10

326 36 9
                                    

Jungkook menyeberangi jalan dengan satu pertanyaan bersarang di kepala. "Apa yang di lakukan Jimin dan Taehyung di sini?"

Terdiam sejenak memandang bangunan hotel tinggi di hadapannya dengan nafas tercekat. Ia tak tahu apa yang akan terjadi setelah ia menemukan kamar yang di sebutkan si perempuan. Belum lagi dua sahabatnya, Jimin dan Taehyung yang entah bagaimana bisa berada di tempat ini.

Perasaannya tak nyaman, ia buka ponsel lalu menghubungi lagi nomor mereka. Aktif, nomor itu sekarang sudah bisa di hubungi tapi tak ada sahutan di seberang sana.

"Apa yang terjadi?"

"Tidak mungkin mereka berdua ada hubungannya dengan semua ini."

"Hei bung!" Jungkook berpaling, melihat siapa yang menepuk pundaknya.

Pria pemilik toko bunga yang beberapa saat lalu di temuinya.

"Oh, ada apa?"

"Aku melihat orang yang tadi menitipkan surat padaku. Ia baru masuk, pria tampan berjaket leather hitam itu."

Jungkook terkejut, jadi kecurigaannya memang benar. "Yang mana? Dua-duanya berjaket leather hitam?"

"Yang lebih tinggi, berhidung mancung, dan berambut coklat."

"Kim Taehyung.."

Terdiam sejenak setelah pria itu kembali masuk ke tokonya. Apa yang terjadi? Kenapa Taehyung memberikan surat itu padanya? Apa hubungan Taehyung dengan perempuan itu? Dan Jimin, apa Jimin juga ada hubungan dengan si perempuan? Semua teraduk-aduk di kepala.

Jungkook melangkah masuk. Lobi hotel itu ramai namun sama sekali tak membantu mengurangi rasa takut dalam dirinya.

Ia menuju salah satu pintu lift kemudian masuk dan hampir menekan tombol angka enam kalau saja seorang wanita berbaju koki dengan dua kantong besar di tangan tak menyerobot masuk dan menekan angka dua. Ia hanya bisa mendengus kesal kemudian menekan tombol enam, menyandarkan tubuh mengurangi perasaan tak karuan.

"Hei, nak?" wanita itu berpaling menghadap ke arah Jungkook di belakang.

"Iya, ada apa?"

"Bisa membantuku? Kantong ini sangat berat. Apa kau bisa menolongku membawakan satu?"

"Maaf, aku sedang terburu-buru."

Ting

Lift sampai di lantai dua

"Aku tak kuat lagi membawanya. Bawakan satu ke dapur hotel, tak jauh. Tolonglah, nak."

Jungkook menatap jam tangan, 15 menit sebelum jam 6.

"Ayolah, bantu aku sebentar saja."

Mendecakkan lidah namun tangannya tetap mengambil satu kantongan dari tangan si wanita. Berjalan cepat mengikutinya dari belakang. "Bisa lebih cepat lagi? Aku sedang terburu-buru!"

Wanita itu sedikit berlari, bingung juga dengan pria di belakangnya yang nampak begitu cemas seakan dunia akan kiamat dalam beberapa detik lagi. Terseok-seok membawa kantongan berat, berbelok ke kiri ke kanan menuju dapur hotel di lantai dua karena restaurant hotel berada di lantai itu sehingga dapurnya juga berada di lantai yang sama.

Sampai, Jungkook menaruh kantongan itu ke atas meja stainless dapur dengan sedikit menghempas karena ia ingin cepat-cepat pergi. Namun entah karena ia yang tidak berhati-hati atau karena hari ini yang memang seperti lelucon kejam, saat ia berbalik tas ranselnya terkait pada ujung meja. Sobek terkena stainless tajam dan membuat sesuatu terjatuh dari sana.

Pistol curian itu terjatuh tepat di depan kaki si wanita. Ia Membelalak lebar, terkejut seperti melihat hantu dalam film bunshinsaba di depan matanya.

ONE DAY✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang