"Wajahnya lucu sekali, aku ingin mencubitnya."
Plak
Tangan Jaehyun reflek ditampar oleh Mark, "Cubitanmu itu kejam."
"Kenapa kalian sempat-sempatnya berdebat, sih." Protes Taeyong, matanya masih lekat pada wajah polos Chenle yang masih tertidur.
Taeyong juga merasa bersalah karena ini. Ia tidak tau phobia itu sangat sensitif.
"Dia sangat pucat juga, apa perlu menghubungi manajer?" Tanya Yuta.
"Aku rasa tidak perlu, Ia hanya pingsan. Suhu tubuhnya juga normal."
Chenle mulai terusik dengan pembicaraan-pembicaraan orang disekelilingnya, Ia memainkan jari-jarinya dan semua terasa normal. Tidak lengket dan amis karena darah.
Ia menghela nafas dan membuka mata perlahan, tubuhnya terasa lemas, tidak dapat dibohongi.
"Dia bangun." Kata yang tertua—Taeil yang tidak melepaskan pandangannya dari termuda kedua itu.
Chenle masih di posisi tidurnya yang miring. Ia melihat Taeyong, Taeil, Winwin dan Johnny di tempat tidur sampingnya.
"Kalian yang mencuci darah di tanganku, ya?"
Ekspresi orang-orang di dorm itu sedikit terkejut, semuanya menatap Chenle intens.
"Chenle," Taeyong mendekat, menempelkan punggung tangannya di dahi Chenle.
"Tubuhmu menghangat."
"Tanyakan pada petugas kenapa saluran airnya mengeluarkan darah bukan air." Kata Chenle pelan.
Jisung ingin menangis melihatnya, anak itu takut Chenle kenapa-kenapa.
"Darah?" gumam Jisung.
"Chenle mengigau ya—" kata Jeno pelan.
"Aku tidak mengigau!" nada suara Chenle meninggi bersamaan dengan tetesan airmata yang jatuh dari kelopak matanya yang terpejam.
"Sttt."
Taeyong mengintruksikan yang lainnya untuk diam, "Iya nanti hyung tanyakan."
▪︎▪︎▪︎
"Lucas hyung!"
Lucas yang menuruni tangga menoleh ke belakang, "Ada apa Chan?"
"Let's go to rooftop."
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Trapped Soul [✔]
Mystery / Thriller[15+] | E N D | Ia bilang, nyawa harus dibayar dengan nyawa. ©hleover, 2019. *ekstra chapter sudah di hapus.