3rd POV
Malam ini, Raina tengah bersantai di ruang tamu sambil menonton sebuah acara televisi. Di sisi lain, ada Arzel yang sedang bermain game online di kamarnya.
Saat asik-asik nonton, suara gemerisik keluar dari perutnya yang menandakan lapar. Raina berjalan menuju dapur untuk mencari persediaan mi instan. Setelah lama berkutat, hasilnya nihil. Dia tak bisa menemukannya.
'Anjir, mana laper banget lagi. Apa jalan ke minimarket, ya? Tapi diluar gelap, gak berani.'
Sesaat setelah itu, Arzel keluar dari kamarnya dan melangkah menuju dapur. Laki-laki itu menggeledah semua laci di dapur, dan ia sama sekali tak menemukan barang yang dia cari. Raina menatap Arzel dari ruang tamu dan bertanya, "Cari apaan?"
Arzel melirik Raina lalu menghela napas. "Mie Sed*p," jawabnya lesu seraya kembali menggeledah laci. Sebuah ide masuk ke kepala Raina sesaat setelah mendengar jawaban Arzel.
"Nyet, temenin gue ke minimarket, yuk. Sekalian beli mie, gimana?" tanyanya. Arzel kembali menghadap ke Raina dengan tatapan lesunya, lalu mengangguk. Sedangkan Raina hanya mengernyitkan dahi bingung.
'Ini anak ngapa dah? lemes amat kek kemangi pecel'
Nggak mau ambil pusing, Raina pun beranjak dari sofa dan mengenakan jaketnya. Ia melangkah keluar dari apartemen diikuti dengan Arzel dibelakangnya.
time skip >>
Sesampainya disana, Raina segera masuk ke dalam minimarket. Sedangkan Arzel sejak tadi cuma diam, mungkin jakunnya kena telen apa gimana nggak tahu. Raina memutar bola matanya dan beranjak menuju rak mi instan beserta dengan troli mini-nya.
Setelah mengambil beberapa, ia memutuskan untuk mengambil beberapa cemilan dan minuman dingin. Gadis itu melotot ketika mendapati Arzel yang membawa sekardus mi instan dan meletakkannya di troli.
"Ngapain beli sebanyak ini? Lu punya duit, emang?" tanya Raina seraya menunjuk ke arah kardus mie.
"Ya punya lah, nggak kayak lo yang miskin." Perempatan imajiner muncul di dahi Raina sesaat sebelum ia menjambak rambut Arzel.
"Kampret! Minta di bogem lu?" Sang pemilik rambut tak menjawab, melainkan hanya suara desisan menahan sakit yang keluar dari mulutnya. "Ampun, ampun. Lepasin, woi!"
Melihat kejadian itu, orang-orang yang ada disana pada ketawa-ketiwi. Bahkan ada yang mengabadikan aksi remaja labil yang sedang berantem tersebut.
Raina yang sadar akan hal itu, segera melepaskan cengkeramannya dari rambut Arzel, bahkan beberapa helai rambutnya ada yang rontok dan menempel di tangan Raina.
Setelah itu, mereka berdua jalan menuju kasir untuk membayar. Raina segera mengeluarkan dompetnya untuk membayar, tapi ia justru disodori kantung plastik berisi belanjaannya oleh Arzel.
"Ini, udah dibayar?" tanya Raina. Arzel menunjukkan smirk-nya dan berkata.
"Udah, nggak usah berterima kasih. Gue peduli sesama, kok." Sesaat itu juga kakinya menjadi sasaran empuk oleh Raina. "Sekate-kate, lo! Lu kata gue orang susah apa?" ujarnya. "Ya, emang gitu, kan. Singkirin kaki lu--"
"Aduh, pasangan muda. Mas mbak-nya jadi ngingetin saya sama suami saya pas masih muda," sela sang pegawai kasir yang merupakan seorang wanita berumur tiga puluh-an.
"Yah, malah baper si ibu," batin mereka berdua.
to be continued
●
●
●Enaknya dilanjut nggak? 😪
KAMU SEDANG MEMBACA
roomate gesrek.
ChickLitʕ •ᴥ•ʔ 𝙬𝙚𝙞𝙧𝙙. 𝙩𝙝𝙖𝙩'𝙨 𝙝𝙞𝙢. ⁿᵒʷ ᵖˡᵃʸⁱⁿᵍ ⁻ ᶜᵒᵐᵉᵗʰʳᵘ 1:05 ───|────── 3:02 |◁ II ▷| ∞ ↺ ...