Aku berpisah dengannya ketika Malioboro sudah terbalut warna jingga. Sebelum benar-benar berpisah, Rangga bertanya.
"Besok kemana?"
Ada harapan untuk bertemu lagi dalam pertanyaan itu. Namun kali ini aku memutuskan untuk membangun kembali benteng pertahananku. Aku pun menjawab.
"Besok aku ada janji dengan teman".
Wajahnya kecewa, namun cepat-cepat ditutupi dengan senyuman salah tingkah. Senyum yang nyaris membuatku ingin membatalkan kebohonganku barusan. Untung saja logikaku masih berjalan sempurna dibantu dengan ego yang berkemelut tinggi di hati.
Kami pun berpisah.
Sejenak aku mengamati punggungnya berjalan menjauhiku. Siluet yang sebenarnya ingin terus-terusan aku amati sepanjang senja ini. Aku menahan diri untuk tidak berlari mengejarnya meskipun hati kecilku meronta dengan amat sangat.
Sungguh, aku benar-benar menikmati hari ini.
Jika boleh, aku ingin mengulangnya lagi.
Tapi tentu saja, keadaan tidak akan semudah itu, setidaknya untuk saat ini. Ketika aku bahkan tidak tahu apakah aku harus menetap pada satu hati atau berpindah mencari persinggahan lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilatory
Teen FictionKetika memiliki satu sama lain tidak selalu menjadi solusi dari sebuah persatuan rasa. Kadang melepas adalah satu-satunya cara untuk mendewasakan satu sama lain. Di Kota Yogyakarta, dua insan kembali dipertemukan dan diizinkan untuk mengatakan apa y...