iii-

6 4 0
                                    

Selesai semua kegiatan pengurusan surat dan berberes barang, Beve menyiapkan mental untuk menemui Ocafia.

--------
Kenaikan kelas tak selalu berbuah manis akan ada yang datang dan pergi, sama halnya dengan Beve kali ini.

Mau tidak mau, dia harus meninggalkan Indonesia, dan kembali ke tanah kelahirannya. Pekerjaan orang tua menuntutnya.

Sejujurnya ini yang terjadi satu Minggu kebelakang, mengapa ia jarang bermain dengan Ocafia? Ini jawabannya. Mempersiapkan barang dan.. diri.

--------
"Caca, keluar Ca aku mau ngomong!"

"Iya sebentar"

"Ca, sebenarnya ini hari terakhir aku di Indonesia, nanti malam aku kembali ke Amerika, dan mungkin engga balik lagi; main sama kamu lagi"

"Bev, kok pindah lagi?" Mata Ocafia mulai berkaca kaca. Hatinya terenyuh.

"Kerjaan Ayah, Ca. Engga papa ya kan banyak temen disini Ca" Senyumnya tidak terlihat tulus-sama sekali.

-Teman teman disini-
Sejujurnya mereka selalu main berdua. Yang lain seperti membuat geng tersendiri, saat Ocafia ingin bergabung, ia malah di usir.

Beve yang geram dengan perlakuan mereka, langsung mendatangi dan memberi nasihat. Tapi apa daya, masuk telinga kanan, keluar telinga kiri.

Selama ini, superhero Ocafia hanya Beve. Satu-satunya.

"Oh ya sudah, kalau main kesini lagi, bilang ya-"

"Iya, jaga diri Ca, jangan sampe kamu sedih. Aku engga mau liat temenku sedih," tangannya menarik pipi Ocafia sehingga membentuk sebuah senyuman, yang pahit "Oh ya, aku mau pamit sama Ayah-Ibu mu"

Ayah dan kakaknya juga mendatangi rumah Ocafia untuk pamit pergi. Keluarga Ocafia menerima walau dengan berat hati. Kejadian itu, pertama kalinya Ocafia merasa kehilangan-sahabat.

————
Heiyo! Update lagi nih. Jangan lupa voment ya;

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 15, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

If It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang