Keheningan malam ini ternodai oleh bunyi kentongan bercampur tampah yang ditabuh dengan suara riuh sepanjang jalan oleh beberapa penduduk kampung.
Pria,wanita, yang muda dan yang tua, mereka semua bergabung untuk mencari bayi hilang yang konon digondol oleh Wewe gombel.
Tampak sepasang suami istri yang mengiringi para penduduk desa yang ramai memanggil nama si bayi.
Bukan namanya sih, tapi sebutan buat si bayi. Lah si bayi yang baru lahir itu belum sempat dikasih nama tahu-tahu raib begitu saja!
Orang-orang ramai menduga kalau bayi malang itu digondol makhluk astral yang belakangan ini membuat resah para orangtua yang punya anak kecil.
"Blek blek ting, blek blek ting. Nang, muncula! Blek blek ting, blek blek ting, Keluarlah, Nang!"
Sepanjang jalan perkataan itu terus diulang-ulang bagaikan mantera untuk memanggil anak yang hilang itu.
Si ibu malang itu menangis dalam pelukan suaminya.
"Mas, kalau tole sudah dimakan Wewe Gombel, gimana toh? Aku takut, Mas!"
Suaminya menghela napas berat, dia sudah capek ngurusin istrinya yang cengeng abis ini.
"Ndak mungkin toh, Bu. Wewe gombel ndak makan anak kecil kok."
"Jare sopo?!*" Timpal istrinya ngotot.
* Kata siapa
"Ya, legendanya begitu. Paling anak kita disusui, atau dikasih makan taik!"
"Huaaaaaaa!"
Tangisan si istri makin menjadi, dibarengi cubitan di perut sang suami.
Sujono jadi malu, semua orang kini merhatiin dia dan istrinya.
"Buk, Buk, pssttt, diem. Nanti dipikir aku selingkuh dari kamu!"
Ucapan spontan Sujono yang ndak pake mikir justru menyulut api emosi di dalam hati istrinya.
"Lah, memang kowe selingkuh toh! Kamu selingkuh dari aku, terus kamu nyelingkuhi istri bulemu juga!" Bentak istrinya.
Wajah Sujono jadi merah padam. Aib lamanya kini diumbar-umbar lagi sama istrinya.
Juminten itu sebenarnya pacar pertama Sujono, tapi istri keduanya.
Yah, jaman masih pacaran sama Juminten, Sujono tergoda oleh majikan bulenya. Dia selingkuh dari pacarnya, bahkan sampai menikah dengan majikan bulenya itu. Tapi kurang ajarnya, Sujono tetap macari Juminten bahkan sampai ngawini pacarnya itu.
Baru akhir-akhir ini kebobrokan Sujono terbongkar oleh kedua istrinya. Di kala kedua istrinya sama-sama hamil benihnya!
Mungkin dia kena karmanya, sekarang kedua anaknya sama-sama lahir, dan sama-sama raib!
Setelah ini Sujono juga harus mencari bayi bulenya. Mungkin diculik orang yang mau minta tebusan! Ndak mungkin toh Wewe gombel yang nggondol? Wewe Gombel kan doyannya bayi pribumi, pikir Sujono polos.
"Pak, Ibu, tolong fokus ke pencarian bayi sampean ya. Masalah rumah tangga mbokya diselesaikan nanti saja," Pak Rt memberi nasehat pada pasutri yang lagi perang dingin itu.
Sujono menghela napas panjang, lalu menggandeng istrinya.
"Ayo, Buk. Keburu malam, nanti susah nemuin si tole."
Dengan wajah sembap, Juminten mengikuti suami kurang ajarnya itu.
"Blek blek ting, blek blek ting. Nang, muncula! Blek blek ting, blek blek ting, Keluarlah, Nang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
26. Pengantin Sang Genderuwo (TAMAT)
رعبTELAH TERBIT EBOOK DAN NOVEL CETAKNYA! BUKA BIO PENULIS UNTUK LINK DAN KETERANGANNYA.. Sumi hanya anak haram Kang Somad dengan wanita bule yang ditemuinya saat dia pergi ke kota untuk menjual batu akiknya. Mereka bercinta sekali dan hasilnya wanita...