4화

22 3 1
                                    








Younghyun POV



"Dara-ya, aku-"

"Gwenchanayo, oppa." potong Dara bahkan sebelum aku menjelaskan sesuatu padanya. "Aku tahu oppa senang karena kita menemukan solusi untuk mendapatkan dana itu." katanya lagi sambil menundukkan kepalanya sesaat.

Aku menggaruk bagian belakang kepalaku meskipun tidak gatal. Sebenarnya bukan itu yang ingin aku katakan pada Dara tapi mau bagaimana lagi jika dia sudah menganggapnya begitu. Aku memutuskan untuk kembali duduk dikursiku, diikuti oleh Dara. Tanpa mengatakan apapun lagi, aku melanjutkan makanku sambil memeriksa catatan-catatan keuangan yang aku bawa.

Untuk beberapa saat kami sama-sama diam, tapi kemudian Dara berdehem pelan dan membuatku mendongakkan kepala ke arahnya. "Ada apa?" tanyaku ingin tahu.

"Aniyo, amugeotdo. Hanya saja aku tak suka suasana menjadi hening seperti ini." jawab Dara melahap sisa Bibimbab-nya. "Rasanya aneh dua orang makan bersama tapi tak ada obrolan. Jika aku makan bersama Jaehyun, dia selalu punya cara untuk terus berbicara sepanjang makan."

"Ya! Bukankah tidak sopan berbicara sambil makan?" gertakku karena tidak suka dia membawa-bawa nama Jaehyun. "Aku hanya sedang menyelesaikan makanku sebelum mengajakmu mengobrol, kau tahu."

Dara mengangkat bahunya. Saat aku menatap mangkok Bibimbap dan Jjajangmyeon di depannya, mangkok itu sudah kosong. Hanya tersisa daun bawang di pinggiran mangkok itu yang sepertinya sengaja Dara singkirkan. Apa dia tidak menyukai daun bawang? Seingatku memang beberapa kali aku pergi makan bersamanya, dia selalu menyingkirkan daun-daun bawang itu. Padahal menurutku daun bawang itu enak, tapi bagi Dara sepertinya tidak.

"Apa kau sudah memutuskan kapan kau akan pindah ke Seoul?" tanyaku ingin tahu karena dia sama sekali tak pernah bercerita tentang itu. Selama ini aku tahu dia belum pindah dari staff­-ku yang dekat dengannya. "Aku menemukan beberapa tempat yang cukup bagus yang bisa kau tinggali"

"Mollayo oppa." sahutnya dengan tidak bersemangat. "Setiap hari aku sudah berbicara dengan Eomma, tapi dia justru memarahiku dan menuduhku tak mau hidup bersamanya lagi."

Aku mengangkat satu alisku, "Apa sesulit itu berbicara dengan Eomma-mu?"

"Eo."

"Bagaimana dengan Appa-mu? Biasanya Eomma akan menuruti apa yang dikatakan suaminya bukan? Itu seperti sebuah.. emm.. keharusan, aku rasa."

Dara menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. "Tak ada Appa dirumahku." katanya. "Meskipun aku tahu Appa belum meninggal, tapi aku tak pernah bertemu dengannya"

Aku terkesiap, "Kau tak pernah bertemu Appa-mu?" kataku mengulang perkataan Dara.

Dara mengangguk.

Aku diam, mencari topik lain. Sepertinya topik tentang orang tua Dara bukan sesuatu hal yang perlu aku ketahui sekarang. Aku juga tak mau bertanya lebih kenapa dia tak pernah bertemu dengan Appa-nya jika bukan dia sendiri yang bercerita padaku. Aku benar-benar menghormati privasi seseorang karena akupun senang jika seseorang menghormati privasiku.

"Aku sudah selesai makan," kataku memecah keheningan yang kembali muncul. "Kita pergi kalau begitu?" tanyaku.

"Sebenarnya aku bertanya-tanya kapan kau akan mengajakku kembali ke kantor meskipun aku tahu sudah lebih dari lima belas menit yang lalu piring di depanmu kosong." kata Dara sambil membereskan kertas-kertasnya. "Jika kau bukan Kwajangnim-ku, aku pasti sudah meninggalkanmu sedari tadi." gerutunya.

STUCK IN LOVE - YOUNGK [DAY6] ✅Where stories live. Discover now