Jungkook memukul pahanya keras. Sungguh, ia benar-benar kacau sekarang. Ponselnya mati total. Walaupun dua remaja tadi sudah memberi nomornya dan berjanji untuk mengganti biaya perbaikan, namun Jungkook tidak membutuhkan itu sekarang.
"Bagaimana ini?!" keringat dingin mengucur di permukaan kening, badannya bergetar hebat. Tak bisa membayangkan apa yang akan perempuan itu lakukan karena sebelumnya ia berkata akan memotong jari Min Yoongi kalau Jungkook mematikan panggilan.
"Apa yang harus ku lakukan? Aku bahkan tak tahu di mana posisinya."
Bingung sambil merutuki dirinya yang tidak terpikir untuk meminjam ponsel remaja tadi, padahal setidaknya ia bisa meminjam sebentar sampai ia mengetahui dengan jelas keberadaan Min Yoongi. Ingin mencari mereka sekarang tapi itu tidak mungkin mengingat banyaknya penumpang di dalam kereta.
Matanya melirik ke samping, pria di sampingnya nampak begitu pulas. Mata Jungkook yang akan beralih lalu tak sengaja melihat sebuah benda menyembul keluar dari kantong jaket si pria, membuatnya berpikir untuk mengambil kesempatan itu walaupun sebenarnya ia tak mau. "Maaf, aku hanya meminjamnya sebentar." bisiknya mengambil ponsel itu perlahan.
Jungkook pasang kembali tas ranselnya, berdiri perlahan agar pria itu tidak terbangun dan berjalan menuju toilet yang berada di ujung carriage. Masuk ke dalam dengan cepat lalu mengunci dan mendudukan badan di atas kloset tertutup.
Membuka tasnya dan mengambil sebuah note kecil. Sebelum berangkat, Jungkook sempat menulis nomor orang tua, teman, serta beberapa nomor yang dianggapnya penting untuk berjaga-jaga karena ia tahu ponselnya sudah di retas.
"Argh! Kenapa tadi aku tidak menulis nomor perempuan itu juga?!"
Dengan cepat jarinya menekan sebuah nomor yang tertera di catatan itu ke layar ponsel. Untung saja ponsel pria itu tidak di beri kode, fingerprint, atau semacamnya.
Jungkook menempelkan ponsel ke telinga dengan gigi bergemeretak. Takut dan panik berkumpul di dalam dirinya.
"Pusat kepolisian kota Seoul di sini, ada yang bisa kami bantu?"
"Aku butuh bantuan kalian!"
"Tunggu, kau yang menelpon tadi ya?"
"Iya! Nomorku di retas. Aku menghubungi dengan ponsel baru. Dengar pak, seseorang menculik temanku! Namanya Min Yoongi dan ia berada di salah satu tempat di Seoul saat ini!"
"Bisa lebih rinci lagi, Seoul kota yang sangat besar."
"Aku tidak tahu ia di mana tapi aku sempat melihat foto yang di kirimkan. Temanku di ikat di sebuah ruangan. Entah itu di dalam rumah, apartemen, atau hotel. Tapi yang pasti ia tidak akan selamat jika melewati pukul 6 sore!"
"Jadi kau tidak tahu posisi percisnya?"
"Aku tidak tahu. Pak, tolong selamatkan temanku. Aku mohon.."
Pria di seberang sana terdengar menghembus nafas panjang. "Dengar, aku sudah sering menerima telpon seperti ini. Kebanyakan hanya lelucon dari anak-anak yang kurang kerjaan."
"Apa?! Aku tidak berbohong! Temanku benar-benar di culik!"
"Sudahlah, di sini sangat sibuk. Lebih baik kau melakukan kegiatan yang bermanfaat dari pada membohongi polisi seperti ini."
"DENGAR SIALAN! AKU TIDAK BERBOHONG! Temanku dalam bahaya! Ini tentang hidup dan mati seseorang! Bagaimana bisa kau berpikir aku sedang membohongimu?!"
"Hei! Jangan berteriak! Untuk ukuran anak muda kau benar-benar tidak sopan ya?"
"Maaf. Maafkan aku."
"Ya sudah, aku akan mengerahkan petugas untuk mencarinya. Temanmu Min Yoongi itu di mana rumahnya? Kami akan memeriksa ke sana terlebih dahulu."
Jungkook segera memberitahu alamatnya.
"Ingat, kalau kami ke sana dan menemukan temanmu Min Yoongi itu dalam keadaan baik. Maka kami bisa saja menuntutmu atas laporan palsu."
Panggilan di matikan.
Jungkook mengeram sambil memukul keras dinding toilet. Tidak berguna, polisi itu mungkin akan berhenti mencari bila mendapati rumah Yoongi yang kosong.
Ia mengambil note itu lagi, mengetik nomor seseorang yang ia harap dapat membantunya. Tak masalah, toh ia menggunakan ponsel lain jadi perempuan itu tak akan mengetahuinya.
"Hallo? Siapa?"
"KAK SEOKJIN!"
"Jungkook? Astaga, kenapa kau berteri--"
"Tolong aku kak! Kak Yoongi di culik seseorang! Aku tak tahu harus berbuat apa, ku mohon bantu aku kak!"
"Hah?"
"Ia mengancam akan membunuhnya! Apa yang harus kita lakukan?!"
"HAHAHAHAHA! Apa yang kau bicarakan, hah?! Kau sedang kesepian ya? Tidak ada kerjaan? Sangat merindukanku ya?"
"Kak.. Aku tidak bercanda. Aku serius!"
"Astaga Jung, ini bahkan bukan April mop! Bisa-bisanya kau mengerjaiku dengan lelucon bodoh seperti itu. Ya sudah nanti kita bicara lagi. Aku sibuk sedang berlibur bersama keluargaku."
"Kak Seokjin!"
"Sampai jumpa beberapa minggu lagi di kampus, bye!"
"Tunggu!"
Tut
Panggilan di matikan.
Jungkook menyapu air matanya, ia benar-benar frustasi sekarang. Tangan gemetarnya dengan cepat mengetik nomor lain dan beruntung hanya selang beberapa saat panggilan itu tersambung.
"Kak Namjoon!"
"Maaf, ini kekasihnya. Namjoon baru pulang dan ponselnya tertinggal di rumahku."
"Benarkah?"
"Iya. Apa ada pesan? Nanti ku sampaikan padanya."
Jungkook berpikir sejenak, ia tak mungkin memberitahu hal itu kepada orang yang tak ia kenal, bisa-bisa masalah menjadi semakin runyam. "Tidak ada. Maaf sudah mengganggu waktumu."
Mengacak rambutnya kesal, berdiri lalu memutar keran wastafel dan membasuh wajah kasar. "DAMN! DAMN!" kepalan tangannya memerah, sudah bisa di pastikan akan meninggalkan memar besok harinya.
Kembali duduk menenangkan diri lalu menghubungi nomor lain, nomor Jung Hoseok. Tidak ada sahutan, nomor itu aktif tapi ia tidak mengangkatnya.
Jungkook menghela nafas kasar. Tinggal Park Jimin dan Kim Taehyung, dua teman sekelasnya yang biasa ikut dengannya ketika ia berkumpul bersama para senior—Kim Seokjin, Min Yoongi, Jung Hoseok, serta Kim Namjoon.
Mereka berdua itu bodoh. Tidak pernah serius dan hanya tahu bermain saja. Jimin itu baik tapi sangat pecicilan, sedangkan Taehyung luar biasa tampan tapi masih seperti anak kecil.
Namun Jungkook tak punya pilihan. Ia menghubungi Jimin terlebih dahulu dan berharap segera mendengar suara pria bermarga Park itu.
"Kenapa nomornya tidak aktif?"
Ia menekan nomor Taehyung namun berakhir sama, nomor itu juga tidak bisa di hubungi.
"Ck! Padahal malam tadi ia sempat menghubungiku. Kenapa di saat aku yang membutuhkannya ponselnya malah tidak aktif?"
Tok tok!
Seseorang mengetuk pintu toilet.
"Sedang ada orang!" teriak Jungkook.
Hening kemudian, Jungkook bernafas lega sebelum suara di balik toilet kembali terdengar.
"Bung, kau mengambil ponselku ya?"
*Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
ONE DAY✔
FanfictionJungkook mengira satu hari itu akan berjalan dengan sempurna.