3. Truth and Dare

2.5K 347 19
                                    

Haechan,


bohong jika Ia tidak memberitahu siapa-siapa.

Sekarang Ia berada di lantai dasar bersama Mark, artinya mereka menuruni enam lantai.

Tidak lupa memakai topi dan masker hitam, mereka duduk di sofa sudut kafe.

"Ada apa sampai harus kesini."

Mark tentu yakin ini benar-benar penting sampai mereka tidak bisa berbicara di dorm dan Ia juka yakin jika Haechan akan memgatakan beberap hal yang sempat menjadi tanda tanya dipikirannya.

"Aku sebenarnya tidak ingin memberitahumu, hyung—"

"Lalu kenapa kau mengajakku ke sini Haechan? Katanya ada yang mau dibicarakan." Nada suara Mark sedikit meninggi.

Haechan mendengus, "Kau memotong bicaraku."

"Tidak, hanya bercanda—kenapa?" Mark kembali dalam mode serius.

"Renjun meminjam kaos turtle neck ku."

Mark melotot, "Apa? Hanya karena itu?"

Ya tuhan, kuatkanlah hati seorang Lee Donghyuck ini.

"Apa kau pikir aku seiseng itu?" tanya Haechan yang membuat Mark tertawa. Mark suka sekali menjahili adiknya ini.

"Renjun, Jeno—" Haechan diam sebentar.

"—feelingku merasa tidak enak, sungguh."

"Bagaimana?" Mark semakin antusias.

"Aku hanya memberitahumu ya hyung, karena aku pikir kau bisa diandalkan—jangan bilang pada Taeyong hyung bahkan manajer."

"Jangan ragukan aku."

"Baiklah, mereka berkelahi." Haechan menghela nafas berat, "Tapi rasanya mereka membohongiku."

"Bohong soal apa?"

"Latarnya...iya aku rasa itu. Lalu, tentang kita bertiga itu, kami berbohong."

"Sudah aku duga." Kata Mark, laki-laki ini sangat memahami member lain, saat sadar mereka berdua hanya diam, dan gerak-gerik yang segan, tentu terjadi sesuatu, itulah pikir Mark.

"Hal beberapa hari lalu, hanya aku yang menyaksikannya langsung—"

"Apa? Doyoung hyung juga katanya, kan?" sela Mark.

"Sebelum Doyoung hyung? Saat mereka bertengkar."

Mark menghela nafas, "Ya sudah."

"Tapi apa hubungannya dengan Renjun meminjam turtle neck." Mark hampir lupa itu.

"Jeno mencekiknya, dan itu tidak main-main. Seperti ingin menghabisi nyawanya."

"—bekasnya, astaga, ckckck." Haechan memgerutkan dahi dan berdecak, kalau diingat-ingat, suasana saat itu benar-benar  mencekam.

Mark diam, lalu melirik sekitar "Aku sependapat, mereka tidak mungkin berkelahi sampai seperti itu."

"Jadi menurutmu?" Haechan mendekat ke arah Mark.

"Ya, mungkin masalahnya terlalu sensitif."

Haechan mengusap wajahnya, "Astaga hyung, bukan itu yang aku ingin dengar."

"Jadi—"

Drrtt

Panggilan masuk di layar ponsel Mark.

[2] Trapped Soul [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang