positif?

5K 377 34
                                    

Megan membereskan meja kerjanya, sekarang ia bersiap untuk pulang, jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. sudah seharusnya ia pulang kerja jam segini. bukan, ini bukan kebiasaan dia, dia biasanya menghabiskan banyak waktu tambahan dikantor sebelum ia kembali kerumah. hanya belakangan ini, kebiasaan dia berubah. ada apa?

"sudah mau pulang pak?" tanya sekertarisnya ketika ia keluar dari ruangan.

"iya... aku duluan yah" jawabnya kepada wanita yang berparas cantik itu.

senyumnya merekah, ketika ia sampai dirumahnya. entahlah apa yang ada dipikirannya. ia membuka pintu, ia sepertinya ingin melontarkan kata-kata, seperti ketika ia pulang beberapa hari ini. tapi itu urung, ketika ia tak mendapati seorang pun dirumahnya. ia naik kekamarnya, tak ada siapapun juga disana.

kemana Aren? mungkinkah ia sudah pulang kerumahnya?

"eh... kalo kamu mau keluar, paling tidak pintu dikunci" tulisnya di aplikasi chating.

tak lama ponselnya berbunyi, sebuah pesan balasan dari Aren.

"sorry, aku tadi buru-buru"

kemudian tak lama, ponselnya berbunyi kembali.

"yo... kamu cari aku yah. tenang saja, aku segera kembali"

seketika senyumnya tersungging, "aku akan lebih senang kalo kamu tidak kembali" balasnya yang dibalas emoticon cemberut oleh Aren.

ia turun ke dapur, menyiapkan makanan untuk mereka berdua. meski hanya mereka berdua, beragam jenis makanan telah disiapkan olehnya. Ayam goreng bawang, sup kuah seafood, dan mapo tofu kesukaan Aren, dan tak lupa sambel yang menjadi kesukaan dia, sambal mata. Hmm banyak makan bawang nih yah, biar makin tokcer :)

Sangat kebetulan, Aren pulang ketika seluruh masakan Megan telah tersaji dimeja.
"Wah....... Baunya sedap banget" pujinya, kemudian buru-buru menarik kursi dan menyantap makanan yang disiapkan Megan.
"Enakkk" pujinya kembali sembari terus mencicipi semua jenis makanan.
Megan tersenyum puas, ternyata apa yang ia sajikan membuat bahagia orang didepannya.
"Eh pelan-pelan makannya, kayak anak kecil saja" itulah Megan, meski sebenarnya perhatian tapi selalu diekspresikan dengan cara berlawanan.
Tak butuh waktu lama, makanan sudah ludes masuk ke kerongkongan mereka.
"Ahhhh" Aren menyandarkan dirinya dikursi, sambil memegang perutnya tanda ia sudah kenyang.
"Jangan lupa piringnya di cuci sendiri.  Jangan cuman makan gratis"
"Oke...oke...aku yang nyuci piring. Kamu duduk manis aja disini" Aren membereskan semua piring yang ada diatas meja, memindahkannya ke westafel, namun sebelum itu, ia memberikan kecupan ke pipi Megan.

"weh... mulut kamu berminyak cebong" Megan mengelap pipinya bekas kecupan Aren, yang tentu saja menyisakan noda minyak disana.

"sorry... aku ulang yah" Aren mencuci mulutnya di kran air, kemudian kembali mengecup pipi Megan.

"ih kamu yah... Apaan sih" Megan sok menolak kecupan itu, meski sebenarnya dalam hatinya berteriak kegirangan

---------------------------------------

jam 9 malam, barulah Aren kembali kerumah. sambil bersiul, ia berjalan masuk kedalam rumah. biasanya Megan sudah menantinya didepan pintu, menantinya dengan segala cercaannya. kok hening? Megan kemana? padahal mobilnya terparkir digarasi. sudah tidurkah ia?, sedini ini?

"ahh.... senengnya... pulang tidak diganggu sama kecoak" ucapnya dengan suara keras. ia duduk disofa ruang tamu sambil menyilangkan kakinya. ia berharap dapat respon dari atas, sesekali ia melirik, tapi tak Megan tak juga nampak.

"tuann kecoaak" panggilnya. "haloooo"

ia bangkit dari duduknya kemudian berjalan ketangga sambil menengok keatas.

VERS-US (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang