Bagian 9

10 0 0
                                    

Happy Reading👀

“Maaf pak, model itu sudah habis. Anda kembali ke sini satu minggu lagi, jas itu akan di kirim senin depan.” jelas karyawan Wijaya Fashion yang baru itu.

“baiklah, aku permisi.” Paldy meninggalkan toko, dan menuju gedung di mana Sano, yang sedang konsentrasi pada sebuah tablet yang berwarna putih di hadapannya.

“siapa dia?” tanya Paldy, saat melihat tablet itu. “aku tidak tahu, dia datang setelah kau keluar dari toko.” Paldy dan Sano, meng-up volume tablet, yang tersambung di toko Wijaya fashion itu.

Seorang lelaki sedang berbincang dengan pegawai Wijaya fashion, yang menggantikan Yuda.

“Selamat siang, apa bosmu ada?” tanya laki-laki itu, pegawai yang di tanya itu segera menyuruhnya duduk, dan menemui bosnya.

“apa ada yang bisa saya bantu?” tanya Hendardi yang mulai mendekat. “aku ingin mencari teman bisnis, apa kau bisa bergabung dengan usaha butikku.

Saat ini kami sedang mengembangkan model terbaru, dan kami ingin menyebarkannya di kota ini. Aku rasa tempatmu banyak pelanggan. Bagaimana pak?” Tanya laki-laki itu penuh harap.

“maaf pak, aku bukannya tidak mau bergabung. Tapi saat ini, keadannya cukup rumit, jadi aku minta maaf. Yang sedalam-dalamnya.

Kami telah bergabung dengan pengusaha lain, Pak.”

Laki-laki itu mengangguk, paham. “baiklah, kalau begitu aku pamit. Maaf telah mengganggu istirahatmu.”

Sano dan Paldy masih mengawasi laki-laki yang keluar itu. “apa semalam kau juga memasang cctv, di simpang jalan tokonya?” tanya Paldy pada Sano.

“semuanya, sudut dan tempat yang mencurigakan telah aku beri.” jawab Sano, tanpa melihat wajah Paldy.

“kalau begitu coba cek cctv yang di dekat pohon rindang itu!” pinta Paldy. Sano pun melakukannya.

“dia bukan datang sendiri, siapa yang ada di dalam mobil itu. Coba berhenti, di sini. Dan perjelas gambarnya.” pinta Paldy, sambil melihat orang yang ada di rekaman itu dengan jelas.

“sepertinya laki-laki ini bukan seorang pembisnis, tapi intelijen.” Sano berpendapat, setelah melihat kejadian yang baru di lihatnya.

Paldy mengangguk dan, “jadi polisi itu juga mencurigai pemilik Wijaya fashion, hm kita akan membantunya dengan jalan pintas.” sambungnya. Membuat Sano menoleh, “maksudmu, apa?” tanya Sano yang masih tidak mengerti.

“ini kartu nama pemilik toko itu.” Paldy mengeluarkan sebuah kartu nama. “apa itu ada gunanya?” tanya Sano.

“kita lihat saja nanti, apa ini berguna atau tidak.” Sano masih pokus dengan tabletnya, kali ini dia berada di taman dan masih mengontrol kondisi toko fashion dari tablet.

Karena lama menunggu, dan memperhatikan. Apa yang akan terjadi di Wijaya fashion dia merasa lelah dan kantuk yang amat sangat.  “huaawaa.. aku ngantuk, sebaiknya aku tidur beberapa menit. Sepertinya toko ini tidak berpenghuni, selain pegawainya.”

Sano berbaring di kursi taman, karna hembusan angin yang lembut, berhasil membawa Sano ke alam mimpi.

Hendardi keluar dari tokohnya, saat Hendardi menghilang. IPDA Sabiya, yang menyamar sebagai pegawai Wijaya fashion, segera beraksi. "Aku harus menemukan bukti di sini, sebelum dia kembali." Bia mulai mengacak semua tempat yang di curiagainya.

☕☕☕

“Halo Pak, aku butuh uang saat ini pak. Bapak harus menepati janji bapak waktu itu, kalau tidak. Aku akan beri tahu kejadian sebenarnya pada detektif itu. Asal bapak tau, aku masih memiliki buktinya.” ancam Hendardi dalam telepon.

Setelah mendengar jawabannya, ia menutup telpon lalu pergi.

Paldy mendengarkan semua ucapan itu, karna dia telah memberi alat penyadap di dalam kacamata toko Wijaya Fashion.

"Sialan, dia berani mengancamku. Aku harus habisi orang ini secepatnya." Aji bangkit dari duduknya.

Paldy segera berlari menuju jalan yang ada di depan mall. Dia melihat Hendardi yang berjalan seorang diri.

Bruak!

“maaf pak, aku terburu-buru. aku ada ujian hari ini.” ucap Paldy saat menabrak seseorang.

“ini hpnya, sepertinya tidak ada yang lecet.” Paldy memberikan hp yang terjatuh karna senggolannya. 

“bukankah dia polisi itu?” gumam Paldy saat Nathan berlalu dari hadapannya.

“Pak tunggu sebentar. Sepertinya benda ini terjatuh, saat aku menabrakmu.” Paldy memberikan sebuah USB pada Nathan. Ia memperhatikan plasdisk yang bermerek imation yang ada di tangan Paldy.

“apa ini, ini bukan milikku. Kau mungkin butuh itu ambillah. Aku buru-buru.” Nathan kembali mencari Hendardi dengan matanya. Kemana dia? Batin nya. “tapi aku tidak tahu benda ini pak, aku hanya menggunakan yang aku ketahui manfaatnya. Sekali lagi, aku minta maaf pak, permisi.” Paldy kembali berlari mencari Hendardi yang entah di mana.

Sedangkan Nathan masih berdiri di tempat itu, sambil memperhatikan Paldy. "Kenapa anak itu memberiku USB yang bukan milikku? Ya sudahlah, hemat uang. Nanti aku pasti butuh benda ini." Nathan menyimpan USB itu ke saku jasnya.

"Aish aku kehilangan dia, gara-gara anak itu," Nathan berlari mencari Hendardi.

Paldy tidak menemukan keberadaan Hendardi, ia segera menuju taman. Menemui Sano.

☕☕☕

"Hendardi?" sapa seseorang, yang sedang berada di lantai tiga. Hendardi mendekatinya dan berbisik. "Apa kau suruhan pak Aji?" laki-laki itu mengangguk.

"Ayo ikut aku, dia sedang berada di lantai lima."

Hendardi dan laki-laki itu menuju Lift.

“Sano, hey.. bangun!” Paldy menggoyang-goyangkan badan Sano.

Huuaawaaa 

Sano menguap, dia masih merasa ngantuk yang amat berat, “ngapain kau tidur. Kau tidak mengetahui yang terjadikan?” Paldy mengambil tablet yang di pegang Sano.

Paldy memutar rekaman yang di lewati Sano, dalam detik ke sepuluh, tiba-tiba tablet itu redup dan mati.

“aisht, batterynya habis. Kenapa kau tidak menchargernya?” Paldy terlihat kesal. Sano yang melihatnya bertanya.

“sebenarnya apa yang terjadi?”

“kau seharusnya yang tahu, bukankah kau aku suruh mengawasi toko itu, tapi sudahlah. Semua bukti akan di ketahui polisi itu.” Paldy menyimpan tabletnya.

“maksudmu? kau telah menyerahkan bukti itu pada detektif, apa dia percaya?” tanya Sano, dengan serius.

“aku tidak menjelaskannya, aku hanya memberikan USB itu saat aku menabraknya.” Sano melongo. “aisht, apa kau yakin dengan tindakkan mu ini, bagaiman jika dia tidak melihatnya, atau mungkin dia membuang usb itu. Aigoo” Sano menggaruk kepalanya.

Paldy yang mendengarnya baru menyadari semua itu. “iya juga, aku tidak pernah berpikir seperti itu, jika USB itu di buang, maka semua bukti akan hilang. Dan laki-laki itu akan hidup di penjara selamanya. Kasihan Yuda” Paldy tertegun.

“tenang saja, aku sudah menyalin semua bukti itu ke sini.” jawab Sano, sambil menunjukkan tablet yang Paldy pegang.

"Kenapa kita harus bertemu di sini, kan lebih baik bertemu di rumahnya saja." tanya Hendardi pada laki-laki itu.

"Karena di sini aku akan mudah menghabisimu."

"Maksudmu?" tanya Hendardi sembari membalikkan tubuhnya, ia melihat sebuah pisau yang ada di tangan laki-laki itu.

TBC..

Lanjutkan.. Bacanya.. Sampai jumpa lagi.

Cerita mini series Of R_J Aka Resty JungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang