19

552 98 42
                                    

Present time.

"Salut dengan Shuhua, dasar lelaki tak tau diuntung," cibir Jaemin bercanda setelah mendengar cerita Renjun.

"Kau kenapa bisa menolaknya dengan cara semanis itu sih? Padahal kau kan biasanya kasar, jangan-jangan kau bermaksud untuk tebar pesona lagi ya?" Kali ini Jeno merespon dengan menuduh Renjun.

Sungguh Renjun jadi serba salah, ia mana tega menolak dengan tiada hatinya. Shuhua itu temannya yang cukup ia perhitungkan keberadaannya, bukan hanya sekedar teman sekelas dan teman seorganisasi saja.

"Yah, mana bisa aku setega itu? Ia itu berteman baik denganku, kalau saja ia gadis lain mungkin aku masih lebih tega," Renjun berusaha menjelaskan posisinya.

"Ya Renjun, kami mengerti kok hanya saja kau juga perlu ingat kalau perempuan itu lebih mengandalkan perasaan dibanding logikanya. Kebaikanmu bisa disalah artikan," Jeno menjelaskan.

"Tapi Renjun posisinya juga dilemma, pantas saja ia sampai uring-uringan menceritakannya pada kita hari ini," Jaemin menepuk-nepuk pundak Renjun memberi support.

"Kau terlalu baik sih, dan polos juga. Kurang pengalaman sehingga tak bisa berbuat tega ke perempuan, ckck" ucap Jeno yang membuat dirinya mendapat pukulan bantal dari Jaemin.

"Jangan samakan Renjun denganmu, kau kan memang terbiasa habis tebar pesona lalu meninggalkan begitu saja," ucap Jaemin.

"Hey, bukan begitu maksudku. Renjun, yang namanya cinta bertepuk sebelah tangan itu pasti menyakitkan. Mau dibuat seperti apapun penolakan tetap penolakan, tapi yang jadi masalah penolakanmu itu seperti masih memberikan harapan untuk Shuhua, itu sama saja kau sedang membunuhnya pelan-pelan dengan harapan kecil itu. Lebih menyakitkan tau," sanggah Jeno kembali.

"Tapi Renjun tak bermaksud memberikan harapan," Jaemin membela.

"Tapi kita tak tahu apa yang Shuhua pikirkan bukan?" Jeno menyanggah kembali.

Ketiganya menjadi terdiam. Renjun jadi memikirkan ucapan Jeno dan teringat dengan Shuhua.

Seharian ini ia tak melihat Shuhua karena ia mengurusi Somi.

Apa keadaannya baik-baik saja?

"Kau tak usah memikirkan Shuhua lagi Renjun, perasaannya adalah tanggung jawabnya. Setidaknya kau sudah melakukan bagianmu," ungkap Jaemin seakan mengerti isi pikiran Renjun.

Kali ini Jeno yang sedari tadi berselisih paham dengan Jaemin turut mengangguk menyetujui perkataan Jaemin.

"Oh iya, Somi si gadis yang dibully tadi, dia itu gadis yang sering kau ceritakan?" Tanya Jaemin mengalihkan topik sebelumnya ke topik yang tidak kalah penting.

Renjun mengangguk mengiyakan.

Jaemin dan Jeno memasang ekspresi cukup terkejut.

"Selera Renjun tinggi ya, hahahahaa," respon Jaemin.

"Shuhua atau Somi? Hm, pilihan sulit hahaha," Jeno menambahkan.

Ya, Huang Renjun menyimpan perasaan untuk sahabatnya Jeon Somi.

Hanya Jaemin, Jeno dan Tuhan saja yang mengetahui ini.

Tepatnya sejak kapan, Renjun pun tak tahu. Yang pasti, dirinya merasa turut sesak ketika melihat Somi menderita.

Ia juga merasa sedih ketika harus melihat Somi berkencan dengan lelaki lain di masa lalu, itulah kenapa Renjun mengalihkan pikirannya dengan mulai menyibukkan diri dengan kegiatan akademis di sekolah.

Puncaknya, ketika Somi menangis di pelukannya tahun lalu saat Somi ditinggalkan secara sepihak oleh Lucas, mantan kekasih Somi waktu itu.

Hati Renjun sakit ketika melihat Somi begitu rapuh. Semenjak itu ia bertekad untuk melindungi dan menjaga Somi.

BEST FRIEND?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang