8. -Perfect Journey-

1K 79 16
                                    

_________________________________
________________
_________________________________

"DASAR.. LO UDAH GAK PERAWAN, FRISKAAAA!!!"

"Kan gue udah sah, wlee"

Zalika menatap tajam kearah Friska yang tak henti mengejeknya hingga  membuatnya naik pitam "Gue sumpel mulut lo pake kaos kaki nih! Lo pikir jadi istri enak apa"

"Ada enak gak enaknya. Kalo yang enaknya itu yang gue bilangin tadi, kalo enggak nya....... Apa ya..."

"Stop! Gue gak mau dengerin ocehan gak bermutu itu lagi." Zalika mulai jengah, rasanya kuping dia mulai panas.

"Kalo mau jadi gadis tua ya, terserah" ucap Friska acuh lalu beranjak kedapur kemudian kembali membawa semangkuk bubur.

"Fris.. Gue boleh pegang perut lo gak?"

"Penasaran? Makanya bikin dong!"

"Is, sebel gue sama lo! Tapi ini gue serius pengen pegang perut lo yang buncit menggelikan itu" seru Zalika

Friska mengiyakan kemudian mendekatkan duduknya disebelah Zalika lalu membusungkan sedikit perutnya agar memudahkan Zalika mengusapnya.

"Nih.."

Dug

"Aaa.. Dia nendang Fris" Zalika sangat antusias merasakan pergerakan diperut Friska "Ayodong debay nendang lagi.."

Friska hanya terkekeh disela perutnya diusap "Suami lo pasti seneng banget kalo ngerasain anak lo krasak-krusuk didalem"

"Beh, bukan seneng lagi. Berasa dapet berlian segepok"

Zalika menghela nafas dalam ditambah senyum tipis setelah ia selesai mengusap perut Friska "Hidup lo udah bahagia ya, Fris.. Gue gak nyangka aja lo bisa duluan sedangkan gue sampe sekarang belum juga nyusul elo,"

"Hidup gue gak sebahagia yang lo fikir, selalu ada masalah yang datang sampai membahayakan bayi dikandungan gue. Tapi bodohnya, gue gak mau ada orang tau tentang ini, sekalipun itu Randi."

Perkataan Friska sanggup membuat Zalika menatapnya dengan kedua alis menaut "Maksudnya?"

Pembicaraan mereka yang kadang kedengarannya aneh, sekarang berubah menjadi sangat serius.

Friska sudah berjanji pada dirinya untuk tidak memberi tahu siapapun tentang mantan, bayi, ataupun yang lainnya kepada orang lain.  "Ah, udahlah. Gue mau buat susu "  Friska mencoba mengalihkan pembicaraan. Kemudian berdiri dari duduknya namun ditahan Zalika.

"Tunggu. Gue masih gak ngerti sama lo yang suka nyembunyiin masalah walaupun itu besar. Gue bukan mau ikut campur, lo bisa bicarakan itu sama gue, karena gue gak mau terjadi apa-apa sama lo terlebih lagi kandungan lo, Fris. Apalagi dengan sifat lo yang sangat tertutup sama Randi, masalah besar aja lo gak ceritain ke dia."

Senyum Friska merekah mendengarnya. Ia tahu, masih banyak orang yang ingin melindunginya. Tapi disisi lain, ada juga orang yang ingin menghancurkan kehidupannya. Benar-benar dunia yang kejam. "Tenang, gue bisa atasin itu semua. Lo gak usah khawatir"

"Tapi Fris, gue-"

"Ohiya. Besok Randi keluar kota untuk beberapa hari, lo temenin gue dirumah ya" sela Friska yang kini sudah berada diambang pintu, dapur.

"Yah, tapi gue ada acara keluarga. Ehm, tapi gue usahain kok secepatnya kesini."

Zalika mengikuti langkah Friska kedapur "Emang ngapain Randi keluar kota?"

"Ya, kerja lah. Masa mau cari istri lagi" kata Friska asal

"Kali aja dia bosen sama lo abis itu cari yang baru"

"Hus! Mulut lo ya gue kuncit nanti" geram Friska

▪▪▪

Randi baru saja selesai menyusun barang bawaannya kedalam koper untuk berangkat besok pagi. Sekarang laki-laki itu berjalan menuju kamar mandi. Randi menghentikan langkahnya lalu berdiri diambang pintu kemudian bersender seraya melihat aktivitas istrinya yang sibuk membersihkan mukanya.

Terkadang laki-laki itu berpikir, wanita yang awalnya hanya menjadi masa lalu, sekarang justru menjadi masa depan untuknya. Memang terkadang kita harus menoleh kebelakang untuk suatu hal yang positif.

"Ekhm.." Terdengar dehaman Randi membuat Friska tersadar keberadaannya.

"Ngapain disitu?" Friska menoleh sekilas

"Tiduran," jawabnya asal.

"Kok berdiri?"

"Kamu sih gak tau, ini tuh gaya baru"

Friska tak menghirukan dan memilih membasuh mukanya.

"Ran, sini deh" panggil Friska yang sudah selesai melakukan treatment wajah.

Randi berjalan kearahnya lalu ikut berkaca pada cermin yang tak terlalu besar didepannya. "Kanapa?"

Friska menekan- nekan pipinya yang menurutnya kini tampak lebih berisi "Sadar gak sih kalo aku ini gendutan"

Randi membuang nafas gusar, harusnya ia sudah khatam dalam menjawab pertanyaan seperti itu.

Haruskah seorang lelaki menjawab dengan 'Iya, kamu gendutan.' Itu sangat tidak mungkin.

Tapi laki-laki terlalu gentle ini menjawab.

"Sadar,"  jawab Randi singkat.

"Tuhkan bener aku gendutan"  Friska bertambah sebal dibuatnya. Dasar, suami terlalu jujur! Gak bisa apa jawabnya dengan sedikit ditaburi bumbu-bunbu kebohongan?

"Kata siapa?"

"Kata kamu barusan!"

Randi mendekatkan wajahnya pada cermin lalu memegang dagunya,  "Sadar, makin hari wajah ini makin ganteng aja. Tck, gimana ya reaksi client wanita besok liat wajah tampan nan rupawan ini"

Akhirnya, seorang Randi bisa mengalihkan pertanyaan yang seharusnya laki-laki tak boleh menjawabnya dengan jujur.

Friska malah jengah dibuatnya. Bukannya cemburu karena clientnya bisa menikmati wajah Randi, tapi alangkah tidak nyambungnya dengan obrolan sebelumnya.

"Kata siapa? Kamu makin tua makin jelek tau!"

"Enak aja. 11, 12 sama member iKON ni"  bela Randi

"Siapa?"

"June," Randi menjawab dengan percaya dirinya

"JUNEDI TUKANG HALU!"

"Lagian kacanya emang gitu.  Ya, suka-sukanya dia ajalah.."

▪▪▪

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perfect JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang