Kisah Lama Versi Vreşbient

2 2 0
                                    

Sejarah memang hanya terjadi di masa lalu. Seiring berjalannya waktu, sejarah akan terbuang dari ingatan seperti menyingkirkan setitik debu. Orang-orang cenderung tidak peduli akan sejarah yang sebenarnya sangat penting untuk diingat. “Mereka hanya tinggal sejarah,” Begitulah kata orang-orang. Mereka cenderung melupakan, sehingga saat apa yang dilupakan sedang dibutuhkan, mereka akan bingung sendiri.

Namun berbeda dengan sejarah ini. Sejarah yang sangat mengerikan. Semakin orang melupakannya, semakin orang akan mengingatnya. Sejarah itu seakan masuk dan menguasai pikiran setiap orang, tidak pernah membiarkan orang tersebut melupakannya.

Kisah Deştro Goltarazeas dan Salatasa Shaelight memang menjadi tanda tanya untuk setiap pendengarnya. Akan ada berbagai versi mengenai cerita ini. Tidak ada yang tahu bahwa sejarah yang setiap hari didongengkan oleh sang ibu kepada anaknya secara turun-temurun itu ternyata mengandung kepalsuan. Semua menganggap kisah yang mereka ketahui itu benar adanya. Namun sebenarnya, kisah yang asli masih tertutup rapat sampai sekarang. Hanya segelintir orang yang tahu mengenai kisah tersebut. Mereka yang mengetahuinya akan menutup mulut rapat-rapat atau berpura-pura tidak tahu, karena sekali terbongkar maka nyawa mereka taruhannya.

Dan seorang anak muda bernama Tavares berkelana demi mencari kebenaran dari kisah tersebut. Sesuatu dalam dirinya menyuruhnya untuk tidak menyerah dan putus asa untuk menemukannya. Padahal kalau dipikir-pikir, tidak ada bedanya Tavares tahu atau tidak. Hanya saja, Tavares sudah terlanjur pergi jauh demi mendapat jawabannya. Dan jika Tavares kembali, maka perjuangannya hanyalah sesuatu yang sia-sia saja.

Di sinilah Tavares, duduk bersama dengan seorang pria asing bernama Vreşbient yang memiliki kemampuan untuk mengalahkan Orc Putih yang mustahil untuk dikalahkan. Tentu hal yang menarik dan penuh misteri bagi Tavares yang memang sedikit pengetahuannya tentang dunia luar. Di Hutan Agung, Tavares hanya sebatas berburu, tidak lebih.

Kondisi Tavares sudah membaik berkat obat-obatan herbal yang didapatkan Vreşbient dari hutan. Tavares sudah siap mendengarkan cerita. Dia menunggu Vreşbient berbicara. Berbeda dengan Vreşbient yang nampak ragu dengan keputusannya sendiri.

“Aku tidak tahu apa yang kulakukan benar. Hanya saja, aku mempercayaimu.”

“Tidak apa jika kau tidak mau bercerita. Aku akan mencari orang lain yang bisa menceritakannya padaku,” ujar Tavares. Dia tidak akan memaksa Vreşbient hanya untuk keinginannya. Dia tidak akan bertindak egois.

“Sekalipun kau mencari ke Xamparlnia, kau tidak akan pernah menemukannya.”

Tavares hanya tersenyum menanggapinya. Dia tidak tahu di mana Xamparlnia berada, dan dia juga tidak mau tahu.

“Mungkin aku harus membuka lagi ingatan tentang peristiwa berdarah dua puluh empat tahun silam.” Tatapan Vreşbient mulai menerawang lurus ke depan.

“Umurku.”

“Keluarga yang bahagia. Rakyat yang aman dan damai. Salatasa yang makmur sentosa. Semua hidup dengan sejahtera kala itu. Distra Mathilda yang tak lain adalah Distra dari Salatasa Shaelight mengijinkan semua keluar masuk Salatasa, baik rakyat sendiri maupun pendatang dari daerah-daerah lain. Tidak ada perbedaan kasta. Distra Mathilda tidak mengijinkannya. Hal itu membuat nama Salatasa Shaelight menyebar di mana-mana. Belum lagi Deştro Flatcher yang menyelesaikan setiap permasalahan dengan sifatnya yang bijaksana dan cerdas. Membuat Salatasa Shaelight dihormati kawan dan disegani lawan.

Sayangnya, Deştro Flacther berbeda. Deştro Flacther bukanlah Sang Penunggang ataupun Sang Penyihir yang memiliki sebuah kekuatan untuk mempertahankan Salatasa Shaelight. Deştro Flacther hanyalah seorang manusia biasa, hanya mengandalkan otak dan otot saja. Deştro Flacther dipilih untuk memimpin Salatasa karena dia memiliki hati yang suci dan mulia. Dan itulah awal mula timbulnya pemberontakan dari orang-orang yang iri dan dengki karena merasa tidak adil dengan dipilihnya Flacther sebagai Deştro dari Salatasa Shaelight.”

Vreşbient berdiri, berjalan perlahan ke jendela dan menatap lurus ke arah bunga kertas yang bermekaran di depan rumahnya dengan sangat indah. Tapi sebenarnya, pikiran Vreşbient sepenuhnya mengenang perisiwa masa dulu yang membuat banyak pihak tak berdosa harus terbunuh, termasuk anak polos yang tidak mengerti apapun.

“Salah satu dari Teän Elfarga memberontak. Namanya adalah Goltarazeas. Dia berambisi untuk menjadi Deştro. Dengan susah payah dia mencari naganya ke seluruh penjuru dunia. Bertahun-tahun lamanya hingga dia pun hampir menyerah. Di tengah-tengah keputusasaannya, Deft yang tak lain adalah pendamping Goltarazeas membawakan sebuah karung berisikan sesuatu yang mampu membangkitkan kembali semangat Goltarazeas. Yaitu sebuah telur naga. Goltarazeas meletakkan tangannya di atas telur tersebut seraya memejamkan mata, meresapi aliran dingin yang menusuk pori-pori kulitnya. Dan dari sanalah Goltarazeas mendapatkan seekor naga yang dia namai Xerephy. Sampai sekarang Xerephy masih hidup, tapi tidak diketahui keberadaannya. Hanya Goltarazeas dan Deft saja yang tahu di mana dan apa yang dia lakukan selama ini.

Bersama pasukan yang sudah Goltarazeas bentuk dan latih, mereka menyerbu Salatasa Shaelight. Deştro Flacther dan pasukannya tidak siap dengan penyerangan yang tiba-tiba. Mereka kalang kabut. Ditambah sepasukan Orc yang menyerang membuat mereka kalah jumlah. Deştro Flacther berjuang sampai titik darah penghabisan. Distra Mathilda segera mendatangi tempat di mana Teän Elfarga tinggal dan meminta pertolongan. Bukannya membantu, Teän Elfagra malah mempersiapkan diri untuk pergi berpindah tempat. Distra Mathilda beralih mengunjungi Teän Moraneum dan Teän Syrdeave, mereka bersedia membantu. Tapi sayangnya terlambat. Deştro Flacther meninggal dan sudah digantikan oleh Goltarazeas.  Goltarazeas memerintahkan seluruh pasukan Salatasa untuk membunuh Distra Mathilda dan seluruh anggota Teän Moraneum dan Teän Srydeave. Mereka semua dibunuh dengan kejam hingga tak tersisa satupun. Sampai sekarang, semua menantikan kehadiran Wörfztar, anak dari Distra Mathilda yang sebenarnya sudah meninggal karena belum sempat dilahirkan oleh ibunya.”

Tavares menunggu kelanjutannya. Tapi sepertinya Vreşbient tidak berniat melanjutkan ceritanya. Maka Tavares pun membuka suara, “Orc Putih itu memanggilku Wörfztar.”

“Kembalilah! Orang tuamu pasti mencarimu.”

Tavares menghela napas gusar. Dia berdiri dan memegang pundak Vreşbient. “Kuharap kita bertemu lagi.” Lalu dia pergi dari rumah kecil milik Vreşbient.

Vreşbient berbalik, menatap kepergian Tavares dan tersenyum misterius. “Kita memang akan bertemu lagi, Wörfztar.”

•∙☪∙•

Sampai bertemu di chapter berikutnya....

M/V

Hargost AviralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang