3

2.4K 112 1
                                    

🌹"Hidup ini yang penting bukan berapa yang kita miliki, tetapi berapa yang bisa kita nikmati untuk kemudian kita syukuri"🌹

🍁🍁🍁


Malam itu pun  juga, Marvin telah mempersiapkan dirinya,  tentunya bukan untuk menikah dengan Azwa melainkan untuk segera pergi Dari rumah. Beberapa baju Dan dompet serta beberapa ATM yang sukses di kemasnya dalam tas ransel membuat Marvin sekilas menyunggingkkan senyumannya, ia berusaha membuka pintu kamarnya Dan Alhasil pintu kamarnya tak dapat di buka.


"Apa apaan ini?  Gue di kunci Dari luar??  Ya ampun sungguh rencana yang benar-benar gila" Marvin mengacak-acak rambutnya kasar. Ia terus mondar mandir mencari cara agar bisa keluar dari rumahnya.


"Ya, gue tau. Apa gue coba lompat aja ya?" Marvin membenarkan posisi tas yang di gendongnya lalu berjalan menghampiri balkon kamarnya.

"Duh,,  mana Ada tali di kamar gue, kalau gue turun dengan tangan kosong bisa-bisa gue di panggil Tuhan dong, mana ini Tinggi banget" akhirnya Marvin mendenguskan nafasnya kasar dan mengurungkan niatnya.

Marvin berjalan gontai kembali menuju kasurnya dan memilih tidur dengan berat hati, efek minuman Keras yang ia minum tadi sore membuat Matanya ingin terpejam kembali, ia melepaskan gendongan ranselnya lalu membuangnya kesembarang tempat. seakan rencananya untuk lari pun telah ia lupakan Karena kantuk begitu cepat menguasai dirinya.

***

Di sisi lain Azwa terlihat Mondar mandir di sisi tempat tidurnya, sama yang di lakukan Marvin 5 menit yang lalu. sedari tadi, setelah menyelesaikan makan malamnya Dan mendapat kabar bahwa besok ia akan menikah, ia tidak bisa mendamaikan hati Dan pikirannya. 

"Azwa sini nak umi mau bicara" Aisyah yang baru menyelesaikan sholat isya'nya mengambil duduk di sisi tempat tidur Dan menepuk sisi sebelahnya untuk Azwa.

"Umi secepat itukah Azwa akan menikah?? Kan tujuan awal Azwa di sini ingin menjenguk umi, tapi mengapa ini..?? " Azwa memonyongkan bibirnya, seakan hatinya menerima jika ia harus menjadi istri tuan mudanya, dan di sisi Lain pikiranya menentang itu semua, memikirkan jika dia belum saja di terima di salah satu sekolah eh sudah dapat saja jodohnya.


"Bukankan setelah kamu menemui umi kamu bilang akan menemani Umi..  hm? Bukankah kamu juga ingin menikah di usia muda untuk menjauhkan fitnah?? Nak,,  percayalah dengan pilihan umi, tuan muda tidak seburuk yang kamu pikirkan nak" Aisyah membelai rambutnya putrinya, Meyakinkan hati Anaknya yang tengah di landa kerisauan yang begitu hebat.


"Tetapi pikiran Azwa tidak yakin dengan Tuan Marvin, ia begitu dingin kepada Azwa mi, bahkan Azwa lihat ia begitu membenci Tuan Marten yang di pikir-pikir itu saudara kembarnya sendiri lo mi." Azwa menatap lekat wajah Aisyah yang juga menatapnya dengan tatapan yang begitu teduh


"Dulu mereka begitu sangat akrab Azwa, Tuan Marvin begitu hangat kepada keluarganya,  tetapi insiden Satu bulan yang Lalu membuat tuan Marvin begitu membenci Tuan Marten bahkan begitu cepat merubah semua Sifat Dan sikapnya" Kini tangan Aisyah berpindah menangkup kedua Pipi Anaknya.


"Insiden apa mi?? Bagaimana umi mengetahui semuanya?? " Azwa mengangkat sebelah alisnya memandang Aisyah penuh tanda tanya.

Alasan Syurga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang