Dua sisi

18 3 0
                                    


Dira duduk didepan meja makan penuh makanan lezat yang baru saja Bi Irah siapkan untuk makan malam.

“kok makanannya banyak banget sih Bi?” tanya Dira saat Bi Irah menyiapkan susu strawberry kesukaannya diatas meja.

“soalnya tadi nyonya nelfon non. disuruh masak yang banyak, yang enak-enak.. Yah katanya mau ngundang temen lamanya yang baru pulang dari Jerman buat diajak makan malam disini” jelas Bi Irah dengan gestur tubuhnya yang selalu membuat Dira ingin tertawa. Bi Irah itu wanita 47 tahun yang baru bekerja dirumahnya tiga bulan yang lalu, saat pembantu lamanya pulang kampung karena sakit keras.

“oh gitu ya Bi..”

“iya non..” Dira tersenyum saat Bi Irah membungkuk pamit mau kedapur menyusul Bi maya, pembantu yang sering ia sebut sebagai koki cantik.

Dirumah Dira, rumah besar dengan nuansa Eropa klasik itu hanya ditinggali olehnya, mama, papa, dan beberapa asisten rumah tangga saja seperti Bi maya. Maka jika sepulang sekolah saat kedua orang tuanya masih sibuk bekerja, Dira hanya ditemani oleh beberapa asisten rumah tangga. Tak terkecuali Bi Irah, yang memang sejauh ini ia salah satu pembantu yang cukup dekat dengan Dira walau Bi Irah bekerja hanya sampai jam 9 malam. berbeda dengan Bi Maya yang diberi kamar sendiri dirumah besar itu.

Dan begitulah kehidupan seorang  Nadira stefany. Disekolah maupun dirumahnya ia dikelilingi oleh orang-orang yang baik. Baginya semua itu benar-benar mengejutkan. Seperti hadiah. Seluruh hal yang ia butuhkan dan yang ia inginkan bisa ia dapatkan. Hingga orang-orang mengatakan bahwa ia sempurna dengan segala apa yang ia miliki. Ia terlihat bahagia. Selalu bahagia. Seperti tidak memiliki masalah apapun.

Namun masalahnya sendiri terletak pada ketidak tahuannya. Hidup dengan dikelilingi ribuan hadiah membuat Dira tidak pernah tahu hal apapun. Membuat Dira sulit memaknai hidupnya sendiri. seperti seolah waktu yang ia lalui itu tidak pernah berjalan. Dan hanya terulang dari hari kehari.

Hal itulah yang kadang membuat ia bingung, yang kadang membuatnya merasa bahwa hidupnya benar-benar membosankan.

“non..”

“ah, iya Bi?” Dira menoleh saat Bi irah datang menyadarkannya dari lamunannya.

“Nyonya udah datang non, dia bareng sama temannya lagi duduk di ruang tamu. Katanya non dipanggil, disuruh jangan makan dulu. Nanti biar makannya bareng mereka.” jelas Bi Irah.

“oh gitu, tamu mama banyak ya Bi?”

“gak kok non, Cuma dua orang, mereka suami istri.. ”

oOo

Disebuah rumah  dengan lampu remang-remang, Dennis duduk menatap pada pintu kayu yang catnya sudah tampak mengusang. Disisi kanannya berdiri sebuah lemari kecil penuh buku-buku tua koleksinya. Yang Dennis akui separuh dari buku-buku itu adalah buku-buku yang harus ia kembalikan keperpustakaan sebelum ia lulus sekolah.

Kurang dari tiga bulan lagi, Dennis akan mengikuti ujian dan siap bertempur dengan berbagai masalah yang kemungkinan akan menghampirinya. Seperti Uang misalnya. Pasalnya Dennis bukanlah anak orang kaya. Ia hanyalah seorang anak asisten rumah tangga. Ayahnya telah meninggal ketika umurnya tujuh tahun.

Dan disaat itulah Dennis dibiarkan hidup berdua dengan ibunya, dibiarkan menjadi dewasa untuk melindungi ibunya. Satu-satunya keluarga yang ia miliki.

Dan didetik ini ketika waktu menunjukkan pukul delapan malam, ia duduk sendiri dirumah kecilnya. Dikursi kayu yang salah satu penyangganya sudah mulai lapuk dimakan rayap. Disaat orang-orang sedang sibuk menikmati makan malam bersama keluarganya, ia justru sibuk menghafalkan rumus-rumus fisika dengan perutnya yang gemetar karena lapar.

Dennis & DiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang