"Jeno."
Jeno mengangguk dan mengambil satu kertas dan membacakannya.
"Ceritakan sesuatu yang mengganggu pikiranmu saat ini, yang selama ini kau diamkan."
"Wow, sangat bijak."
"Itu aku." Bisik Haechan ke Mark.
"Tentang Renjun ya, aku masih merasa bersalah. Aku ingin meminta maaf, tapi rasanya sulit."
"Kenapa?" tanya Jisung.
"—takut dia membenciku dan merasa jijik."
Lagi, semua diam. Ya sebenarnya dreamies yang lain sudah tau tentang Renjun dan Jeno yang bertengkar itu, Haechan tidak bisa berdiam diri lagi menahan masalah ini. Namun, Haechan tidak mengumpulkan pemikiran mereka kecuali pada Mark, hanya Mark yang bisa bertukar pikiran dengannya.
"Kenapa kalian sangat aneh? Biasanya sangat cepat berbaikan." Jaemin menunjuk mereka berdua, sementara yang ditunjuk hanya menunduk.
"Bukankah satu ingin meminta maaf dan satunya lagi ingin menerima maaf."
Semua menoleh ke arah Chenle, nada bicaranya tidak main-main.
"Dare nya, kau harus berbaikan dengannya sekarang juga. Aku tidak tahan melihat kalian seperti ini terus." Haechan menatap kesal pada keduanya yang kini sama-sama melihat ke arahnya.
"Lakukanlah, setelah ini lakukan apa saja padaku. Memarahiku—jangan diam-diam, atau aku akan mengadu pada manajer?" Jisung menatap penuh kemenangan pada keduanya.
"Jeno hyung, minusmu semakin tinggi kan?" lanjut Jisung.
Maknae mereka ini benar-benar. Sedikit mengancam.
"Jisung—"
"Tidak ada penolakan." Final Jisung.
Jadi mau tidak mau, Jeno harus menyingkirkan egonya. Remaja itu menatap lurus ke depannya, yang ditatap juga menatapnya teduh—tenang sekali.
"Lakukan." Senggol Jaemin.
"Hehe maafkan aku ya, aku tidak bisa mengendalikan diriku malam itu—karena aku tidak pernah sekecewa itu padamu."
"Omongan sampah macam apa ini?" batin Haechan dan tiba-tiba Jeno menatapnya, jujur Haechan sangat terkejut seakan Ia bukan membatin tapi berucap.
"Haechan, terima kasih sudah melerai kami." Jeno tersenyum dan membuat Haechan bergidik ngeri.
"Ya tentu, 00's harus akur." Sahutnya gugup.
Renjun memberanikan diri untuk menatap Jeno lebih tegas lagi.
"Akur kembali, ya." Jeno keluar dari lingkaran untuk menghampiri Renjun dan memberikan pelukan, mereka selalu melakukan itu saat kembali berbaikan.
"Gambarmu, jejak, terbuka." Desis Jeno dan langsung menepis tangan Renjun di bahunya, laki-laki bermarga Huang itu terusik dengan perubahan sikap Jeno.
"Apa?"
Mendadak Jeno merasa lemas seperti kehilangan tenaga.
"Bisa di lanjutkan?" tanya Mark.
Semua mengangguk.
"Haechan."
Haechan mengambil satu kertas dan membacakan tulisannya.
"Apa menyimpan dendam karena masalah lima bulan lalu? Jika iya, kepada siapa?"
"Astaga, pertanyaan ini tidak netral. Tapi aku akan menjawabnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Trapped Soul [✔]
Misterio / Suspenso[15+] | E N D | Ia bilang, nyawa harus dibayar dengan nyawa. ©hleover, 2019. *ekstra chapter sudah di hapus.