BAB 2

2.4K 105 1
                                    

“APA!?” Hanya itu satu-satunya kata yang dapat diucapkan Alviorita.

“Anda berada di Castle Q'arde,” ulang wanita itu.Kalimat itu membuat Alviorita merasa pusing. Ia kembali merasa berada di dalam mimpi buruk. Bahkan mimpi terburuk yang tak pernah dibayangkannya.

Alviorita tahu ia harus segera meninggalkan Castle ini bila ia tidak ingin menghadiri pesta pertunangannya. Bila ia tidak ingin menghancurkan impiannya, ia harus meninggalkan Castle ini sebelum semuanya terlambat.

Melihat wajah Alviorita yang memucat, wanita itu tampak cemas. “Anda harus beristirahat dulu. Anda masih terlihat pucat,” kata wanita itu.

Alviorita menggelengkan kepalanya. “Saya harus pergi.”

“Anda harus tinggal dulu di sini. Anda tampak sangat pucat.”

Kalimat itu membuat Alviorita tiba-tiba mempunyai ide yang dianggap Alviorita paling hebat. “Saya rasa Anda benar. Saya tidak dapat pergi dengan kepala pening seperti ini,” kata Alviorita sambil tersenyum puas.

“Bila Anda tak keberatan, saya ingin mengetahui siapakah Anda?”

Dalam hati Alviorita tersenyum gembira mendengar pertanyaan yang memang telah dinantikannya itu. Tetapi di luar, Alviorita berpura-pura sedih. Ia memandang sayu pada wanita itu dan berkata lirih, “Saya tidak ingat siapakah saya.”

Wanita itu terkejut mendengarnya. “Anda sama sekali tidak dapat mengingat nama maupun masa lalu Anda?”

Alviorita mengangguk lemah.

“Saya turut menyesal,” katanya bersimpati.

Melihat ketulusan wanita itu, Alviorita merasa bersalah telah membohonginya tetapi ia menguatkan hatinya untuk terus bersandiwara.

Bila ia benar-benar ingin membatalkan pertunangan terkonyol yang harus dialaminya ini maka ia harus menahan perasaan bersalah seperti ini. Alviorita tahu itu.

“Beristirahatlah dulu. Saya akan mengatakan hal ini kepada majikan saya. Saya tidak tahu apa yang harus saya perbuat,” kata wanita itu.

Wanita itu membenahi selimut Alviorita sebelum ia pergi meninggalkan Alviorita yang merasa lega sekaligus senang.

Alviorita telah berhasil memainkan sebuah sandiwara dan kini agar tetap dapat menyimpan rahasia itu, Alviorita harus dapat terus memainkan peran yang ia mainkan.

Alviorita tersenyum puas. Tetapi sebenarnya dalam hati Alviorita merasa was-was apakah ia akan tetap dapat menjaga rahasianya ini. Apakah ia akan dapat membohongi semua orang di Castle ini seperti ia membohongi wanita itu.

Karena keinginannya yang kuat untuk melepaskan diri dari pertunangan konyol ini, Alviorita memaksa dirinya untuk terus bersandiwara dan bersandiwara. Alviorita juga harus dapat menahan perasaan bersalahnya.

Menyadari ia kini berada di luar Istana Urza, membuat Alviorita melupakan kegelisahannya.

Alviorita tersenyum senang. Ia senang dapat meninggalkan Istana tanpa seorangpun yang mengetahui kepergiannya. Alviorita sedang dapat terbebas dari kegiatan rutin yang membosankan. Tetapi tidak urung juga hal itu membuat Alviorita merasa bersalah karena tidak melakukan tugasnya sebagai Putri Mahkota.

Alviorita melupakan segala perasaan bersalahnya dan mulai melamunkan hari esok di luar Istana.

Membayangkan dirinya berjalan-jalan seorang diri di tengah keramaian tanpa ada yang mengenalinya, membuat Alviorita merasa senang. Selama ini ke manapun ia pergi, setiap orang selalu mengenalnya karena pengawal-pengawal yang selalu mengikuti setiap langkahnya. Ke mana pun ia pergi pasti ada pengawal di sisinya yang selalu siap menjaganya dari segala macam bahaya. Tetapi itu membuat Alviorita merasa tidak bebas. Ia merasa pengawal-pengawal itu mengawasi setiap gerak-geriknya. Mereka selalu melarang Alviorita melakukan hal yang diinginkannya.

Pelarian (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang