siapa yang rindu?

4.5K 369 11
                                    

"sepertinya aku harus pulang kerumah" ucap Aren yang memutuskan mengakhiri masa kaburnya dari rumah.

"baguslah" tanggapnya, yang membuat Aren tidak senang. 

"kok bagus?"

"ia bagus kan, berarti kamu gak nyusahin aku lagi. hidupku bisa tenang seperti sedia kala" 

"kamu nih ya....tapi aku ramal, kamu bakalan kangen sama aku"

"gak akan" tegas Megan.

"sungguh?"

Megan hanya mengangguk, apakah memang Aren tak berarti baginya, apakah memang Aren sebatas pengganggu baginya, sebatas parasit yang numpang hidup dikehidupannya.

Aren cemberut mendengar itu, ia melipat tangan didadanya, bibirnya berkerut. "awas saja kalo kamu sampe kangen".

Megan tersenyum melihat Aren bertingkah seperti anak kecil. kemudian ia berfikir, akankah ia memberitahukan rencana yang akan ia lakukan beberapa hari kedepan.

"Apa?" tanya Aren ketika ia menatap pria itu.

"enggak, ada belek diujung matamu" 

"sungguh?" yakin Aren sambil mengucek ujung matanya tapi tak menemui apapun disana. ia termakan tipuan Megan. "kamu ini..." katanya mengacungkan telunjuknya ke arah Megan, Megan hanya tertawa menanggapinya

"eh kecoak, minggu ini kita liburan yuk" 

"Aku gak bisa" 

"kenapa?"

"besok aku mau pulang kampung"

"kekampung kamu?"

Megan hanya mengangguk. dan entah kenapa mimik muka Aren jadi berubah. sepertinya tidak rela ditinggal Megan.

"aku ikut kalo gitu" rengeknya, dia pikir ini sekian bisa liburan.

"gak"

"kenapa?"

"aku lama disana. mungkin sebulan"

"sebulan?"

Megan mengangguk lagi, ia tahu apa yang dirasakan Aren. 

"oh" kemudian Aren tak berkomentar lagi. meski diwajahnya sangat nampak ia tidak rela, namun ia tak bisa menahan Megan  untuk tidak pergi.

"eh... bisa gak sih kamu jangan panggil aku kecoak lagi" 

"oke" tanggapnya, sedatar itu ia menanggapinya, ada apa dengan Aren?

-------------------------------------------

Megan sudah sampai dikampung halamannya, berkumpul dengan sanak keluarganya. Megan dibesarkan oleh orang tua tunggal, ibunya seorang. ia pun tak punya saudara, tapi dia masih punya kakek nenek, dan tante, adik ibunya yang setia mendampinginya tumbuh. Megan selalu ingin membawa mereka ke kota, tinggal bersama dengan dirinya. namun mereka sepertinya enggan meninggalkan rumah mereka tumbuh.

hidup dikampung tentu saja berbeda dengan hidup dikota. bagaimanapun kampung selalu memberinya ketenangan. masih bisa menghirup udara segar, mendengar kicauan burung, melihat hamparan alam hijau. tapi ketenangan tak ia dapatkan seutuhnya sekarang. dengan status barunya sebagai orang sukses diibukota, setiap jam, menit, detik, orang-orang kampung silih berganti datang kerumahnya, berbagi kabar dengannya, berbagi kisah inspiratifnya. meski ia merasa terganggu, senyum tetap merekah diwajahnya.

malam hari, ia benar-benar lelah, orang-orang tadi benar-benar tidak memberinya waktu untuk istirahat. ia menghempaskan dirinya dikasur, kasur yang tidak begitu empuk, namun inilah kasur yang menemaninya tumbuh. seketika ia kembali bernostalgia kemasa lalu. masa sulit untuk keluarga mereka.

VERS-US (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang