Aku pernah dipaksa berdiri diatas kerikil tajam yang menukik, yang perlahan membuatku terhimpit penuh kesakitan.
Merasa sial dan tidak mempunyai siapa-siapa untuk meredam sakit. Tidak ada seorangpun yang mencoba memahami. Hanya ada diriku sendiri.
Hingga akhirnya harus bangkit dengan tertatih, menghindari kerikil -kerikil yang menukik. Sempat aku menangis seharian merapal pada jalananan tentang mengapa aku yang harus melewati bebatuan itu.
Hingga akhirnya darah yang mengalir di pergelangan tangan dan telapak kaki mulai berhenti dengan sendirinya. Tak ada lagi rasa sakit akibat tergores, atau akibat aku yang dengan sengaja memotong urat nadi.
Tanpa bantuan siapapun. Aku kembali memilih kehidupan agar matiku tak menjadi suatu yang sia-sia. Masih ada yang harus aku lakukan agar aku dipandang manusia yang berguna.
Lalu kemudian waktu menghapus semuanya dan ajaibnya aku tidak memerlukan waktu yang cukup lama untuk kembali baik-baik saja. Nyatanya, suatu masalah hanya perlu dihadapi dan ditemukan jalan keluarnya. bukan disesali apalagi membuat diri seolah tak punya harga diri.
Aku berhasil sembuh lagi.
Maka jika besok lusa kembali terluka dan terjebak dengan kesesatan sekali lagi, aku sudah terbiasa mengobatinya dan meninggalkan kesesatan itu tanpa campur tangan orang lain.-02'01
___________________________________
Jangan lupa vote yaa!
Terimakasih.
_____________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Offender's•
RandomKita kasih, awalnya Kita kisah, akhirnya Setelah kamu pergi, warnaku berubah jadi abu-abu. -Dari aku, yang menuliskanmu.