2. Where's he?

3.1K 353 8
                                    


| Trapped Soul |




"Astaga."

Renjun menghela nafas pelan saat menatap pantulan dirinya di cermin wastafel. Bekas dimana Jeno mencekiknya semakin memerah dan membekas.

"Bagaimana jika member dan stylist tau?" Ia mengusap wajahnya gusar.

"Iya—turtle neck—"

Renjun diam sebentar, berapa lama itu akan menghilang, apa bisa tiga hari?—lagipula Ia hanya memiliki 2 baju dengan kerah tinggi.

"Haechan ada, dia juga jarang memakainya."

Renjun berbalik keluar, menaikkan hoodie dan merapikan tudungnya, setidaknya bekas di lehernya tidak terlihat dengan mudah.

"Oh—"

Saat Renjun keluar, tak sengaja bertemu Jeno yang terlihat seperti menunggu lama berada di sisi pintu.

"A-ku ingin buang air." Kata Jeno gugup dan melewati Renjun.

"Aku juga tidak tau apa yang terjadi di antara kita— kali ini lupakan saja." Ucap Renjun tegas

Ya, Jeno ada dibalik pintu dan Renjun juga dengan mudah mengerti dengan apa yang Jeno maksud.




| Trapped Soul |




Di sinilah Jeno, menatap dirinya di pantulan cermin—sama yang seperti Renjun lakukan sebelumnya.

"Tangan sialan."

Jeno bingung bagaimana bisa tangannya reflek mencekik Renjun—Ia yakin Ia tidak mengigau.

Itu benar-benar di luar kendalinya.

"Apa yang salah sebenarnya." Ia mencoba mengingat-ingat setelah mencuci wajahnya.

"Gambar—"

"Akh." Jeno menekan ulu hatinya yang mendadak terasa ngilu hingga Ia jatuh terduduk.

"Astaga, apa lagi sekarang?"

▪︎▪︎▪︎

"Jeno mana?"

Kini ke 17 member sudah duduk di masing-masing kursi meja makan di sebelah dapur. Hari ini Kun, Taeyong, Jaehyun, Yuta dan Winwin yang memasak untuk para member. Namun hanya seorang Jaemin yang menyadari hal itu.

"Iya, aku tidak melihatnya." sahut Lucas.

Haechan mencoba melakukan kontak mata dengan Renjun dan akhirnya berhasil. Karena setaunya, hanya Renjun dan Jeno berada di dorm beberapa saat lalu.

"Terakhir di toilet." Isyarat Renjun bilang seperti itu.

Tentu Haechan tau, dorm dreamies.

"Biar aku yang mencarinya, kalian makanlah dulu." Kata Haechan dan beranjak dari duduknya.

Saat Haechan masuk dorm dreamies, tidak ada orang, di balkon juga tidak ada siapa-siapa dan pintunya tertutup walaupun tirainya terbuka.

Tanpa dugaan, Haechan samar-samar mendengar suara air, dari arah toilet mereka.

"Apa dia mandi? Berendam dengan air hangat?"

Rasa penasarannya memuncak, Haechan mencoba memastikan itu, Ia mendekat ke arah pintu toilet, hingga pijakan kakinya membuatnya sadar, air juga ikut keluar melalui celah pintu—dan tentunya akan membanjiri dorm mereka. Rasa panik Haechan membutakan segalanya.

"Jeno—jen! Kau di dalam? Buka!"

Tidak ada respon dan hanya suara air keran dan sepertinya keran wastafel—itulah yang dipikiran Haechan.

Ia mendorong keras pintu kaca buram di depannya, terasa agak sulit karena sesuatu seperti menahannya dari dalam.

Di antara celah, Haechan melihat kaki bercelana Jeans pendek yang terendam air setinggi lima senti.

"Jeno."

Haechan sempat terdiam beberapa detik sebelum menghambur masuk melalui celah karena Jeno akan terdorong jika Ia membuka pintunya lebar-lebar.

Sudah diduga. Lee Jeno terbaring tidak sadarkan diri.

Haechan buru-buru mematikan keran air dan membuka saluran wastafel yang entah bagaimana bisa menjadi buntu juga saluran air di sudut ruangan yang tertutup.

"Bagaimana ini?"

Tidak mungkin Haechan sendiri bisa menyelesaikan ini—tapi Ia tidak ingin mengganggu anggota lainnya yang sedang makan.

"Jeno bangun."

Tidak tau berapa lama ini sudah terjadi—tapi seluruh tubuh Jeno basah kuyup ditambah pendingin yang juga menyala.

"Haechan..."

Haechan melihat ke belakang saat pintunya mulai membuka.

"Hyung, tolong." Lirih Haechan saat menyadari Doyoung ada di sini.

"JENO!"

"Nanti saja bertanya, bagaimana ini." Sela Haechan.

"Ash..." Jeno meringis pelan.

"Jeno—"

Keduanya terlihat ngeri melihat Jeno langsung berusaha duduk seperti itu, ditambah wajahnya pucat sekali.

"Haechan kenapa tidak mengambil handuk, sih." Gerutu Doyoung.

"Ya, aku tidak bisa berpikir apa pun selama beberapa saat."

Setelah Haechan mengambil handuk—Doyoung menyuruhnya untuk kembali makan. Doyoung takut dengan kesehatan member akhir-akhir ini.


"Mandi sana, kau sudah tertidur di lantai—biar aku yang akan mengambil bajumu." Kata Doyoung mendorong tubuh Jeno pelan. Anak itu hanya tersenyum tipis.

▪︎▪︎▪︎

"Jeno sakit ya?" tanya Taeyong saat melihat Doyoung membawa nampan berisi makanan.


"Sepertinya, aku khawatir wajahnya pucat— dan Renjun juga sedikit aneh." Kata Doyoung.

"Aku ingin melihatnya." Taeyong mengekori Doyoung menuju dorm dreamies.

"Jeno—"

Jeno yang sedang memainkan IPadnya sontak menoleh.

"Ah, hyung." Jeno merespon dengan ucapan pelan.

"Kau sendirian, dimana yang lain?" kata Taeyong, matanya menelisik ke seluruh ruangan, mencari anak-anak lainnya.

"Katanya mau bermain basket." Jeno memjawab dengan nada pelan.

Taeyong tersenyum miris, "Mereka tidak mengajakmu?"

"Lagipula mereka tau Jeno sakit, seharusnya memang tidak usah basa-basi." Sela Doyoung yang sedang mengambil meja lipat untuk Jeno makan. Nada suaranya mendingin dan Taeyong menyadari itu.

"Makanlah." Doyoung mengambil sumpit dan memberinya pada Jeno.

"Terima kasih, hyung."

Jeno mendongak, menatap Taeyong dan Doyoung bergantian.

"Juga—mereka pergi saat aku terlelap sebentar. Jadi ya tidak masalah." Kata Jeno menjelaskan.

"Ya ya, makanlah lalu istirahat."

Taeyong mengusap surai Jeno sebentar, menyentuh dahinya lalu keluar dari dorm dreamies, sementara Doyoung masih dengan raut kesalnya.

"Jangan khawatir, aku merasa bersalah."

Jeno menatap takut ke arah Doyoung yang sedang memperhatikannya makan.

"Mana bisa, Lee Jeno?"

[2] Trapped Soul [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang