iv

467 96 1
                                    

Jika ditanya apa kata yang pas menggambarkan Lino, maka jawabannya adalah aneh. Selama ini belum ada yang membantah bahwa Lino memanglah aneh.

Bahkan Hyunjin berani bertaruh tak seorang pun mengatakan bahwa Lino adalah pria normal.

"Aku harus pulang cepat kali ini."

"Tapi kamu akan melewatkan pertandingan antar jurusan jika pergi sekarang."

"Ada yang lebih tidak boleh dilewatkan, Tuan Hwang."

Hyunjin sudah tidak bisa mencegah lelaki yang sudah berlari itu. Hyunjin tahu kemana arah pembicaraannya tadi. Pasti tentang seseorang spesial di stasiun kereta.

Lino belakangan ini sibuk sekali menceritakan perempuan yang katanya membuatnya jatuh cinta berkali-kali.

Mungkin orang-orang yang melihat Lino saat ini berpikir bahwa pria itu seperti dikejar anak-anak nakal. Nafasnya tidak beraturan dan rambutnya cukup acak-acakan.

Ia baru saja selesai berlari sekitar 1,8 km demi sampai di stasiun pukul 17.40. Padahal dia bisa saja menggunakan angkutan, terlebih jalanan kali ini cukup lenggang.

"Untung tidak terlambat," katanya.

Ia merapikan penampilan lewat bayangan semi yang terlihat di kaca. Merapikan rambut berkeringatnya dan tidak lupa minyak wangi yang disemprotkan dengan cara tidak biasa.

Lalu dia berlari lagi menuju pintu kereta yang sudah terbuka. Menjalankan aksi untuk mencuri kursi favoritnya.

"Kali ini aku masuk dahulu. Kursinya juga lebih dahulu aku yang menempati. Tetapi, jika kamu ingin duduk, aku tidak keberatan untuk berbagi."

Hanya Lino, sungguh hanya Lino yang langsung menggandeng tangan perempuan itu untuk duduk berhadapan dengannya. Sungguh hanya Lino yang nekat melakukannya.

SHINKANSEN || Lee Minho ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang