Bagian 7

24 0 0
                                    

Happy Reading👀

“Kompol Nathan, apa kau telah menemukan bukti, tentang kasus Haikal?” tanya komisaris Adnan. “ya pak, tapi—” Nathan menahan ucapannya.

“tapi apa? kau masih belum bisa di andalkan ternyata.” ujar Adnan, kecewa.

“ada bukti lain dengan peristiwa itu, pak.” lanjut Nathan. “maksudmu? kau meragukan Haikal?” tanya Komisaris Adnan, tidak percaya.

Nathan menceritakan sesuatu, yang hanya di dengarkan oleh komisaris Adnan.

“kau yakin dengan semua pikiranmu itu, dari mana kau dapat pikiran seperti itu?” tanya Adnan lebih lanjut.

“dari KTP ini pak, mana mungkin dia bisa mengambilnya saat di hajar, dan dia bisa-bisa tidak sadarkan diri, saat dihajar. Atau
babak belur mungkin, ini tidak.

Dia hanya sedikit lecet pada wajahnya, bekas pukulan. Aku yakin, itu hanya beberapa pukulan saja pak, aku mulai curiga dengan tersangka yang ia adukan. Bagaimana kalau dia sudah tidak bernyawa lagi.”

Plak!

Kepala Nathan di pukul Adnan, ia kesal dengan pemikiran bawahannya yang suka berhalusinasi. “kau jangan membuat kesimpulan sendiri! lebih baik kau cari bukti, dan selidiki dengan jelas! Dasar.”

Nathan segera bangkit dari duduknya “baik pak,” ia meninggalkan ruangan Adnan, seraya memegang kepalanya yang masih terasa sakit.

☕☕☕

Sano menuju rumahnya, dia hendak beristirahat di kamarnya. Akan tetapi, langkah kakinya terhenti sejenak.

Dia melangkah menuju kursi, yang ada di depan rumahnya. Sembari mendengarkan pertengkaran yang tidak pernah berakhir, antara ibu dan ayahnya. Semenjak ayahnya nambah isteri.

“jaga mulutmu, aku jadi malas ke rumah, karna setiap kali kau ngomel, ngomel, dan ngomel” Ucap ayahnya.

“aku ngomel, karna perilakumu yang tidak ada rasa malu.” ibunya tidak mau kalah, “apa yang kau inginkan. Ha? aku sudah capek menghadapi kamu ini.”

Ibunya menjerit, entah apa yang terjadi. Sano yang dari tadi menahan emosi. Sekarang menuju ruang tamu, di mana ibunya tergeletak, lemas.

Saat ayahnya mengayunkan tangan, hendak menampar ibunya, Sano segera menangkis tamparan itu. Tanpa pikir panjang, ia menganyunkan tinjunya pada wajah ayahnya.

Sehingga ayahnya tersungkur seketika. “dasar anak kurang ajar,” ayahnya, bangkit dari tempatnya. Dan mendekati Sano dengan garang.

Api yang tadi masih bisa di tahannya, sekarang telah menjalar dengan ganas. Seakan-akan dirinya seorang raja api, yang hendak membakar semua yang ada disekitarnya.

“apa kau ingin menghajarku, silahkan! apa kau pikir aku akan diam saja, jika kau menghajarku? hm dengan senang hati, aku akan meladenimu, ABG tua.” refleks, ayahnya yang mendengar ucapan itu semakin emosi.

“apa sebenarnya yang kalian inginkan ha?” tanyanya lagu, yang tidak sadar dengan kesalahannya, yang sudah lupa dengan tanggung jawabnya sebagai suami dan seorang ayah.

“seharusnya aku yang bertanya seperti itu padamu, apa yang kau inginkan? mungkin kau sudah bosan memelihara aku dan ibuku. Terserah, kau mau apa? kami masih bisa makan dan mencari uang meski tanpa kamu.” setelah berkata seperti itu, Sano meninggalkan rumahnya.

Dia sangat sedih dengan keadaan keluarganya yang semakin kacau, karena sifat ayahnya yang semakin tua, semakin membuat sengsara ibunya.

“orang bilang rumah itu adalah surga, tetapi bagiku. Rumah itu adalah neraka, setiap aku pulang. Selalu mendengarkan pertengkaran, bukannya ketenangan. Aish.” Sano meninju pohon yang ada di depannya berkali-kali.

Cerita mini series Of R_J Aka Resty JungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang