. Mungkin terlihat biasa-biasa saja, tapi kau harus menjaganya!" Kata Jaemin bersemangat.

"Baiklah, kau sudah repot-repot membuatkanku gelang." Jeno memasang senyuman tipis. Ia masih sedikit terganggu dengan perkataan-perkataan orang-orang di sekolahnya tadi.

Kegiatan belajar di kelas berlangsung seperti biasa, hanya saja suasana di kelas berubah semenjak masuknya Jaemin sebagai murid baru ke sini. Semua orang fokus membicarakan Jaemin, bahkan anak-anak perempuan mencoba mendekati Jaemin.

Lihat bagaimana mereka bertingkah seolah mereka berteman baik dengan Jeno, hanya agar mereka bisa mendekati Jaemin.

Tempat duduk Jeno yang berada di tengah-tengah kelas membuat semua orang menjadi mudah memperhatikannya. Apalagi semenjak Jaemin datang, dengan posisinya yang duduk tepat di samping Jeno, membuat Jaemin menjadi pusat perhatian.

Bel istirahat berbunyi, membuat semua murid di kelas berhamburan keluar kelas, bergegas pergi menuju ke kantin sekolah.

"Kau mau ke kantin Jeno?" Tanya Jaemin.

"Tidak, aku sedang tidak lapar. Lagian kantin pasti sudah penuh sekarang." Jeno menyilangkan kedua tangannya di atas meja, kemudian menaruh kepalanya di sana, tanpa melepaskan pandangannya ke Jaemin, "Tapi, aku bisa menemanimu ke sana kalau kau ingin makan."

Jaemin hanya mengerutkan bibirnya. Lalu mata Jeno langsung tertuju ke arah sekelompok anak perempuan yang berjalan mengarah ke tempat duduk Jeno dan Jaemin.

Datanglah empat orang anak perempuan itu, salah satu dari mereka yang sedang memainkan rambut hitam panjangnya yang diikat, memasang senyuman dengan tatapan yang mengarah ke Jaemin. Lalu menoleh ke Jeno,

"Hai, Jeno~"

Jeno memutar kedua bola matanya, dia tahu bagaimana sikap anak-anak gadis di kelasnya.

"Oh, hai Eunbi." Kata Jeno dengan nada sedatar-datarnya, tanda bahwa ia tidak peduli dengan kehadiran gadis menyebalkan itu.

Gadis yang bernama Eunbi itu meletakkan tangannya di atas meja Jeno, "Bagaimana kabarmu? Kita sudah lama tidak berbicara."

'Sejak kapan dia peduli dengan keadaanku?' Jeno berusaha untuk tetap sabar menghadapi gadis yang sedang berdiri di hadapannya itu.

"Maaf, tapi-" Baru saja Jeno akan menjawab gadis yang bernama Eunbi itu langsung menyelanya dengan bertanya,

"Oh ya, Jeno, dia ini temanmu kan?" Gadis itu membalikkan pandangannya ke sosok lelaki tinggi di samping Jeno.

"Namamu Jaemin ya? Salam kenal. Aku Kwon Eunbi." Dia mengulurkan tangannya menghadap Jaemin yang lebih tinggi di depannya dengan memasang senyum manisnya yang membuat Jeno merasa jijik.

Jaemin hanya menatap dengan ekspresi datar kepada gadis yang tengah mengulurkan tangannya itu sedari tadi, "Maaf, tapi kami berdua baru saja akan pergi. Jadi, lain kali saja perkenalannya." Jaemin beranjak dari tempatnya, menarik lengan Jeno, "Ayo kita pergi dari sini."

"Ah, baiklah." Ujar Eunbi diikuti dengan tawa kecil. Jeno dan Jaemin pun menghilang dari hadapan empat orang gadis tersebut.

'Sialan!' Gadis itu menghentakan salah satu kakinya kesal. "Sepertinya aku harus mencari cara lain untuk mendekati anak baru itu." Tukas Eunbi kepada ketiga anak gadis lainnya.

Jeno dan Jaemin berjalan di sekitar area koridor sekolah, yang dipenuhi dengan anak-anak yang berlarian ke sana kemari, atau sekedar berbicara dengan teman mereka. Tiba-tiba terdengar suara anak perempuan yang memanggil Jeno,

"Kak Jeno!"

Jeno memutar-mutar kepalanya mencari asal suara tadi. Kemudian, matanya langsung menangkap seorang gadis pendek yang berdiri di depan pintu kelasnya. Gadis itu melambaikan tangannya ke arah Jeno, lalu berlari ke arahnya.
Gadis itu tersenyum lebar ke arah Jeno.

"Jaemin, kau tunggu di sini. Oke? Jangan ke mana-mana." Lalu Jeno meninggalkan Jaemin untuk menemui gadis yang memanggilnya barusan.

"Minna? Kenapa kau memanggilku?" Jeno membalas senyum gadis itu. Minna adalah tetangga Jeno, yang tinggal di depan rumah Jeno. Keluarga gadis itulah yang membantu Jeno dan ibunya ketika mereka baru pertama kali pindah di kota ini.

"Iya, tadi kakak dicari Pak Kim, loh! Katanya ada tugas buat kelas kakak."

"Huh? Tugas apa ya?" Tanya Jeno.

"Aku sih kurang tahu kak. Bapak itu tidak sempat memberitahuku, ia terlihat sedang terburu-buru." Jawab Minna mengangkat kedua bahunya.

"Oke, makasih ya! Salam buat kedua orang tuamu."

"Iya, sama-sama kak! Nanti aku sampaikan ke mereka berdua."

Baru saja Jeno melangkahkan kakinya, Minna memanggilnya lagi tapi kali ini dengan ekspresi yang berbeda.

"Kak, orang yang tadi bersama kakak itu, namanya kak Jaemin ya?" Gadis itu menunjuk ke arah Jaemin yang sedang memperhatikan mereka berdua.

"Kau tahu dari mana?" Jeno menatapnya terkejut.

"Semua orang membicarakannya. Bahkan anak-anak di kelasku saja tahu dia."

"Um, begitukah?"

"Ya, tapi.. Sejak kapan dia jadi teman kak Jeno? Aku tak pernah melihat kak Jaemin sebelumnya."

"Kita sudah lama kok berteman! Kenapa kau tiba-tiba bertanya?"

"Ah, tidak hanya saja.." Minna melirik ke arah Jaemin, "Kakak hati-hati ya!"

Jeno yang berdiri membelakangi Jaemin, hanya memiringkan kepalanya tak paham dengan apa yang barusan dikatakan Minna.

"Baiklah. Sampai jumpa." Jeno pergi melambaikan tangannya ke arah gadis berambut pendek itu. Kemudian Jeno menemui Jaemin dan pergi. Minna hanya bisa memandangi kedua lelaki tersebut melangkah pergi dari hadapannya.

"Heh, Minna! Kok kamu cuma berdiri di depan pintu saja? Ayo ke buruan kantin, makanan sudah mau habis nanti!" Seru salah satu gadis ke arah Minna. Gadis berambut pendek itu memalingkan pandangannya ke temannya itu dengan ekspresi kaget, "Ah, iya, aku lupa!"

Kedua gadis tersebut meninggalkan kelas mereka,

"Minji," panggil Minna ke temannya itu. "Kau tahu kakak kelas baru itu kan?"

"Siapa?" Minji mengangkat satu alisnya.

"Kak Jaemin."

"Kakak yang ganteng itu kan?" Temannya menoleh ke Minna.

Minna mengangguk pelan.

"Yaiyalah!" Minji memukul pelan lengan sahabatnya itu, "Ada apa memangnya?"

"Tidak, hanya saja, dia terus memperhatikanku ketika aku sedang berbicara pada kak Jeno, dan..." Minna berhenti sejenak,

"Tatapannya aneh."


~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Vote and Comment if you like it !! ;)

Xoxo

thє вσчfríєnd αpp (ѕhσrt ѕtσrч) nσmín ((On Going))Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang