Kau adalah rindu, entahlah (3)

11 1 0
                                    

Maaf, ikatan agama melemahkanku.
Aku pergi. Jaga diri baik-baik.
-entahlah

~

Jika ada satu waktu, saat aku bisa memandang jelas matamu, dan memelukmu erat. Aku ingin pergi ke waktu itu.

Karena di masa ini, setiap kulihat dirimu, hatiku hancur. Ketika kudengar suaramu, jantungku berhenti berdetak.

Selamat tinggal Kasih. Aku harap, kita akan bertemu kembali dalam masa yang berbeda. Dalam sudut pandang cinta yang sama.

Dalam ruang yang luas ini, aku akan mengatakan kata-kata yang mungkin ingin kau dengar.

Bahwa aku telah mencintaimu.

Dan aku akan segera melepaskan genggamanku dari perasaan yang telah terinjak ini.

Cerita kita di sini. Kata-kata yang terikat dalam beribu perasaan dalam.

~

"Mama?"

Cahaya itu hanya tersenyum padaku. Rinduku ini hampir membunuh jiwaku. Air mataku tak terlihat di dalam air itu. Namun terasa sangat menyesakkan. Bahwa kita tak lagi dapat melihat orang-orang yang kita sayangi.

Cahaya itu memudar, meninggalkan hati yang sedang rindu ini.

"Ma.."

Mataku menjadi gelap. Aku tak bisa melihat apapun.

~

Aku membuka mataku. Aku berada dalam sebuah tempat. Aku tak tahu pasti apa nama tempat itu. Yang kutahu, tempat itu terjebak di tengah-tengah danau. Aku terapung kesana-kemari.

Waktu itu langit hampir gelap. Hari hampir berakhir. Namun tidak dengan perasaanku.

Aku menoleh ke arah yang jauh. Aku tak dapat menemukan apapun. Hanya air yang mengeliingiku.

Tiba-tiba datanglah 3 kapal melewatiku. Salah satu kapalnya bertuliskan 'The Journey'

~

Matahari menampakkan wajahnya pagi itu. Cahayanya melesat masuk ke dalam ruang tidurku. Aku yang tengah terlelap perlahan membuka mata.

Alarm dari hpku berbunyi.

Aku mengerang seraya meregangkan tangan dan kakiku.

"Hoahm.." aku melihat jam di hpku. Sekarang masih pukul 06.00.

Tiba-tiba satu panggilan masuk. Aku lihat ternyata dari Arion. Langsung aku angkat.

Aku yang masih setengah sadar akhirnya bersemangat. Rasanya bahagia sekali. Karena Arion sudah lama tidak bisa dihubungi dan tidak menghubungiku.

"Halo,"

"Halo, Sa."

"Hmm.. kapan terakhir kali kamu hubungi aku? Baru sekarang kamu hubungi aku."

"Iya, maaf. Kamu ada waktu gak hari ini?"

"Kenapa? Mau ketemuan?"

"Iya, ketemuan yuk.. ada hal yang pingin aku sampein"

"Bilang lewat telfon aja napa sih.."

"Ah, gak enak kalo lewat telfon. Pokoknya nanti kamu jam 11 di cafe ****** dekat pelabuhan dan ya, gitu aja. Sampe nanti.."

"Eh tunggu.."

Tut.. tut.. tut..

Ah sial, dimatikan.

Aku penasaran akan apa yang akan disampaikan Arion hingga dia mengajakku ke tempat itu. Apalagi setelah lama tidak meghubungiku.

Atau jangan-jangan..

Ah, tidak. Aku langsung menepis pikiran yang tidak-tidak itu.

~

Sekarang sudah pukul 10.45. Aku sudah berada di cafe yang telah dikatakan Arion sebelumnya. Aku menunggunya datang.

15 menit terasa begitu lama. Tapi tak apa, penantian lama oleh rindu ini akan segera musnah begitu wajahnya tampak di depanku.

...

Sekarang sudah pukul 11.10 namun Arion belum menampakkan batang hidungnya. Aku mengecek hpku. Kalau-kalau dia membatalkan pertemuan ini.

"Hai, lama nunggunya?" Pria tinggi berpakaian santai itu ada di hadapanku. Seketika rasa resahku hilang. Terlukis segaris senyum di bibirku.

"Kamu terlambat 10 menit."

"Hehe, maaf ya.. yuk.."

Dia menggandeng tanganku hendak membawaku keluar.

"Eh? Mau ke mana?"

Dia menunjukkan dua lembar karcis kepadaku. Karcis untuk menaiki sebuah kapal.

"Kita akan naik kapal, ayo."

Dia menarik tanganku.

"Eh, jangan dulu,"

"Loh? Kamu gamau?"

"Bukan gitu, tapi ini tadi minumanku belom dibayar. Aku mau bayar dulu."

"Oh, yaudah sini aku aja yang bayarin."

"Oh oke, makasih hehe jadi gak keluar duit"

Dia hanya tersenyum padaku. Hatiku lega melihat wajah tersenyumya. Seketika aku lupa bahwa dia pernah menghilang tanpa kabar.

"Yuk,"

"Iya,"

Kau tak tahu betapa bahagianya aku saat itu. Tanpa tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Kami menaiki sebuah kapal bertuliskan 'The Journey'.

Siang itu tak terlalu panas. Awan tebal memayungi kepala kami. Itu saat yang menenangkan jiwa.

Sampai Arion memulai percakapannya.

"Ehem, Sa."

"Ya?"

"Aku mau ngomong sesuatu."

Hatiku berdebar-debar seperti sedang lari marathon.

"Apa?"

"Aku mau kita putus."

Jantungku yang tadinya berpacu, seketika berhenti berdetak.

"Kenapa?? Aku sayang sama kamu, Arion. Kamu gak sayang aku??"

"Hm.. aku sayang kamu, tapi.. aku gak bisa meneruskan hubungan ini."

"Kenapa???"

Air mataku berlinang. Menepis semua kebahagiaan yang baru saja aku kecap.

"Maaf, ikatan agama melemahkanku. Aku pergi. Jaga diri baik-baik."

~

EntahlahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang