Kezia semalaman tidak pulang, dia lebih memilih pulang ke apartemen sederhana miliknya, tanpa di ketahui orang tuanya, namun meski begitu dia sempat memberi tau keberadaannya pada Tio pengawal pribadinya.
Hari ini Kezia memang tidak kuliah, namun dia harus memeriksa beberapa hal yang belum dia selesaikan kemarin, Kezia bukannya datang ke kantor, namun dia memilih menghubungi Selly untuk mengirim semua pekerjaannya yang belum selesai ke emailnya.
Kezia memerlukan waktu yang tenang dan nyaman untuk bekerja, walau di kantor Kezia menyediakan fasilitas lengkap namun Kezia butuh ketenangan tanpa ada yang mengganggu.
Natarina berjalan mondar mandir di teras Mansion, dari tadi malam Kezia belum juga pulang, walau dia tau Kezia pergi menggunakan mobil namun dia tidak yakin anaknya akan menggunakan mobil sportnya, entah semalam dia sedang kalut, dalam keluarganya segala tindak tanduk perilaku harus di perhatikan makanya dia mempekerjakan pelayan pribadi untuk anaknya dari rekomendasi ibunya.
Natarina tau jika anaknya butuh kebebasan, anaknya kesepian tanpa dirinya atau suaminya di rumah sebesar ini, Natarina tau dia salah meninggalkan anaknya demi menemani perjalanan bisnis suaminya, namun jika dia tinggal bersama anaknya, bagaimana suaminya nanti, siapa yang menyiapkan segala sesuatunya.
"Tio, bagaimana, apa keberadaan Key sudah diketahui?" Tanya Natarina ketika dia melihat Tio pengawal pribadi Kezia.
"Nona Kezia berada di tempat yang aman nyonya, namun saat ini nona tidak ingin di ganggu, saya sudah menyuruh beberapa anak buah saya untuk mengawal nona Kezia tanpa sepengetahuannya nona Kezia" Natarina bisa sedikit bernafas lega, anaknya baik baik saja, walau belum mau pulang, namun dia bisa membujuk Kezia pulang jika anaknya sudah tenang.
"Baiklah kamu bisa melanjutkan pekerjaanmu" Tio pamit undur diri setelah Natarina menyuruhnya pergi.
"Orlando, kenapa kamu sesantai ini, apa kamu tidak khawatir dengan Kezia?" Tanya Natarina yang melihat Orlando sedang membaca koran bisnis di sofa ruang keluarga.
"Key sudah dewasa, dia berhak menentukan pilihannya, aku percaya anakku, jadi aku tidak perlu mengkhawatirkannya" Kezia memang meninggalkan ponselnya di rumah, beruntungnya macbooknya berada di mobil, jadi dia bisa menghubungi Orlando tanpa sepengetahuan Natarina.
"Kamu selalu begini, bagaimana kalau Key kenapa-kenapa, apa dia sudah makan, apa dia baik baik saja?" Natarina memang menyesal, baru kali ini dia memukul anaknya, dan hingga saat ini rasa menyesal itu masih ada.
"Apa aku juga harus mengekang segala kegiatan Kezia sama seperti mu, Nata, Kezia sudah dewasa, beri dia kesempatan untuk membangun karakternya sendiri, jika dia terus bernaung di bawah kita, bagaimana dia bisa maju, bagaimana dia bisa menyelesaikan masalahnya sendiri,?" Tanya Orlando, memang Orlando sangat sangat menyayangi istrinya juga menyanyangi anaknya, namun jika salah satu dari mereka salah dia sebagai kepala rumah tangga wajib memberi tahu dan membenarkannya.
"Maaf..." Ucap Natarina pelan, namun setelah itu Orlando langsung memeluknya, dia tau istrinya menyesal dan dia juga tidak bisa mengubah tradisi pada keluarga istrinya yang selalu mengutamakan sikap dan prilaku yang sempurna.
"Sudah, yang penting Key baik baik aja" Orlando mengusap kepala Natarina, mencoba menenangkan istrinya yang sedang memikirkan anaknya yang belum pulang.
Kezia memutuskan untuk jalan jalan sebentar, setelah dia mengirim semua laporan yang sudah di kerjakan pada Daddynya. Hari ini dia hanya berjalan jalan di sekitar taman dekat dengan apartementnya.
Sore sore begini akan banyak orang tua yang mengajak anaknya jalan jalan sambil menikmati udara sejuk dari pohon pohon yang mengelilingi taman, Kezia duduk di bangku kosong yang menghadap langsung ketaman.
Beberapa anak laki laki sedang bermain bola bersama teman temanya, para orang tua menyaksikan anak anaknya bermain di pinggir taman sambil mengawasi mereka, Kezia merasa iri dengan mereka, dulu waktu kecil dia bahkan hanya di temani nanynya, boleh bermain setelah dia menyelesaikan tugasnya, dulu bahkan dia tidak mempunyai teman kecil, dulu dia mengira dia hidup di istana megah dengan semua hal yang dia miliki, namun saat dia dewasa, dia hanya ingin hidup seperti orang kebanyakan, bercanda tawa dengan orang tuanya.
"Menikmati pemandangan honey?" Kezia langsung menoleh pada sumber suara, di sampingnya ada Daddynya, Kezia tidak tau kapan Daddynya datang.
"Dad" Kezia langsung memeluk Daddynya, laki laki paling pengertian dalam hidupnya, laki laki yang bisa membuatnya tertawa dikala dia bersedih.
"Menangislah sepuasmu, pelukan Daddy akan selalu untukmu" Kezia semakin memperdalam pelukannya pada Orlando.
Setelah tadi puas menangis, kini mereka berdua sedang duduk di kedai di pinggir taman, menangis memang menguras tenaga sehingga Kezia butuh asupan untuk menambah energinya.
Selesai mereka berdua makan, Kezia masih duduk di kedai bersama Daddynya, jarang jarang mereka bisa menghabiskan waktu bersama seperti ini.
"Pulanglah honey, kasihan Mommy memikirkan mu" Orlando tidak ingin memaksa Kezia namun, melihat istrinya yang sedih dari tadi malam, maka dia harus membawa pulang anaknya.
"Ok Dad, aku akan pulang" Kezia yang merasa semua sudah baik baik saja, dan waktunya kembali ke rumah.
Setelah mengerjakan pekerjaannya Xander lebih memilih pulang, dia ingin menikmati waktu berdua dengan adiknya, Xander memilih menetap beberapa tahun di Indonesia hingga adiknya menikah mungkin, Elmira tidak mau ikut dengan Xander ke New York jadi sebagai kakak yang baik Xander akan menetap di Indonesia selama beberapa tahun ini.
Xander masih memikirkan ucapan tuan Orlando tadi siang, dia ingin Xander menikahi putri semata wayangnya, namun Xander belum mengenal putri tuan Orlando, Xander memang sudah mengenal tuan Orlando, Papanya dulu teman dekat tuan Orlando, namun mereka jarang bertemu karena tuan Orlando menetap di Indonesia mengikuti istrinya.
"Ahh, bisa gila kalau begini caranya" Xander memijit mijit kepalanya, Devan yang duduk di depan menoleh pada Xander, sepertinya bossnya itu sedang pusing.
"Tuan, apa anda baik baik saja?" Tanya Devan, dia khawatir bossnya itu sakit, apa lagi perbedaan cuaca antara Indonesia dengan New York sangat drastis.
"Hmm,,, cari infomasi anak Orlando Spindler" Devan langsung mengangguk, baik dia atau Xander mereka berdua belumtau bagaimana wajah anak dari Orlando Spindler.
"Kak Xander kenapa?" Tanya Elmira ketika melihat Xander seperti tidak fokus pada makannya.
"Kakak baik baik saja, El, kalau kakak menikah apa kamu enggak keberatam?" Tanya Xander, walau bagaimana pun, Elmira adiknya, dia berhak meminta pendapat Xander.
"Aku enggak masalah sih kak, yang penting dia bisa ngerti keadaan aku disini" Elmira menyadari dirinya siapa, dan saat Xander menikah nanti dia juga harus tau diri, siapa dia, dia hanya upik abu di mansion mewah ini.
"Kamu akan tetap disini, suka atau enggak suka istri kakak sama kamu, kamu prioritas kakak saat ini dan nanti" Xander tidak ingin adiknya tinggal sendirian lagi, dan masalah anak tuan Orlando tidak suka dengan adiknya itu bisa dibicarakan lagi nanti.
"Memang kakak mau menikah dengan siapa?" Tanya Elmira.
"anak tuan Orlando Spindler, pemilik Universitas tempat kamu kuliah, tapi kakak belum mengetahui nama, wajah, tadi kakak hanya diminta menikah dengan anaknya, dan besok malam kita akan kerumah tuan Orlando untuk melamar anaknya, jadi kakak minta kamu siap siap" Elmira hanya mengangguk, dia tidka heran jika kakaknya akan menikah dengan anak Orlando Spindler, status sosial mereka setara itu yang Elmira ketahui.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKE WEDDING [END]
Romancebeberapa part sudah di hapus. untuk part yang lengkap ada di google play...