11

571 110 40
                                    

Somi's POV

"Cepat habiskan, setelah ini minum obatmu," kata Renjun sembari menyiapkan obat-obatan yang akan kuminum setelah ini.

Ya, akhirnya ia benar-benar datang membawa Samgyetang seperti yang ia katakan di chat kemarin. Seperti biasa, apapun yang Renjun masak selalu lezat, dan walaupun sedari tadi ia hanya mengoceh padaku, ia tetap saja merawatku seharian ini.

"Gomawo injun-ah, ini enak sekali," ucapku mengapresiasi masakan Renjun. Walau kuucapkan dengan datar, namun percayalah aku benar-benar tulus saat mengatakannya.

Tidak, aku sudah tidak marah lagi dengan Renjun setelah menceritakan apa yang kurasa pada eomma tadi pagi sebelum Renjun datang.

Flashback.

"Eomma, jika Renjun datang tolong katakan kalau aku sedang beristirahat dan tak ingin diganggu ya," pinta ku pada eomma yang sedang menyapu kamarku.

"Waeyo? kau sedang bertengkar dengannya?" tanya eomma bingung. Tentu ia semakin bingung ketika ku menanggapi pertanyaannya dengan gelengan kepala.

"Lalu kenapa? ceritakan sini pada eomma," eomma sudah duduk di sampingku.

Aku menghela nafas sejenak, mempertimbangkan apakah aku ingin menceritakan ini padanya atau tidak. Biasa kalau sedang ada masalah, aku akan dengan natural menghubungi Renjun dan bercerita padanya namun kali ini aku tentu tak bisa bercerita padanya karena sumber kegundahanku sendiri adalah dirinya.

"Somi, biasa kalau kau ada masalah eomma tau kau akan bercerita pada Renjun tapi saat ini kau tak mungkin bercerita padanya kan? jadi ceritakan saja pada eomma, arasso?" ungkap eomma seakan membaca pikiranku barusan.

"Eomma, sepertinya Renjun sudah memiliki kekasih," lirihku.

"Jjinja? bukannya itu berita yang baik?"

Aku mengangguk,"ya, aku tau tapi aku bingung kenapa justru aku merasa tak rela. Rasanya aku seperti dikhianati olehnya yang adalah sahabatku,"

Ibu tersenyum penuh arti mendengar itu dan menepuk kepalaku pelan.

"Somi-ya, apa kau menyukai Renjun?"

Ku tertegun membelalakan mataku menatap eomma,"Yah! t-tentu saja tidak! kami sudah bersahabat sejak kecil, t-tak mungkin aku melihatnya lebih dari sekedar sahabat," jelasku meyakinkan ibu.

Sekaligus meyakinkan diriku sendiri.

Ya kan? aku tak mungkin menyukai Renjun kan?

"Hm kalau kau bilang begitu, mungkin saja kau merasa sedih karena Renjun, sahabatmu itu harus kau bagi dengan gadis lain yang menjadi kekasihnya saat ini," jelas eomma.

"A-ah mungkin benar begitu," ku mengiyakan karena penjelasan kali ini lebih masuk akal menurutku walau aku sendiri sedikit tidak yakin.

"Tapi cepat atau lambat ini akan terjadi Somi-ya, kau dan Renjun masing-masing akan memiliki kekasih lalu berkeluarga. Kau harus siap untuk hal itu, akan ada beberapa jarak yang mungkin tercipta antara kalian nantinya. Ingat, Renjun sudah memiliki kekasih, interaksimu dengan Renjun tentu tidak bisa sedekat dulu, kau harus menghargai posisi kekasihnya," jelas eomma panjang lebar.

Aku hanya menunduk, mendengar penuturan eomma membuat aku membayangkan hari-hari ku tanpa Renjun. Aku setuju dengan yang eomma tuturkan, dan itu membuatku sedih sekaligus teringat masa-masa ketika aku sedang berpacaran dengan beberapa mantan pacarku.

Aku baru menyadari, saat itu Renjun juga menjaga jaraknya. Ia mencoba menghargai posisi mereka yang saat itu menjadi kekasihku, namun ia selalu memastikan dirinya selalu ada ketika ku membutuhkannya.

BEST FRIEND?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang