Part 13

37.3K 6.1K 1K
                                    

ENTAH Jaemin yang terlalu bodoh atau Jinsoul yang memang tidak memiliki niat buruk apapun kepada Jeno. Well, karena penasaran dan ingin membuat Jeno percaya padanya. Jaemin menyelidiki cairan apa yang ada di dalam botol kecil yang saat itu Jinsoul masukkan ke dalam kopi milik Jeno. Ternyata itu adalah suplemen penambah nafsu makanㅡyang memang bisa di tuangkan kemana saja.

Sekarang Jaemin merasa buruk. Meskipun kakinya terluka, namun kini ia terlihat seperti orang jahat disini! Bersikeras merebut kopi dari tangan Jinsoul dan berakhir menumpahkan kopi tersebut hingga tangan Jinsoul melepuh.

"Na, kau baik?" Renjun menyipitkan mata saat menatap Jaemin. Sudah sepuluh menit berlalu, tapi yang Jaemin lakukan hanyalah melamun sembari mengaduk-aduk makanan yang kini terlihat berantakan.

Keduanya berada di kafetaria kantor. Sejak kejadian dua hari yang lalu di dapur, Jaemin tidak pernah melihat sosok Jeno lagi. Entah, namun ada perasaan aneh yang menggerogoti hatinya saat ini.

"Aku baik-baik saja."

"Kenapa tidak memakan makananmu?"

"Malas." gumam Jaemin pelan; lalu memejamkan mata untuk menjernihkan pikiran selama beberapa saat.

Tapi ketika ia memejamkan mata; malah wajah Jeno yang ada di bayangannya. Lelaki berhidung mancung itu tersenyum lebar hingga kedua matanya menghilang. Senyum yang selalu Jaemin lihat ketika keduanya bersama.

Dada Jaemin seolah di remas oleh tangan tak kasat mata. Ia tidak tahu harus melakukan apa dan harus bagaimana menghadapi semua ini. Yang Jaemin tahu, ia selalu memendam perasaan yang sudah tumbuh entah sejak kapanㅡuntuk Jeno.

Katakanlah Jaemin naif, namun sungguh, ia belum siap jatuh cinta dan berakhir terluka. Menurut Jaemin, sejak awal Jeno memang hanya bermain-main padanyaㅡlelaki berhidung mancung itu menginginkan tubuhnya. Atau memang selama ini Jeno serius dengan semua kata-katanya?

"Berapa harga yang harus aku bayar untuk tidur bersamamu?"

Jaemin mendengus pelan; saat mereka baru saja kenal Jeno sudah berbicara seperti itu. Tapi kemudian ingatan di dalam kepalanya berganti, saat ia dan Jeno berada di China. Lelaki tampan berhidung mancung itu melakukan hal manis; bahkan sempat menyatakan cinta kepada Jaemin. Bukan begitu?

"Kalau begitu aku minta maaf. Maaf karena sudah menyebalkan. Maaf karena sudah bertingkah mesum, cabul dan berengsek. Aku hanya ingin mendapatkan perhatianmu."

"Karena aku tidak ingin kau menganggapku berengsek, cabul atau bahkan mesum. Aku tidak ingin kau pergi bersama lelaki lain seperti tadi. Aku ingin mencoba memahamimu."

Jantung Jaemin berdegup kencang. Saat itu Jeno memang sedang serius; bahkan Jaemin tidak bisa menemukan kebohongan dari sorot matanya. Selama iniㅡJaemin yang selalu mendorong Jeno menjauh dari kehidupannya, bahkan ia tidak memberikan kesempatan bagi lelaki tampan itu.

"Aku sudah berjanji untuk menjadi lebih baik. Apakah kau sama sekali tidak mengerti?"

"Jaemin-ah.. Apa kau tudak tahu jika aku sudah jatuh padamu sejak pertemuan pertama kita?"

"Bagaimana jika aku bilang bahwa aku jatuh cinta padamu?"

Kedua bola mata Jaemin terbuka; ia menatap Renjun yang kini sedang meminum lemon tea. Makanan di atas piring lelaki manis itu sudah habis; mungkin sejak tadi.

"Aku ingin bertanya padamu." ujar Jaemin secara tiba-tiba.

Renjun mengerjapkan mata beberapa kali sebelum mengangguk. "Ada apa?"

How Bad Do You Want Me?《Nomin》✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang