CHAPTER 9

1.6K 157 77
                                    

Benaya -Mulmed.

Saat ini tidak dapat ku pastikan apakah kamu akan baik baik saja jika tanpaku.

-----

Kinara mengitari pandangan, ia seperti tidak asing dengan tempat dimana ia berada sekarang. Perlahan Kinara mengingatnya, tempat ini adalah tempat pertemuan pertamanya dengan Benaya.

Benaya menarik tangan Kinara agar gadis itu berada di sampingnya, Benaya tidak tahu dalam rangka apa ia bisa sampai ke tempat ini.

Panti asuhan tempat dahulu ia di besarkan sekarang menjadi kurang terurus. Kinara melihat sekeliling, ia mencari rumah pohon yang sewaktu dahulu menjadi tempat bermainnya saat berkunjung ke panti asuhan bunda Meira.

"Rumah pohonnya gaada, sudah dirobohkan, " jelas Benaya seolah tahu apa yang Kinara cari.

Kinara mengangkat kepalanya, ia mendengar seruan ibu berumur sekitar 50 tahun.

"Sudah lama ya,"

Bunda menyapa Kinara dan Benaya, ia mempersilahkan mereka berdua untuk masuk. Beliau adalah pemilik yayasan yang sangat di segani, kebaikan dan ketulusan hatinya mampu merubah sifat buruk seseorang.

"Dimana anak-anak Bu? " tanya Benaya.

Bunda menengok ke sebuah pintu putih, "Sedang belajar nak,"

"Apa kabar Bu? Maaf saya jarang menyambangi, " ucap Benaya mengecup punggung tangan Bunda Meira.

"Baik nak, bagaimana kabar kamu dan ibumu? " tanya bunda Meira bergantian.

"Ibu saya kan bunda, " ucap Benaya tersenyum tipis.

Bunda Meira mengangguk. Lalu ia mengarahkan pertanyaan kepada Kinara.

"Kalau nak Kara? "

"Baik bunda," jawab Kinara ceria.

"Mami dan kakakmu bagaimana? " tanyanya.

"Baik juga bunda, mami akan Kinara ajak main kesini yah nanti, " tutur Kinara mengembangkan senyumnya.

Tatapan Kinara tidak lepas dari pintu putih yang sedikit terbuka dan beberapa suara anak kecil yang sedang tertawa.

"Ayo Kara, Bena diminum tehnya, " tawar Bunda.

Kinara mengagguk kaku, ia melirik ke arah pintu yang Bunda Meira tunjuk tadi.

"Boleh aku kesana? " izin Kinara kepada Bunda.

"Silahkan nak, " ucap Bunda. Saat setelah dirasa Kinara meninggalkan tempat tersebut, Benaya mendekatkan diri kepada Bunda.

"Ada masalah apa Benaya? " tanya bunda, ucapan itu selalu lembut. Baik marah ataupun tidak, suara itu tetap sama. Menenangkan hati keras seseorang yang ada di hadapannya.

"Saya kesini tidak hanya untuk masalah Bu, "

"Lalu? "

Benaya menampilkan sebuah senyuman yang tidak dapat di artikan, "Terimakasih bunda, saya sudah besar sekarang,"

BENAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang