Kyungsoo tidak tahu kenapa ia harus menangis saat ini. Semuanya telah ia rasakan. Rasa bersalah, menyesal hingga lelah. Ia sudah menahannya sejak lama namun kali ini Kyungsoo tidak bisa berbohong lagi. Ia tidak bisa berpura-pura untuk terlihat baik-baik saja. Kenyataannya ia telah berada di titik terendah dalam ketegarannya. Kyungsoo telah kalah kali ini.
Kyungsoo mencoba menghubungi Luhan, mencari pertolongan untuk menenangkan hatinya kali ini. Namun gadis itu sama sekali tidak mengangkat panggilannya. Kyungsoo pikir mungkin ia akan mengganggunya jika ia terus-terus menghubungi Luhan, terlebih besok gadis itu akan kembali ke Beijing. Maka dari itu ia menjauhkan ponselnya lantas menangis kembali dengan wajah terbenam di atas bantal.
Suara ketukan pintu menghentikan tangisannya. Untuk beberapa detik Kyungsoo hanya diam meliriknya. Namun detik berikutnya sebuah suara memanggilnya.
"Kyungsoo, ini aku. Baekhyun," panggilnya namun Kyungsoo masih diam ditempatnya saat ini. Tidak ingin Baekhyun tahu tentang kondisinya sekarang.
Kyungsoo hendak mengabaikannya namun lagi-lagi gadis itu bicara.
"Jika kau membutuhkan seseorang. Kau bisa memanggilku kapan saja, oke?"
Kyungsoo tidak tahu, atas dasar apa Baekhyun mengatakan hal itu kepadanya. Namun Kyungsoo memilih untuk tetap diam selagi ia memastikan bahwa gadis itu telah pergi meninggalkan kamarnya. Kyungsoo mungkin membutuhkan seseorang untuk mencurahkan hatinya kali ini namun ia belum yakin apakah ia bisa berpikiran rasional kali ini. Terlebih ini adalah kali pertama bagi Baekhyun jika gadis itu melihat kondisinya seperti ini. Ia tidak ingin membuat gadis itu mengkhawatirkannya secara berlebihan. Apalagi semua ini berurusan dengan Jongin. Ia tidak ingin membuat hubungannya dengan Baekhyun menjadi canggung kembali seperti kemarin.
Maka dari itu, setelah Kyungsoo memastikan tidak ada siapapun di depan kamarnya. Ia kembali menangis hingga ia lupa akan waktu sampai rasa lelah menyerangnya dan membawa Kyungsoo terlelap.
***
Kyungsoo terbangun ketika ia kembali mendengar suara ketukan pelan di pintunya. Kyungsoo membuka matanya untuk melihat bahwa sekarang telah lebih dari jam sembilan pagi. Kyungsoo melewatkan kelasnya kali ini. Dibandingkan untuk segera bergegas untuk tidak melewatkan kelasnya, Kyungsoo lebih memilih berbaring di atas kasurnya kembali.
Ia mengambil ponselnya dan melihat ada dua panggilan tak terjawab dari Luhan. Selain itu, dia juga mengirimkan pesan untuk menanyakan; apa yang terjadi.
Ketukan itu kembali terdengar dan mau tidak mau akhirnya Kyungsoo memilih bangun untuk mencari tahu siapa yang telah mengetuk pintunya. Ia merapihkan dirinya sendiri dan sedikit meringis melihat kantung matanya yang bengkak akibat menangis semalaman. Pada akhirnya ia mengambil kacamata bacanya untuk menyamarkan matanya yang bengkak.
Pintu terbuka dan ia bisa melihat Baekhyun tersenyum kepadanya. Hanya saja senyumannya terlihat berbeda.
"Kau tidak masuk kelas hari ini?" tanya Kyungsoo. Sesaat ia berdehem pelan untuk memulihkan suaranya yang terdengar serak.
"Kau pun tidak masuk, aku membolos karena kau juga tidak ada," ucapnya seperti biasa namun Kyungsoo hanya bisa diam mendengar alasan Baekhyun kali ini. Itu semua terdengar tidak masuk akal dan sepertinya Baekhyun memahami apa yang ada dalam pikiranya kali ini.
"Aku mendengar kau menangis semalaman," ucap Baekhyun pada akhirnya. Ia menghela napas sesaat sebelum akhirnya meraih lengan Kyungsoo untuk ia genggam. "Aku khawatir dengan keadaanmu."
Kyungsoo tertegun untuk itu. Selama ini Kyungsoo selalu menyimpan urusan pribadinya dari Baekhyun karena ia tidak ingin merasa direpotkan untuk itu. Terlebih ini melibatkan Jongin. Namun mendengar Baekhyun mengatakan hal seperti itu, Kyungsoo tidak yakin apa pantas dirinya dipanggil seorang teman?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Soul & I √
Fanfiction#Trilogy Kita tidak mungkin hanya sebatas teman. Tapi tidak mungkin juga menjadi sepasang pencinta yang memadu kasih. Kita hanya sepasang pemuja yang bersembunyi di balik nama sahabat.