02.STIGMA

28 26 15
                                    

"Siapa yang datang?? "

Uhmmm....
"Apa paketku?? "

Mengingat ketikannya barusan,  Elen langsung bergegas bangkit dari kasurnya dan keluar menuju pagar.

Saat ia membuka pagar hitam yang menjulang membatasi trotoar dan rumahnya,  Elen mendapati seorang Gadis menangis tersendu-sendu.
Lantas Elen menatapnya malas, ia sudah tahu betul peringai wanita satu ini.

"Ada apa? "

"Len,  help me??

"Hmm?? "

"Kau tak mengizinkan aku masuk? "

"Kau bilang dengan jelas, kemarin kau tak ingin menginjakkan kaki dirumah ini lagi"

"Arghhh...
Maafkan aku,  aku ini adikmu"

"Sudahlah, hentikan air matamu!  Cepat katakan ada apa kau kemari lagi?? "

"Len,  aku hamil?? "

Mendengar kata-kata Metta barusan,  sontak membuat Elen membelalakkan kedua bola matanya.
Wajah datar yang tadinya ia tunjukkan,  berubah menjadi merah padam setelah mendengar kalimat yang baru seperempat detik lalu diucapkan saudara kembarnya.

Tak ada satupun kalimat yang diucapkan Elen. Ia hanya mematung melihat keadaan Metta saudari kembarnya itu.

"Elena,  help me?? "

Dengan tampang bodoh,  Elen mengerinyitkan dahinya bingung.

"Sikeparat ini!!  Selalu datang untuk menghancurkan hidupku"

"Oh.. Tuhan!
Metta!!!

Nada kesal yang sepertinya sudah tertimbun lama akhirnya ia sampaikan.

Tak ada kalimat lain yang bisa Elen ucapkan.
Dengan gerakan kasar ia menarik pergelangan tangan Metta tanpa perduli lagi kuku panjangnya menyakiti tangan metta.

"Awhhhh... Elena!!
Kau kasar sekali,  ini sakit!!! "

"Diam!! "

Elen melepaskan kasar tangan Metta saat sudah berada didalam rumah yang sekarang menjadi terlihat lebih Nanar.

"Katakan padaku??
Kurang apalagi hidupmu!?

"Atm,  ha??
Saldo mu bahkan tak terhitung jumblahnya!!

"Kebahagiaan??
Bahkan kau yang tinggal bersama Ayah dan ibu!! "

"Katakan kurang apalagi hidupmu??
Apa kau terlalu dibebaskan??  Ha??
Apa kau kurang kasih sayang sehingga kau mencari seseorang sebagai pelampiasanmu??

"Elena!!
Aku bukan anak kecil lagi yang harus kau marahi!! "
Aku hanya butuh bantuanmu, hanya kau satu-satunya saudaraku disini"

"Kau tau Metta,  aku menyesal kenapa kita dilahirkan kembar!!
Wajahku sudah ternodai karna tingkah laku dan moralmu yang murahan!! "
Sialan!!!!

Mendengar ucapan Elen,  Metta tak bisa lagi mengatakan satupun kalimat yang Diujarkan Elena kepadanya, Bahkan Elena tak pernah semarah ini.

Metta hanya melihat Elen pergi menjauh meninggalkannya sendirian diruang tamu.

Elen berjalan menuju kamarnya,  meninggalkan Metta sendirian diruang tamu.

Elen menangis sejadi-jadinya ketika mendengar pengakuan Metta yang otomatis telah menusuk relung hatinya.

Menyesali, kenapa mereka terlahir kembar. Kenapa Metta yang bahkan mendapat perlakuan yang lebih istimewa,  ketimbang dirinya malah  menghancurkan hidupnya sendiri dengan pergaulan bebasnya.

Metta adalah anak yang cukup cerdas, hingga ayah dan ibu Elena selalu membanggakan Metta.
Metta sering mendapat pujian karena rangking disekolah dan setiap perlombaan yang ia Ikuti.

Berbeda dengan Elena,
Saat kecil ia sering sekali pingsan ketika berada diluar ruangan terlalu lama. Dokter biang,  itu adalah penyebab dari kelahiran Kembar identik yang menyebabkan satu janin menjadi lebih lemah.

Elen hanya banyak menghabiskan waktu dirumah, ia bahkan selalu sembunyi saat mendapati orang-orang datang kerumah mereka ketika mengadakan suatu acara.

Jadi tak banyak orang tahu, kalau ayah dan ibu mereka mempunyai anak kembar.

Bahkan untuk foto saja, wajah Elen tidak Terpajang di ruang tamu.
Hanya dikamar saja, dikamar milik Elen  sendiri.

Suatu hari,  Elen kecil pernah di bawa ke sebuah tempat psikiater oleh orang tuanya.
Elen mendapat perlakuan baik selama perawatan disana.
Sampai akhirnya Ayah dan ibunya mempercayakan Elen pada Dokter yang menanganinya.

Dokter bahkan mengatakan dengan jelas,  bahwa Elen hanya sedikit depresi karena ia kurang mengetahui dunia luar, ini hanya masalah fisiknya yang sedikit lemah.
Tapi Elen benar-benar ditinggalkan  ditempat itu.

Elen kecil menangis sejadi-jadinya saat mengetahui,  Ayah dan ibunya sendiri bahkan meninggalkannya.

Suara tangisan si kecil Elen masih terngiang-ngiang dikepala nya setiap kali ia mengalami tekanan yang sama.

"Huh!!!
Astaga!  Mimpi itu lagi??

Ia terbangun dari mimpinya setelah sekian kali ia memimpikan hal yang sama,  tentang ketakutan Elen yang  yang sudah mengakar di kepalanya.
Mimpi itu selalu datang ketika Elen merasa depresi.

Namun Ia kembali mengingat keadaan Metta.

"Apa anak itu pergi?? "

Rasa penasaran tersampaikan diotak Elena,  Walaupun ini terkesan egois, tapi tak seharunya Elen memperlakukan adik sebayanya seperti itu.

Ia keluar dari kamarnya,  dan berjalan menuju ruang tamu.

Mendapati metta yang juga ketiduran di sofa dengan baju mini miliknya,  hati nurani Elena masih ingin ikut campur.

Ia kembali kekamar untuk mengambil selimut dan menyelimuti tubuh Metta yang dingin akibat suhu udara malam ini.

Dengan sangat hati-hati Elen membentangkan selimut tebalnya ketubuh metta. Meskipun saat ini rasanya ingin sekali Menguliti Metta yang sangat memalukan karena hamil sebelum menikah.
Namun Elen harus menerima karna mau tak mau mereka tetaplah sedarah.

🔥🔥🔥🔥🔥

Pagi menyusul menggantikan sinar bulan yang meredup.
Ini sudah pukul 06.00.
Cukup pagi bagi sebagian orang,  tapi Elen bergegas untuk keluar dari rumah dengan setelan sportnya.

Elen yang sekarang sudah tidak selemah Elen kecil yang dulu.
Ini ia dapatkan berkat keluarga Swan.
Dokter yang menangani dan merawatnya selama menjadi pasien psikiater dulu.

Alarm di jam tangannya sudah berbunyi.

" sudah pukul 06.30, aku harus segera keluar. Jacob pasti sudah menungguku"

If You're enjoy in my works,  vote and give me a review!!

💜💜💜

-caramel.

IM An Introvert! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang