Chapter 5: "KHAWATIR"

35 7 0
                                    

Sesampainya di kelas, ke-empat gadis itu hanya duduk santai sambil bersenda gurau. Keadaan kelas tidak terlalu ramai karena ini masih jam istirahat sehingga hanya menyisakan beberapa murid dengan kesibukannya masing-masing, seperti ada yang sedang tidur di pojokan kelas, ada yang ngrumpi, dan juga ada yang sibuk bermain game di gadgetnya.

Beberapa saat suasana menjadi hening dalam ruangan kelas itu, sampai akhirnya kebisingan terjadi di luar kelas. Murid-murid yang berada di dalam kelaspun, terbirit-birit keluar untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Mereka berebutan untuk keluar, bahkan ada yang sampai jatuh karena begitu keponya dengan penyebab kebisingan yang terjadi di luar kelas itu.

Flashback on

"Woi...woi...woi...ada apa tuh di luar?" suara bariton Vrido memecah keheningan kelas.
"Wah iya, ada apaan yah? Rame banget di luar." balas Nayla sambil melihat ke arah luar kelas dari jendela.
"Waduhh...sepertinya ada yang berantem deh." ucap Azam yang ikut berdiri melihat ke arah luar dari jendela.
"Lho, itu bukannya Bryan yah? Liat tuh, disitu juga ada Tara dan Alva." ucap Dewi yang berada di samping Nayla yang sedari tadi mengamati kejadian yang terjadi di luar kelas itu.
"Wah, bener. Itu Bryan tuh. Bryan yang brantem bro!" seru Roky kepada teman-teman sekelasnya.
"Mana, mana ? Bryan brantem? Ama siapa Ky?" tanya teman-teman sekelasnya yang seketika itu menjadi ramai karena seruan dari Roky.
"Udah, yuk kita liat di luar aja. Kasian Bryan lama-lama bonyok tuh anak kalau dibiarin. Mana brantemnya ama kakak kelas lagi." sahut Azam yang mendapat anggukan dari teman-teman sekelasnya.
"Udah jangan banyak bacot, ayo cepetan keluar!" seru Vrido yang sudah berada di ambang pintu.
"Ayo...ayo...ayo..." gemuruh murid-murid yang berdesakan keluar.
"Woi tunggu.....Aaaawwww...!" ringis Fajar yang keadanya sudah tergeletak di lantai. Sontak saja semua mata tertuju kepadanya. Dan menimbulkan gelak tawa dari semua murid di kelas itu. Bagaimana tidak? Fajar jatuh terlentang karena terpleset dari lantai yang licin.
"Hahahahahah...hahahaha..hahahahahhah..." gelak tawa dari teman-teman sekelasnya.
"Lu ngapa sih Jar? Kepo yah kepo. Tapi gak gitu juga kali. Kasian deh lu." ucap Diva.
"Yah, mana gue tau. Gue bakalan jatuh kayak gini." protes Fajar kemudian berdiri.
"Udah ah, malu nih gue. Gue keluar aja deh." ucap Fajar. Dan sekali lagi hal itu mengundang gelak tawa teman-teman sekelasnya.

Flashback off


****************

Gelak tawa teman-teman sekelasnya, mengundang perhatian Karin.
"Ada apa sih Fer, kok rame banget?" tanya Karin kepada Fera yang ikut menertawai kekonyolan yang terjadi di kelasnya itu.
"Itu tuh Rin, si Fajar abis jatuh karena kepleset." balas Fera sambil melihat ke arah Fajar yang mukanya sudah memerah.
"Hahahahha...sumpah deh, sakit banget perut gue. Bisa-bisanya tuh si Fajar jatuh sampek segitunya." ucap Dira yang masih tertawa dengan kekonyolan yang terjadi.
"Emang lucu yah?" tanya Karin dengan begitu polosnya dan mendapat plototan dari Lea.
"Lucu lah! Kalau gak lucu ngapain kita ketawa sih Rin?" ucap Lea dan mengerlingkan bola matanya.
"Hehehe, gitu yah. Sorry deh." sahut Karin cengengesan kemudian mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya berbentuk V.
Ke-tiga sahabatnya itu, hanya merespon dengan memutar bola matanya malas.
"Fajar emang mau kemana buru-buru kayak gitu sampai kepleset?" tanya Karin kepada sahabatnya itu.
"Lu budeg apa ogeb sih Rin?" oceh Dira.
"Emang kenapa sih? Ada apa?" kata Karin.
"Si Bryan, Rin. Bryan lagi brantem ama kakak kelas. Maka dari itu, anak-anak banyak yang keluar." jelas Fera.
"Owhh. Apa! Bryan brantem?" kata Karin lirih kemudian tersentak setelah menyadari perkataan Fera.
"Yeah, dibilangin malah ngeyel." sahut Lea.
"Gue mau liat Bryan." kata Karin kemudian beranjak dari bangkunya hendak menuju keluar kelas.
"Rin. Tunggu, Rin." teriak ke-tiga sahabatnya, tetapi Karin tak mengubrisnya.

**************** 

Satu langkah lagi, Karin akan melangkahkan kaki menuju luar kelas. Tetapi harus ia urungkan niatnya itu, karena pintu kelas tiba-tiba didobrak dari luar dengan begitu kerasnya. Yang kemudian menampakkan sosok orang yang saat ini berlarian di pikirannya.

Karin terdiam dan termenung di depan pintu. Ia bersyukur orang yang ia khawatirkan baik-baik saja, walaupun sudut bibirnya robek dan mengeluarkan darah segar serta mata sebelah kanannya membengkak dan melembam mungkin karena terkena pukulan terlalu keras.

Sepersekian detiknya, Karin tersadar. Dia membalikkan badan dan memberanikan diri untuk menghampiri Bryan. 

"Bry lu gak papa?" tanya Karin takut-takut.

Bryan mendongakkan kepalanya, kemudian membenamkan kembali wajahnya diantara kedua tangannya yang berada di atas meja dan tak mengubris pertanyaan Karin. Karin terdiam sejenak. Nyalinya menciut karena Bryan tidak mengubris pertanyaan dirinya. Namun, bukan Karin namanya jika tidak keras kepala. Karin memberanikan diri untuk bertanya lagi. Ia tidak peduli jika Bryan semakin membenci dirinya. Yang ia pikirkan saat ini hanya keadaan Bryan. Yah hanya itu.

"Bry, lu gak pa..." kata Karin terpotong karena mendapat sentakan dari Bryan.

"Gue gak papa! Berisik lu!" sentak Bryan dengan begitu kerasnya.

Karin hanya menunduk, dia takut sangat takut dengan sikap Bryan yang keras seperti ini.

Melihat Bryan sedang membentak Karin, Tara dan Alva datang kemudian menyuruh Karin untuk pergi.

"Rin, maaf mendingan sekarang lu pergi dulu deh. Bryan butuh istirahat." kata Tara sambil memegang sebelah pundak Karin.

Karin mengiyakan ucapan Tara. Ia mengerti saat ini bukan saat yang tepat, Bryan sedang emosi jadi wajar saja jika tadi Bryan membentak dirinya.

****************

Saat yang di tunggu-tunggu telah tiba. Bel pertanda pelajaran berakhir telah berbunyi. Banyak siswa berhamburan untuk keluar kelas setelah selesai membaca doa dan setelah guru yang mengajar mengucapkan salam.

Karin menengok ke arah tempat duduk Bryan. Dia memakai topi untuk menutupi wajahnya yang lembam. Karin memalingkan wajahnya setelah merasa cukup melihat keadaan Bryan. Ia tidak khawatir lagi, karena sepertinya Bryan baik-baik saja.

Karin kemudian melenggangkan langkahnya keluar kelas. Ia berjalan dikoridor kelas yang sudah mulai sepi.

Ke-tiga sahabatnya sudah pulang dari tadi. Lea terburu-buru karena sudah di jemput oleh kakaknya. Dira terburu-buru karena sudah ditunggu oleh adik kelasnya untuk pulang bersama karena bersepeda. Sedangkan Fera, dia terburu-buru karena perutnya sudah keroncongan (hahaha ada-ada aja emang si Fera😂).

Sesampainya di pintu gerbang, Karin tidak melihat keberadaan Papanya. Karin mengeluarkan benda pipih persegi panjang dari dalam tasnya. Ternyata terdapat notifikasi pesan masuk. Karin kemudian membuka aplikasi berwarna hijau itu.

Papa♡
Sayang, maaf papa tidak bisa jemput kamu. Soalnya mendadak, papa ada meeting.

Karin:v
Iya pa, gak papa. Karin pulangnya naik angkot aja.

Papa♡
Oke sayang, hati-hati di jalan yah.

Karin:v
Iya pa.

Read

***

Karin menuju halte yang berada di dekat sekolahnya. Semburat jingga telah muncul di ufuk barat yang sebentar lagi akan membenamkan sang mentari.

Setelah 10 menit menunggu, akhirnya angkutan yang ditunggu tiba. Karin kemudian melenggang masuk ke dalam angkot itu, dan angkot pun mulai melaju menembus jalanan yang agak ramai oleh pekerja yang juga hendak pulang.

****************

Tbc

Happy reading guys...❤
Always stay in here guys..❤
Sorry baru bisa update hari ini🤗
Semoga kalian suka😊
Jangan lupa Vote juga Komen sebanyak-banyaknya👌
Thank's😉

Memory of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang