2. -Perfect Journey-

968 132 18
                                    

Perasaan Friska sudah kalang kabut, ia tak bisa berbuat apa-apa lagi. Yang ia tau keselamatan hidupnya dan sijabang bayi sebentar lagi terenggut.

Mata Hanbin sudah menggelap. Mungkin yang ada dalam pikirannya, ia akan mati bersama Friska 'orang yang sangat ia cintai'

"Berhenti hanbin, tolong" pinta Friska penuh penekanan dengan air mata yang sudah banyak membasahi pipinya.

Hiks..

"Tolong.." ucap Friska lirih

Hanbin menoleh kearah Friska yang sudah sesegukan.

Entahlah, Pikiran gila Hanbin malah perlahan pudar. Sedikit demi sedikit ia memperlambat laju mobil dan menepikannya.

Hanbin mematikan mesin mobil.
Ia membuang nafas panjang lalu menunduk.
Menyesal

Itu perasaan yang Hanbin rasakan sekarang

Friska terpejam dan menyandarkan tubuhnya dikursi penumpang pasrah. Ia pikir, hidupnya sudah berakhir hari ini.

Hiks..

Hanbin menoleh melihat Friska yang masih terisak. Ia mengulurkan tangannya lalu mengusap kepala Friska lembut.

"Maaf." ucapnya pelan

Friska mendongakkan kepala dan menengok kearah Hanbin "LO TAU? GUE HAMPIR MATI KONYOL GARA-GARA LO!" bentaknya

"Tapi gue cuma gak rela lo sama dia" jelas Hanbin

"DENGAN CARA BUNUH GUE!?" teriak Friska lagi

"Bukan! Kita mati sama-sama."

"Anjing! Dasar wajah malaikat berhati iblis!" umpat Friska. Lalu ia sesegera mungkin membuka pintu mobil sebelum Hanbin memulainya lagi. Untungnya pintu tidak dikunci. Friska meraih tas disampingnya lalu keluar dari mobil.

Perfect JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang