Jungkook berjalan tak karuan di ruang tengah, sesekali menggigit bibir bawah cemas. Siapa yang tidak berakhir cemas dan takut ketika beberapa saat yang lalu menerima telepon bernada teror seperti itu.
Matanya melirik jam dinding. Sudah pukul 11 siang rupanya. Sial.
Langkahnya terhenti, menatap layar ponselnya sambil menguatkan diri. "Iya, benar. Aku harus menghubunginya."
Berjalan menuju lemari buku sang ayah lalu mengambil dan membuka sebuah buku tebal dengan banyak nomor telepon yang tertera. Mengetik salah satu nomor itu di ponsel kemudian memanggilnya.
Tak lama sahutan di seberang sana terdengar. "Pusat kepolisian kota Seoul di sini. Ada yang bisa kami bantu?"
"Pak! Tolong bantu aku! Temanku-"
"Hei hei tunggu sebentar. Tenangkan dirimu, katakan yang pelan."
"Temanku di culik seseorang! Aku tak tahu ia sedang berada di mana! Tapi yang pasti ia sedang berada di suatu tempat di kota Seoul saat ini!"
"Sebentar. Tolong tenangkan dirimu. Temanmu, siapa namanya?"
"Namanya Min Yoo-"
Tut
Panggilan terputus tiba-tiba.
"Shit!" Jungkook dengan cepat menghubungi nomor itu lagi.
Beberapa detik ia menunggu namun tak ada sahutan. Ia hubungi sekali lagi dan tiba-tiba nomor lain masuk memanggilnya, ia pun segera mengangkat sebelum terdengar suara seseorang di seberang sana.
"Ha.. Kau cukup membangkang rupanya. Bukankah sudah ku katakan untuk tidak memberitahu siapapun?"
"K-kau?!"
"Bagaimana bisa kau berpikir kalau aku tak akan mengetahuinya? Aku seorang yang perfeksionis, aku akan melakukan sesuatu dengan sangat hati-hati dan tidak ada kata gegabah dalam kamusku. Tentu saja semua itu sudah masuk perhitunganku. Nomormu sudah ku retas, asal kau tahu."
"Siapapun kau, ku mohon hentikan perbuatanmu. Aku mohon jangan menyakiti kak Yoongi!"
"Kak Yoongimu sedang tidur Jung. Ah, salah. Bukan tidur tapi pingsan sepertinya."
Jungkook mengepalkan tangan, menahan amarah membayangkan bagaimana keadaan Yoongi sekarang.
"Jangan terlalu banyak berpikir karena waktu terus berjalan dan kesabaranku juga ada habisnya. Jika jam 6 sore saat matahari tenggelam dan kau belum juga datang, aku bersumpah akan mengirim tubuhnya yang sudah menjadi mayat ke depan pintu rumahmu."
Tut
Panggilan di matikan.
Tak lama ponsel berbunyi lagi, bukan panggilan namun sebuah pesan. Pesan berisi foto Min Yoongi yang terikat di atas kursi dengan wajah dan tubuh babak belur penuh luka.
Jungkook terhempas keras ke lantai, baru tersadar bahwa itu bukan hanya ancaman semata. Bagaimanapun juga ia harus menyelamatkan Min Yoongi. Perempuan itu sepertinya benar-benar gila. Ia bisa menyakiti Yoongi dengan lebih sadis bahkan membunuhnya bila Jungkook tak menuruti kemauannya.
***
"Permisi, aku duduk di sebelah situ." ucapnya pelan. Telunjuknya mengarah pada seorang pria berumur 30 tahunan yang duduk di samping jendela kereta.
"Ah maaf, silahkan duduk." ia bergeser ke samping, mempersilahkan Jungkook untuk masuk dan duduk di samping jendela.
Diam setelahnya, ia tak tahu harus berbuat apa lagi selain pergi menuju Seoul. Ia bahkan terpaksa berbohong dengan menempel secarik memo di permukaan kulkas, berkata ia pergi menginap ke rumah temannya. Berharap orang tuanya tak khawatir mendapati rumah yang kosong ketika mereka pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONE DAY✔
FanfictionJungkook mengira satu hari itu akan berjalan dengan sempurna.