Wendy pulang jalan kaki.
Tadi sebelum dia cabut dari para lelaki itu, Wendy ke minimarket dulu. Dia ingat apa tujuan awalnya kesana.
Pas Wendy mau gerek gerbang, ada suara klakson dan motor berenti.
“Lah anjir, lo rumahnya disini?” Wendy gak jawab, orang itu akhirnya buka helm. “Jae.”
“Iya, lo juga?” Tanya Wendy.
“Hooh, sebelah sononya tapi,” Ucap Jae.
“BTW, lo tau nama gue dari mana? Guekan gada kenalan sama lo” sial, kegep gue.
Jae mati kutu Wendy tanya kaya gitu.
“Tok tok tok, permisi” Wendy menjentikan jarinya di depan wajah Jae.
“Ya gue denger orang-orang manggil lo Wendy. Dan dapat gue simpulkan nama lo Wendy,” Kilah Jae.
“Ya kalo seandainya nama gue bukan Wendy, malu dong” Wendy ketawa.
Wendy ketawa. Perlu di garis bawahi Wendy ketawa. Jae baru pertama kali liat Wendy ketawa.
“Ya gue jugakan mastiin dulu. Soalnya seinget gue, gue pernah DM-an sama yang namanya Wendy. Kan bener fotonya lo” Jawab Jae, tengsin lah anjir di ketawain.
“Oh iya, gue inget lo anak arsitek juga” Wendy nyengir. “Udah malem anjir, lo pulang sana”
“Anjir ngusir?!” Tanya Jae sok sok marah, padahal aslinya seneng banget bisa ngobrol sama Wendy walaupun cuma seuprit.
“Bukan gitu maksud gue, yakan gak baik masih motor motoran udah mau jam sepuluh” Jae gemes sama Wendy, rasanya dia pengen unyel-unyel pipinya Wendy. Tapi tau diri lah.
“Iya iya, ini gue cabut ya.” Jae masang helmnya lagi.“Good night Wendy, have nice dream” Wendy yakin kalo ini gak gelap pasti muka dia keliatan merahnya.
Cepet cepet Wendy masuk dan tutup pager rumahnya, Wendy lemes. Dia megangin dadanya
Anjir gue kenapa dah
KAMU SEDANG MEMBACA
Di balik Layar
Fanfiction[ Sedang revisi ] Karena kata orang di balik layar lebih gregetan dari pada di depan layar.
