"Eh, Randi! Apa kabar?- Yaampun, udah besar aja anak kamu" siapa? Iya. Itu Liza sama suaminya yang berani-beraninya hamil diluar nikah tapi minta tanggung jawabnya sama Randi.
Randi belum menjawab, ia diam sebentar belum percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang
'Anak? Ternyata udah lahiran.' Batin Randi ketika melihat bayi yang tengah berada digendongan Liza.
Liza mengibas-ngibaskan tangannya didepan wajah Randi "Ran?" Panggilnya.
Randi menggelengkan kepala untuk mengembalikan kesadarannya.
"Hah?, iya gimana?" Ucap Randi ketika sudah kembali pada alam sadarnya.
Liza terkekeh "Apa kabar?" Ulangnya
"Gu-gue?" Liza mengangguk.
Randi mencoba se-cool mungkin. Yakali gagu sekarang. Malu dong "Baik kok. Lo sendiri gimana?"
"Gue juga baik--Oiya kenalin. Ini Nathan suami gue- Sayang kenalin, ini Randi" ujar Liza ramah.
"Randi--Nathan" perkenalan keduanya.
Randi tersenyum kikuk ketika tangannya bersalaman dengan tangan Nathan.
"Berdua aja?" tanya Liza ketika tidak melihat ada Friska disana
"Iya, kebetulan Friska gak suka nonton Avangers" jelas Randi, Liza mengangguk.
"Kebetulan nih udah sore. Gue duluan ya. Jangan lupa salamin sama istri." Bisik Liza pada ucapan terakhir.
"Oke."
Habib cengo melihat keduanya. Perbedaan yang sangat jauh. Randi yang canggung dengan situasi, tapi ceweknya sokab. Siapa sih?
"Bang.. Itu tadi siapa?" tanyanya
"Tck, gak perlu tau"
"Yaudah gak penting juga. - Eh, tapi ya bang, dia kok aneh gitu ya? Banyak ngomongnya dibanding abang"
"Kamu kok kecil-kecil julit ya?"
▪▪▪
Sementara ditempat lain.
Seorang gadis berkulit putih dengan rambut hitam legam yang ia biarkan terurai, baru saja keluar dari mobil putih setelah ia parkirkan didepan gedung bertingkat.
"Maaf mba, mas Hanbin nya sedang pergi" ucap salah satu security
"Kemana?" Tanya gadis itu
"Saya kurang tau mba, yang jelas mas Hanbin pergi sudah lama. " Jelasnya
"Oke, saya tunggu didalam. Tolong hubungi Hanbin suruh dia pulang secepatnya" Perintah gadis itu, lalu ia masuk kedalam ruangan Hanbin.
Sesampainya didalam ruangan, Jennie mendudukan bokongnya dikursi tempat dimana Hanbin biasanya membuat lagu. Meja berukuran besar dengan monitor yang ada didepannya.
"Oke, kita tunggu. Sampai kapan dia pergi" ucap Jennie. Ia membuang nafas panjang lalu menaruh tas dimeja.
Jennie menatap monitor besar didepannya kagum. Ia berfikir sebegitu sukanya Hanbin menciptakan musik. Lalu matanya mengarah kesisi meja, disana ada dua kertas persegi berukuran sedang. Jennie mengambil kertas itu dan membaliknya.
Foto?
Jennie mengernyitkan dahi tanda bingung. "Siapa ini?" Ia membaca tulisan kecil disudut foto 'Friska&Hanbin'
"Friska?" Jennie mencoba meneba-nebak siapa itu Friska.
Jennie menoleh ketika mendengar suara pintu ruangan terbuka. Dengan cepat, ia menyimpan dua foto itu kedalam tasnya.
Hanbin.
Itu Hanbin yang baru saja pulang, entah dari mana perginya.
"Hallo honey.." Panggil Jennie antusias lalu menghampiri Hanbin dan mencium pipi Hanbin.
"Dari mana aja? Lama lho aku nungguin"
"Siapa yang suruh nyusul ke Jakarta?" Tanya Hanbin dingin.
Jennie terkekeh, ia sudah terbiasa dengan sikap Hanbin yang suka seenaknya.
"Ya--gak ada sih. Masa iya hari gini masih LDR-an." Hanbin tak menghiraukan, ia berjalan melewati Jennie.
"Eh mau kemana lagi Hanbin.." Panggil Jennie ketika melihat Hanbin yang baru saja pulang dan pergi lagi hanya untuk mengganti kaos yang dipakainya.
"Bukan urusan lo" jawabnya dingin.
"Aku jauh-jauh lho dateng ke Jakarta buat nemuin kamu. Nungguuin terus mau ditinggal lagi. Aku itu pacar kamu Hanbin!" teriak Jennie pada Hanbin yang sudah berada diambang pintu.
Mendengar itu, Hanbin membalikkan badannya. "Kan gak ada yang suruh lo buat dateng nemuin gue.. Kalo gitu --Nih, lo balik sekarang" Hanbin mengeluarkan dompet dan mengeluarkan beberapa lembaran uang ratusan lalu ia berikan pada Jennie.
Jennie menggeleng "Gak. Aku gak butuh uang Hanbin!"
"Terus?" Tanya Hanbin
"--Oiya, lo sebut apa tadi, pacar? Sejak kapan kita pacaran?" sambung Hanbin.
"Lupa apa? Kamu sendiri yang pernah bilang 'Aku suka sama kamu' gitu " Jennie mengulangi perkataan Hanbin yang sempat dia ucapkan waktu itu.
"Sebatas suka kan? Gue gak pernah minta lo buat jadi pacar gue. Lagian suka bisa hilang kapan aja. Dan gue nyesel, pernah mutusin orang yang gue sayang cuma karena sebatas suka sama orang baru." Jelas Hanbin dengan mantap
Jennie diam sebentar tak percaya mendengar ucapan Hanbin.
Ia mengeluarkan dua lembar kertas yang sebelumnya ia simpan didalam tas.
"Ini?" tunjuk Jennie pada foto tadi
Foto yang Jennie temui dimeja tadi, ia berikan pada Hanbin sebagai bukti kalau itu yang membuat rasa suka Hanbin berubah.
Hanbin melihat kearah foto itu lalu merebutnya "Nemu dimana lo ini hm?"
"Gak perlu tau itu nemu dimana, yang jelas--" Jennie mencoba berbicara, namun Hanbin memotongnya.
"Sejak kapan lo jadi ngurusin hidup orang? Mending lo pulang sekarang dan jangan penah balik lagi kesini" perintah Hanbin lalu ia pergi meninggalkan Jennie..
"Oke. Jangan sampe kamu nyesel Hanbin!" teriak Jennie namun tak dihiraukan Hanbin.
Jennie membuang nafas panjang. Ia mulai memikirkan apa yang akan dilakukan setelah ini. Gadis itu berbalik dan mengambil tas diatas meja tadi. Ia mengeluarkan ponsel kemudian mencari salah satu nama di contact dan menghubunginya.
"Halo.."
▪▪▪