Bagian 10

17 0 0
                                    

Happy Reading👀

Paldy dan Sano pulang ke rumah. Mereka segera menambil charger. “aisth, lampunya mati lagi” tukas Paldy kesal, setelah mengetahui listrik sedang tidak berfungsi.

Sano menuju kamar mandi “mhm tidak ada air, kok nggak keluar airnya, Pal apa kran air ini rusak, aku mau bongkar muat ni.” tanya Sano, ia keluar dari kamar mandi dan menghampiri Paldy.

“lampunya mati, kau lihat sumur itu kan? ambil saja air sumur itu.” Paldy menunjuk sebuah sumur, yang berada di ujung jalan rumahnya.

Nathan kembali ke kantornya dengan wajah muram, Yuda memperhatikannya dari dalam sel. Sementara Bia datang dan menghampirinya.

"Pak, Hendardi Wijaya meninggal. Ak—" Sabiya menghentikan ucapannya, saat Nathan mengacungkan telunjuknya ke arahnya, pertanda dia harus diam.

Yuda yang mendengarkan hal itu bertanya pada IPDA Sabiya, yang berjalan di depan selnya, ia menceritakan kejadiannya.

☕☕☕

Nathan sedang duduk di kursi, yang biasa dia diami. Seraya memutar-mutar plasdisk yang ada di tangan kanannya.

“mhm, siapa yang memiliki USB ini, dan apa isinya. Bagaimana kalau isinya video panas, nanti aku terbakar di sini.” Nathan mengamati USB itu, beberapa kali. “apa aku buang saja, tapi aku harus tahu dulu apa isinya?” dilema ternyata juga merayapinya saat berada di kantor keamanan.

Ia membuka laptopnya dan mencolokan USB itu. “pak,  ada yang ingin bertemu,” Juna mengagetkan Kompol Nathan.

“oh baiklah” Nathan segera mereject USB itu, lalu menaruhnya kembali ke saku jasnya.

☕☕☕

“apa kau tidak tidur?” tanya Sano, saat melihat Paldy duduk  di ranjang. “aku belum ngantuk.” jawabnya, sembari memainkan plasdisk.

“apa kau memikirkan laki-laki itu lagi? atau kau ingat seorang wanita” tanya Sano lagi.

“aku ingat Joni”

“siapa dia?”

“orang yang memiliki tahi lalat itu, aku rasa dia tidak di kota ini. aku harus mencarinya ke mana lagi.” Paldy putus asa.

Sano mulai mendekatinya, “kau sabar ya, aku juga memperhatikan laki-laki yang kau maksud. Tapi, aku juga belum menemukannya.” hiburnya.

“jika semuanya sudah kelar, aku akan pergi dari kota ini, untuk mencarinya. Tapi aku harus membatu laki-laki itu dulu. Kasihan dia,” ucap Paldy yang mulai berbaring.

“apa aku boleh ikut?” tanya Sano, sembari melongo ke arah Paldy. “kau memiliki keluarga disini, tapi kau boleh tinggal di sini. Jika kau berkenan.” jawab Paldy, sambil menoleh Sano. “benarkah”

Paldy mengangguk pelan.

☕☕☕

Kicau burung terdengar merdu. Matahari mulai menampakkan diri. “pagi pak.” Juna, pada Nathan yang baru datang.

“ya pagi, ho ternyata jasku di sini. Aku lelah mencarinya kemana-mana, ya belum sampai ke ujung dunia sih” candanya, ia segera memakai jas itu.

“pak, apa bapak ingin jas yang baru, kalau mau aku akan membelikan bapak.” tawar Juna. “ah tidak, aku juga memiliki jas yang lain. Tapi aku lebih suka memakai yang ini, karna pemberian dari ibuku sejak aku jadi polisi.

Orang bilang, ridhoNYA atas ridho ibumu. Aku berharap semua tugasku bisa aku selesaikan dengan baik, dan benar. Dengan memakai jas ini saat aku bekerja.” jelasnya pada Juna.

Cerita mini series Of R_J Aka Resty JungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang