Chapter 3

1.8K 194 12
                                    

"As if i'm a sinner I just run away
And yet again, you yell at me to go away."
- Apology

***

Yaa! Kim Hanbin!”

Yunhyeong terkesiap mendengar suara gedoran di depan pintu dorm iKON. Pria tampan yang sedang memakai celemek dan berdiri di dapur itu berdecak kesal sambil mengusap pelan dadanya untuk menenangkan degup jantung.

“Siapa itu?” tanya Jinan saat ia keluar dari kamar mandi, menatap Yunhyeong penasaran sambil menggosok-gosokan rambut yang masih basah pada handuk.

“Ayolah ini masih pagi, aish jinjja..”

Bobby setengah berteriak kesal melihat kata “Game Over” pada ponsel miliknya.

Sementara Chanwoo berdiri di sebelah Bobby dengan wajah mengantuk, sesekali menguap seraya bergumam pelan. Berjalan ke arah dapur tanpa membuka mata untuk mengambil minum.

Yaa Chanu-ya buka matamu terlebih dahulu, kau bisa menabrak sesuatu dan terluka.” Hanbin muncul dari kamar, masih memakai piyama tidur.

Meninggalkan June yang masih betah di alam kapuk sendirian. Lingkaran hitam di bawah matanya masih menuntut istirahat yang cukup. Jam tidur yang berantakan sudah menjadi bagian hidup Hanbin.

“Kim Hanbin! Buka pintunya!”

Suara itu terdengar lagi. Keempat pasang mata itu saling beradu pandang. Berbeda dengan Hanbin yang justru diam tak bergeming.

Memilih duduk di sofa dan menyalakan televisi di ruang tengah tanpa memperdulikan tatapan kesal member lainnya.

Yaa kau tuli? Jennie terus berteriak sedari tadi.” ujar Yunhyeong memperingatkan.

Hanbin terlonjak dari duduknya, sekali lagi menajamkan indra pendengaran berharap perkataan hyung-nya itu salah. Berharap bukan teriakan Jennie yang membuat hampir seluruh member berkumpul di dapur.

Aish, kenapa malah diam? Cepat hentikan suara bising itu!” Hampir saja Bobby melempar tinjunya.

***

“Hentikan.. Kau mengganggu mereka, J. Ada apa?”

Emosi yang sudah berada di ujung kepala membuat Jennie memejamkan mata, berusaha mengatur nafasnya yang memburu.

Yaa Kim Hanbin..”

Baiklah, otak Hanbin cepat-cepat mencari kesalahan yang ia perbuat hingga membuat Jennie semarah ini.

“Jelaskan padaku, apa ini?”

Tangan Jennie tiba-tiba menyodorkan ponsel miliknya. Masih tak mengerti, mata Hanbin memincing mencari hal yang Jennie perdebatkan. Buru-buru memindahkan ponsel merah muda itu ke genggamannya untuk melihat lebih detail.

Hanbin hanya menemukan beberapa foto dirinya bersama cast variety show lainnya saat di Thailand. Foto yang baru berusia dua hari dan beberapa video wawacara.

“Ini foto biasa, bukan? Aku justru tidak tahu foto-fotoku sudah banyak beredar. Wah lihat ini, fotoku bersama Yeri dan yang lain.” Tawa kecil Hanbin barusan kembali menyulut emosi Jennie.

“Foto biasa kau bilang? Fans sedang ramai membicarakan foto-foto dan videomu bersamanya. Bahkan tak sedikit yang mengatakan kalian sangat serasi!”

Jennie merebut ponsel dari genggaman Hanbin, dengan sigap membuka sebuah akun SNS yang berisi foto dan video Hanbin saat menghadiri konferensi pers dua hari yang lalu. Tak sabaran menyodorkan ponselnya di depan mata Hanbin.

Hanbin mengusap tengkuknya, “Ah.. itu-”

“Lihat caramu menatapnya! Seperti remaja yang sedang jatuh cinta. Kemarin Dahyun-sunbae lalu sekarang? Maknae Red Velvet? Heol.. Daebak.”

“J dengarkan aku-”

“Kau bahkan mengatakan padaku bahwa tak ingin hubungan kita terungkap, lalu apa harus seperti ini caranya? Kau menyakitiku, Kim Hanbin.”

Mata Jennie memanas, perasaan cemburu memang merepotkan.

“Jika kau memang sangat menyukai mereka, mari kita putus saja!”

Jennie segera melangkahkan kakinya menjauh dari depan dorm iKON, mengambil seribu langkah menjauhi pria yang masih mematung mencerna semua perkataannya.

Tangan Jennie tak bisa diam, sibuk mengusap buliran air mata yang jatuh bergantian.

“Argh! Yaa Kim Jennie! Tunggu!” Hanbin mengacak rambutnya frustasi. Mencari-cari punggung gadisnya yang sekarang sudah menghilang di antara dinding.

***

“Mwo? Kau sudah melihatnya?”

Ne, eonnie. Aku sudah melihatnya.”

“Aish, Yeri benar-benar.. Jika Suho yang melakukannya aku pasti sudah menghabisinya.”

“Bukan salahnya, ini salah Hanbin. Sudahlah eonnie, gwaenchana.”

“Yaa berhentilah berkata kau baik-baik saja. Aku tahu hatimu pasti sangat sakit saat melihatnya. Aish.. padahal aku sudah memberi tahu Yeri agar menjaga jarak dengan Hanbin.”

Eonnie tidak perlu khawatir, aku baik-baik saja.”

“Arraso, hapus air matamu. Mari bertemu malam ini, aku akan membawa Yeri agar dia meminta maaf padamu.”

Mianhae eonnie aku ada latihan malam ini, bagaimana jika lusa? Dan aku tidak ingin kau membawa Yeri.”

“Wae? Apa kau ingin aku membawa yang lain? Kai EXO?”

Yaa eonnie, aku tidak mau bertemu denganmu lagi jika kau membawanya.”

“Arraso aku hanya bercanda Jennie-ya. Baiklah sampai bertemu besok lusa.”

Ne, Irene eonnie..”

Jennie memutuskan sambungan telepon, menaruh ponselnya di nakas dalam keadaan mati. Mengabaikan Hanbin yang sudah berulang kali mencoba menghubunginya.

“Sampai kapan kau akan seperti ini?”

Sosok Jisoo tertangkap netra Jennie, menghampiri gadis yang nampak uring-uringan di tempat tidur.

Gwaenchana, eonnie..”

“Kau bertengkar lagi dengan Hanbin?”

Pertanyaan Jisoo tepat sasaran, kembali menimbulkan sengatan kecil di hati Jennie. Mau tak mau Jennie menganggukan kepala sebagai jawaban.

“Apa karena foto dan videonya saat di konferensi pers?”

“Sudah sangat populer ya rupanya?”

Jennie tertawa pedih. Mengubah posisinya menjadi duduk bersandar pada bahu Jisoo.

Visual Blackpink itu menghela nafas, tangannya bergerak mengusap bahu Jennie untuk sekedar menguatkan.

Eonnie, apakah dia hanya bermain-main denganku?”

“Kenapa kau mengatakan itu?”

Jisoo memegang kedua bahu Jennie, memaksa sepasang mata yang memerah menahan tangis itu agar menatapnya.

“Apa kau lupa perjuangan Hanbin untuk mendapatkanmu? Aku bahkan masih ingat saat kau menangis di hari ulang tahunmu karena lagu yang Hanbin buat.”

“Pria itu benar-benar membuatku mengambil keputusan gila saat itu.”


To be continued..










Vomment guys^^
Kira-kira apa yang terjadi di hari ulang tahun Jennie?

Petrichor [ Jenbin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang