5. -Perfect Journey-

691 108 13
                                    

______________________
___________________________________________
________________________________


.
.

Hanbin terkekeh pelan "Kenapa?"

"..Suami kamu gak pernah ngasih bunga? Gak romantis? Sudahlah dia itu cowok kaku! Gak akan bisa bahagiain kamu"

Friska masih terdiam mendengarkan ucapan Hanbin dengan bucket bunga yang sudah menggantung ditangan kirinya yang tak lama kemudian ia jatuhkan kelantai.

Hanbin tak melepaskan tatapannya dari mata Friska. Tatapannya malah semakin intens bahkan tubuhnya semakin ia rapatkan pada tubuh Friska.

Kini tangan kanan Hanbin meraih perut buncit Friska dan mengusapnya lembut.

"Aargghh!!" Friska menggeram ketika merasakan ada penekanan diperutnya. Hanbin semakin gila, ia menekan kuat perut Friska membuat siempunya menggeram kesakitan.

Hanbin tersenyum miring dengan tangan yang terus menekan permukaan perut Friska. Wajahnya terlihat sangat puas.

Mata Friska terpejam menahan rasa ngilu diperutnya, tubuhnya melemas. Tapi ini bukan saatnya untuk jadi wanita lemah.

Dengan cepat, Friska menggiring tangannya dan memegang kuat pundak Hanbin. Tanoa berpirir panjang, Dengkulnya ia angkat lalu sekuat tenaga menendang titik terlemah laki-laki.

Bugh!

Shit. Hanbin menjauhkan tubuhnya dari Friska.

Pria itu meringis kesakitan seraya memegang bagian bawahnya.

"Argh!" Friska tambah panik dengan apa yang barusan ia lakukan. Ia takut jika setelah ini Hanbin akan melakukan lebih parah dari sebelumnya.

Hanbin masih sibuk memegang miliknya yang baru saja ditendang Friska. Dengan sigap, Friska membuka kunci pintu lalu mendorong Hanbin keluar dari sana.

▪▪▪

Randi sedari tadi sibuk membolak-balikan beberapa berkas dokumen untuk diperiksa agar bisa ditanda tangani.

Beberapa hari ini, Pria itu tampak sibuk. Bahkan diwaktu jam istirahat pun ia sibuk berkutik didepan laptop miliknya. Menurutnya, apapun harus dirinya sendiri yang handle jika masalah pekerjaan.

Tok Tok!

Suara pintu tertektuk dari luar ruangan Randi

"Masuk!" Perintahnya

Tempak seorang OB masuk membawakan segelas kopi yang tadi Randi pesan guna menetralisir rasa kantuknya akibat terjaga semalaman.

"Ini pak kopinya" OB tersebut menaruh segelas kopi diatas meja kerja Randi.

Randi tersenyum simpul "Terimakasih pak" ucap Randi sesopan mungkin karena OB yang melayaninya sekarang ini adalah seorang bapak tua yang harusnya beristirahat dirumah.

"Saya permisi pak Randi" ujar OB tersebut dengan dibalas anggukan.

Randi meraih cangkir berisikan kopi itu dengan tangan kanan namun pandangannya tetap pada berkas didepannya.

Prank!

Sial, piring kecil yang menjadi alas cangkir kopi yang terletak diujung sisi meja itu tergeser hingga jatuh kelantai. Membuatnya terpecah hingga menjadi pecahan kecil yang tajam.

Perfect JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang