AN #PART 23

11K 1K 15
                                    

Aila membuka matanya, dia menatap sekeliling dengan tersenyum. Namun senyumnya pudar begitu netranya bertemu Nizam. Aila mencengkram sapu di tangannya lebih kuat, tatapannya berubah menjadi dingin. Aila tersenyum sinis.

"Lanjut gak?"

"Lanjut ...." Penghuni kantin berseru heboh. Mereka selalu menyukai konser dadakan geng Aila. Selain ada tiga cogan, suara Aila dan Dian sangat bagus membawa mereka ikut terhanyut.

Aila mengangguk, ia melirik sekilas Nizam yang masih di sana. Lalu menatap keempat sahabatnya. "Yuk guys."

Dan kantin pun kembali heboh, Aila kembali menghayati nyanyiannya dan masa bodo pada Nizam yang terusan menatap ke arahnya. Dengan tatapan yang tidak bisa Aila artikan. Lagian apa peduli Aila lagi?

���

Sore itu pulang sekolah mereka bermain di rumah Dian. Rumah Dian selalu sepi. Hanya ada dia dan pembantunya. Aila benar-benar memakai waktunya seperti dulu lagi. Bermain dan bermain. Menghabiskan waktunya dengan kelima sahabatnya.

Begitu jam menunjukkan pukul enam, Aila segera pulang diantar Vano. Entahlah, bagi Aila ini bisa membuatnya melupakan Nizam. Mungkin kenakalannya bisa menghibur kembali dirinya sendiri.

"Gue boleh tahu alasan lo berubah lagi layak gini?"

Aila menoleh sekilas. "Udah bagus gue kayak gini kan? Ya udah."

"Besok gue jemput lagi kan?"

Aila mengangguk. "Jemput gue tiap hari."

Vano mengangguk. Tenyata ide Dian berhasil membuat Aila menjauhi sekaligus membenci Nizam. Bahkan Aila kembali seperti dulu lagi. Sesuai keinginan mereka. Vano juga bisa melihat tadi bagaimana tatapan Aila begitu dingin pada cowok itu. Satu sudut bibir Vano tertarik.

"Thanks Van. Gue turun dulu," ucap Aila begitu mobil Vano berhenti tidak jauh dari rumahnya.Vano mengangguk, Aila segera turun dan berjalan masuk ke dalam rumahnya.

"Assalamualaikum...."

Aila membuka pintu, melepas sepatu dan berjalan menuju tangga ke kamarnya. Namun, panggilan Adra membuat Aila menghentikan langkah dan menoleh.

"Lo dari mana, Dek?"

"Rumah Dian."

"Gak belajar Tahfidz?"

"Ada PR."

Adra menatap adiknya heran, ia kembali membuka suara. Namun, Ariana yang baru keluar dapur sudah dulu membuka suara.

"Loh bajunya kenapa ini?"

Aila melirik bajunya. "Gerah Bun."

Wajah Ariana terlihat kecewa. "Kemaren-kemarin kata-"

"Bun, Aila capek."

"Aila! yang sopan."

"Ih Aila capek kak Adra." Aila bersungut kesal. Paling benci jika keadaan seperti ini. Seperti dulu lagi. "Aila ke atas dulu. Mau mandi." Setelahnya Aila berbalik dan masuk ke kamarnya. Meninggalkan Ariana yang menghela nafas panjang.

���

"La ...."

Tok tok tok

Aila memperbaiki posisinya yang tadi tidur sambil bermain ponsel menjadi duduk. Aila melirik sejenak ke arah pintu dan melihat jam. Jam 08.00 malam. Aila meletakkan ponselnya dan bangkit untuk membuka pintu.

"Apa?"

"Boleh kakak ngomong bentar?"

Dahi Aila mengerinyit heran. Namun begitu, Ia tetap mengangguk dan mempersilahkan Adra masuk. "Kakak mau ngomong apa?" tanya Aila begitu Adra duduk di kursi belajarnya. Sementara Aila kembali duduk di atas kasurnya.

Assalamualaikum Nizam (ALZAM) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang