PART 4

4 0 0
                                    

Suasana pagi jam enam pagi, di sekolah kejuruan. Sudah disapa dengan guyuran hujan yang menyapa arakan, dan langkah siswa yang memasuki halaman sekolah. Bahkan sebagian dari mereka, harus bergumul dengan lumpur karena sekolah sedang dalam perbaikan. Banyak dari mereka yang dirundung resah dan gelisah karena seragam yang ia kenakan harus bermain - main dengan lumpur yang menghinggapi sepatu, celana rok, dan juga kaos kaki.

Kelas jurusan pariwisata memang dikenal paling riuh. Pak Slamet selaku wali kelas mereka pun menyambut para siswanya dengan antusiasme yang besar.

" Setelah Kenzi, yang ada dikelas kita sebagai predikat murid baru. " tegas Pak Slamet.

Beberapa siswa terkekeh memdengar ocehan Pak Slamet ketika tiba.

" Ayo mbak, masuk." Panggil Pak Slamet.

Rambutnya terurai sampai ke bahu, sepatu kets putih dengan gliter biru bergaris. Tas ransel warna merah marun.

" Selamat pagi semuanya, perkenalkan saya Dania  Pranoto pindahan dari Bandung. Semoga kita bisa berteman dengan baik." Jelas Dania

Celotehan dari kelas pun bersahutan.

" Masa iya, pindahan kamu anak baik. Hahahaha ... " ejek Bagas yang duduk di depan Dante

" Salam kenal kembali nona cantik." Sahut Dante menggoda.

Yuki yang melihat tingkah genit Dante, memutar bola matanya jengah. Dante sadar alih - alih menggoda Yuki.

" Ki, kamu cemburu ya?" Ejek Dante lantang.

Hingga seisi kelas pun bersorak, mendengar celotehan Dante dan arah pandangan mereka tertuju pada Yuki

" Dasar mesum!" Sewot Yuki.

Saat Dania mulai mengarah ke bangku kosong tepat disamping Dante, Dante pun sontak menarik bangkunya mundur.

"Gedebruk!!"
" Oops!" Maaf refleks non." Ejek Dante lagi.

Dania pun masih bersikap tenang, dan seolah - olah tidak terjadi apa - apa. Padahal sudah jelas raut wajahnya muram dan murka, apalagi ketika arah pandangnya tertuju pada gadis mungil bermata coklat Yuki.

" Gak papa kog." Sahut Dania tersenyum

Yuki dengan reflek berlari ke arah Dania, berusaha membantunya berdiri namun ditepisnya. Dante yang tahu itu, berusaha memancing dan memainkan perasaan Dania. Dan menarik tangan Dania, setengah memeluk. Dan berbisik di telinga Dania.

" Jangan macam - macam dengan Yuki. Bisa jadi kamu berhadapan denganku." Ketus Dante mengedipkan matanya.

Alih - alih pemikiran teman sekelas, yang mereka tahu Dante mencoba menggoda Dania dan bersorak lagi.

" Huuuu.. dasar playboy!!" Ketus Tika teman sebangku Yuki.

Kenzi yang melihat sikap Dania, juga tak terima. Namun apa daya, permasalahannya dengan Anjani saja dia belum angkat bicara, dan mulai bicara dari mana juga bingung.

Usai jam dua siang, Yuki memutuskan untuk mengurangi kerja paruh waktunya, dan mengambil sisa gaji.

" Kenzi," panggil si rambut panjang dengan sepatu kets glamournya itu Dania.
" Apaan ?!" Singkat Kenzi.
" Kamu lupa ya sama aku?, aku kan pernah satu sekolah sama kamu. Ya, walaupun kita gak satu kelas kan kamu cukup populer." Terang Dania.

Dania setengah melirik kearah Yuki, yang mungkin saja menyimak pembicaraan Kenzi dan Dania. Yuki yang mendengar percakapan pun menyibukkan diri dengan beberapa tugas dari Pak Slamet yang sempat ia tinggalkan selama jam istiraha
Yuki pun bersikap biasa saja, ketika diperlakukan Dania seperti itu, dia sudah terbiasa dengan hal seperti itu sejak menengah pertama. Dan kembali menuju ke tempat duduknya yang bersebelahan dengan Dante tepat paling belakang

" Itu anak sok banget ya Ki." Ketus Tika matanya memicing melihat Dania.

" Ssst.. udah jangan cari masalah." Tangan Yuki pun spontan memutar arah kepala Tika mengarah ke depan papan tulis.

" Oke semuanya tenang." Lantang Pak Slamet

Semua mata tertuju pada arah suara Pak Slamet yang lantang dan fokus ke papan tulis.

" Dante. Kamu dapat kartu kuning lagi." Ketus Pak Slamet.

Dante pun hanya mendengus kesal. Memutar bola mata jengah, arah kepalanya pun ditundukkan dimeja dan terpejam. Hingga kertas terlempar tepat di kepalanya dan mencari arahnya. Senyum Dante memicing ke arah Yuki. Yuki pun balas melotot mengarahkan dua jarinya ke matanya, agar pandangan Dante tertuju pada Pak Slamet dan memulai materi. Lagi - lagi Dante hanya mendengus kesal.

Sisi lain, Dania melihat arah pandang mata hidung mancung dengan tahi lalat kecil di pipi perona manis  natural melengkapi paras indahnya, Kenzi. Kenzi hanya bisa melihat dari sudut meja paling ujung. Melihat kedekatan Dante dan Yuki, membuatnya jadi terobsesi akan hasŕat hati dan jiwanya. Satu - satunya  yang terpikir di dalam benaknya mendapatkan hati Yuki.

Tas sudah ada di punggungnya. Memberanikan diri, bibir ini memanggil namanya.

" Yuki." Lantang Kenzi tepat di depan meja Yuki

Bola mata Yuki, memutar ke atas dan heran . Namun di sana sudah ada Dante, yang entah kapan datangnya karena dia melewatkan pelajaran jam terakhir dari Bu Fatimah guru Hygiene dan Sanitasi.

" Lah !!" Kalian ngapain ?, tanya Yuki heran keluar dari balik meja.

Dania hanya menatap ketiga insan manusia, yang dilema akan cinta segitiga. Tanpa mereka bicara pun, Dania sudah tahu konfliknya sedari awal dia masuk ke kelas ini.

Tiba - tiba dari arah pintu kelas, Tika masuk lagi menyenggol Dania dengan sengaja.

" Minggir sana kamu. Heheheh.. " ketus Tika.
" Loch !! . Kamu juga, balik lagi ngapain?" Tanya Yuki
" Proposalnya ketinggalan Ki, hehehe. Kamu jutek amat sih Ki." Semprot Tika.
" Hadeh... kamu bisa bedain orang marah sama nanya gak sih Tik ?" Cerca Yuki berlalu pergi meninggalkan Kenzi, Dante, dan Tika yang masih didepan meja Yuki.
" Ayok, balik Dan." Ajak Yuki

Namun tak digubrisnya oleh Dania. Dengan antusiasnya, Dania mengambil jalan mundur menghampiri Dante.

" Dante, aku bareng kamu boleh ?" Rayu Dania.
" Yakin kamu mau bareng aku?" Lirik Dante smirk.

Dania pun mengangguk - angguk dengan yakin dan mengikuti Dante hingga menuju luar gerbang.

" Loch !! Motor kamu mana Dante?" Tanya Dania.
" Aku gak naik motor, aku naik angkot. Gimana? Jadi ngikut?" Terang Dante.
" Tapi, Dan .. " ucap Dania terpotong, ditariklah ia oleh Dante ke angkot dan duduk berdampingan.

Yuki yang hampir masuk menuju pintu angkot pun dilempari kunci motornya dan spontan Yuki pun kesal.

" Dante !!" Teriak Yuki.
" Bawa motorku sana, Emak minta dijemput." Titah Dante sombong.

Yuki pun mendengus kesal dan beranjak masuk ke gerbang sekolah dan menuju halaman parkir. Yuki merasa ada yang janggal sedari tadi. Langkahnya semakin dipercepat, lengannya pun disentuh oleh seseorang. Yuki semakin mempercepat langkahnya menuju tempat motor Dante di parkir.

" Yuki!!" Panggil Kenzi.

Yuki pun terperanjat dan hampir terkena serangan jantung.

" Hampir aja, aku keluarin jurus kuda - kuda." Kekeh Yuki.

" Hehehe ..." balas Kenzi canggung
" Kamu, ngapain ngikutin aku ?" Terang Yuki
" Hehehe .. aku mau ngomong sama kamu." Terang Kenzi.
" Ngomong apaan?" Yuki
" Gimana kalo ngobrol enak di kantin." Ajak Kenzi
" Ya udah, yok." Ajak Yuki.

Dante dan Yuki Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang