Moonlight

2 0 0
                                    

Malam ini bulan tersenyum cerah dalam balutan bentuk yang sempurna.

Aku duduk di balkon kamar hotelku sambil menyesap secangkir teh hangat.

Semilir angin malam dan suasana kota Yogyakarta yang mulai sunyi membuat anganku melayang dan mendarat di atas sebuah memori manis yang masih hangat bersama seseorang siang ini.

Rangga.

Aku mungkin berhasil membangun benteng pertahananku di depannya hari ini. Tapi benteng yang kubangun tidak sekokoh itu untuk dapat menghalangi hatiku untuk kembali mengenangnya.

Bagaimana ia tersenyum, tertawa, dan memandangku dengan ekspresi menyenangkan yang sulit dijelaskan. Ekspresi bahagia yang mampu membuat hatiku hangat dan salah tingkah hingga harus selalu memalingkan pandangan ketika kami sedang berbicara.

Bagaimana ia masih mengingat hal-hal yang aku suka.

Bagaimana ia melindungiku dengan berjalan di sisi kanan jalan setapak.

Bagaimana ia berharap untuk bisa bertemu lagi denganku sebelum kami berpisah.

Jika boleh jujur, aku ingin sekali mengulang hari ini berkali-kali. Bersama Rangga, semuanya terasa mudah dan menyenangkan. Aku tidak pernah berhenti tertawa dan bahagia ketika bersamanya.

Semuanya masih terasa sama meskipun ada jeda waktu yang tidak kami habiskan bersama sebelum ini. Ia masih sosok yang sama, dengan sifat yang sama, dan dengan kemampuan yang sama untuk membuatku berdebar.

Jika saja ia tidak membuat kesalahan fatal kala itu, tentu aku tidak akan ada di titik ini.

Titik di mana aku sudah membuat keputusan untuk tidak mendekatinya lagi atau sekadar berbagi kabar dan melakukan obrolan ringan.

Meskipun nyatanya, usaha yang aku lakukan sia-sia. Aku tidak setangguh itu untuk memalingkan hati darinya. Padahal aku tahu, aku hanya akan membuat luka lama kembali terbuka dengan terus mengingatnya.

Rangga.

Apakah menyukaimu akan selalu sesulit ini?

Dilatory Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang