ѕαтυ

244 86 83
                                    

1st POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


1st POV

"Neng Raina, maaf, ya, saya nggak bisa bantu banyak."

"Nggak papa, pak. Ayah mungkin lagi banyak pikiran, saya bisa maklumin. Pokoknya Pak Yanto tenang aja, saya nggak akan lama, kok, pindahnya," ujar gue sambil susah payah nahan isakan yang mau keluar sejak tadi.

"Yaudah, neng. Semoga neng Raina sehat-sehat, ya."

"Iya, makasih, pak. Pak Yanto juga sehat-sehat, yah. Jangan suka makan yang aneh-aneh, umur segitu rentan penyakit, loh, pak," gue ketawa sendiri ama apa yang gue ucapin.

"Haha, siap, neng. Yaudah, saya matiin, ya. Assalamualaikum."

"Oke, pak. Waalaikumsalam."

Bagus.

Bahkan orang yang sama sekali nggak punya hubungan darah sama gue, lebih peduli dan sayang ke gue daripada bokap gue sendiri.

Tanpa bibubap, air mata udah merembes keluar ngebasahin pipi gue. Susah payah gue ngelap air mata pake lengan jaket gue yang sekarang udah bau ingus.

Sesampainya di tujuan, gue langsung bayar dan keluar dari taksi. Deru taksi di belakang mulai menjauh, menyisakan gue sendiri ama apartemen dihadapan gue. Gue elap pipi gue buat terakhir kalinya, dan jalan masuk ke apartemen.

time skip >>

Selesai transaksi, gue sempat ngobrol sebentar ama ownernya. Buset dah, daritadi gue susah payah nahan rasa takut gue pas ngobrol sama dia. Asal lo tahu yah, dari kecil gue paling anti sama yang namanya banci atau waria. Sialnya, owner apartemen yang gue sewa itu WARIA. Gila, kurang barokah apa hidup gue.

"Say, aku baru inget. Nanti you tinggal sekamar ama orang other, ya." Gue yang lagi minum pokari, langsung kesembur keluar, gitu aja. Mubadzir, saoloh.

"Yah, k-kok gitu, mah?" disini gue juga harus manggil dia dengan sebutan mamah. Rada absurd gimana gitu gua ngomongnya, tapi yaudahlah daripada kena hempas. Soalnya gue juga bayarnya masih nyicil, aku mah apa atuh?

"Soalnya, itu si ganteng yang sekamar sama you juga masih nyicil, honey. Trus, ngak ada lagi kamar yang kosong. Kalian pesannya juga barengan, eike pusing jadinya. Nah, biar adil, you berdua tinggal berdua, gimana? Kecuali kalau you mau pindah apartemen," ujar mamah sambil kipas-kipas manja.

Gue nunduk dan mikir, gua mana ada duit buat ganti apartemen? Soalnya disini yang paling murah. Aaargghh, pusing gue.

"Ya udah, nggak papa, dah. Tapi seriusan saya sekamar sama cowok?" dia malah cengar-cengir nggak jelas yang bikin gue makin kerasa mual. Gue pengen percakapan ini cepetan berakhir!

"Ya, its ok, lah, say. Asal kalian jangan khilaf aja, eike nggak suka suara berisik dede baby." Anjrit, nih, bencong ngomong ngelantur ke mana-mana.

"Mana kuncinya, mah?" tanya gue sambil nyodorin telapak tangan gue. "Udah eike serahin ke mas ganteng, kamu minta aja ke dia." Gue ngangguk dan jalan menuju tangga. Sebelum gue jalan menjauh, mamah sempat teriak ke gue. "Good night, darling! Inget, ya. Jangan khilaf!" Gue memutar bola mata gue, berusaha nggak peduli sama manusia berkelamin random itu.

to be continued





Hai, hai!
Jgn lupa vomment yah ;)
See you next chapt!

roomate gesrek.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang