BAB 7

1.4K 80 5
                                    

Suara tamparan yang keras itu membuat Alviorita benar-benar menyadari apa yang telah terjadi. Alviorita marah dengan apa yang dilakukan tunangannya itu hingga ia ingin menangis. Ia marah kepada dirinya sendiri karena terlambat menyadari apa terjadi sehingga membuat pria itu berhasil mencium dirinya dan menjadi pria pertama yang menciumnya! Ia menjadi semakin membenci Nathan yang telah menciumnya.

Seperti Alviorita, Nathan juga terkejut dengan tindakan Alviorita yang tidak terduga itu.

Nathan menatap tajam wajah Alviorita. "Engkau memang kucing liar," Nathan mengatakan apa yang selalu ada dalam pikirannya sejak ia bertemu dengan Alviorita.

"Kalau aku kucing liar, maka engkau the Devil Dog," kata Alviorita marah.

Alviorita merasa sangat marah hingga ia khawatir tidak dapat menahan air mata yang mulai membasahi matanya. Alviorita tidak ingin membuat Nathan semakin senang karena telah berhasil membuatnya menangis. Alviorita benar-benar membenci pria itu. Melalui pintu ruangan itu yang masih terbuka, Alviorita melihat di luar masih hujan deras. Keinginannya menjauh dari Nathan membuat Alviorita melangkahkan kaki ke tangga batu yang menuju pintu itu.

Alviorita berlari hingga di pintu.

Tiba-tiba seseorang menarik tangannya. "Apa yang hendak kaulakukan?" tanya Nathan tajam.

"Ke mana biasanya kucing liar berada?" tanya Alviorita tajam, "Ke mana kucing liar menghindari the Devil Dog?"

"Engkau memang kucing liar."

Alviorita menyentakkan tangannya. Tetapi Nathan semakin mempererat pegangannya.

"Lepaskan aku!" seru Alviorita mengalahkan hujan.

"Apa yang kaupikirkan? Apakah engkau tidak melihat hujan di luar sangat deras?"

"Lepaskan aku!" sekali lagi Alviorita berusaha melepaskan lengannya dari genggaman Nathan tetapi pria itu semakin mempererat pegangannya.

"Jangan berharap aku akan mengijinkan engkau memanjat pohon dalam hujan seperti ini," kata Nathan.

Suara Nathan yang berbahaya tidak membuat semangat Alviorita untuk menentang Nathan luntur. Sebaliknya gadis itu semakin bersemangat melawan Nathan. "Mengapa? Engkau takut?"

"Dengar, aku sama sekali tidak takut terhadapmu. Kalau engkau menantangku memanjat pohon bukan sekarang saatnya."

"Mengaku sajalah kalau engkau tidak dapat memanjat pohon," kata Alviorita mengejek.

Nathan marah mendengar ejekan itu. Alviorita sangat salah bila mengatakan ia tidak dapat memanjat pohon. Ia dapat memanjat pohon bahkan ia pula yang mengajari Alviorita kecil memanjat pohon.

"Lihatlah petir di luar. Apakah engkau tidak takut petir menyambarmu yang sedang asyik duduk di atas pohon?"

Alviorita melihat petir yang saling bersahutan di luar. Menyadari pria itu benar, Alviorita semakin kesal. Tangis kemarahan bercampur kesedihan yang selama ini ditahannya tidak dapat lagi ditahannya.

Melihat air mata di wajah gadis yang biasanya selalu menantang itu, Nathan merasa bersalah. Ia sama sekali lupa memikirkan kemungkinan bila ternyata gadis itu tersinggung. Nathan terlalu ingin membuktikan apakah gadis itu adalah gadis yang sama dengan Putri Alviorita sehingga ia melupakan yang lain.

Bila mengingat berita-berita itu, Nathan yakin Alviorita bukan gadis yang tidak pernah dicium pria. Karena itu ia mencium gadis itu. Ia sangat terkejut ketika tangan gadis itu tiba-tiba melayang ke wajahnya. Ia semakin terkejut melihat air mata gadis itu.

Sejak pertama kali bertemu dengan Alviorita, Nathan berpendapat lain dari semua keluarganya. Semua keluarganya mengatakan gadis itu sangat cantik dan penuh semangat. Sedangkan Nathan menganggap gadis itu mirip kucing liar. Kecantikkan dan tingkah laku Alviorita selama berada di Castle Q'arde benar-benar membuat gadis itu tampak liar.

Pelarian (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang