Empat.

835 139 18
                                    

Yang selalu membuat Karissa merasa kesal ialah ketika sudah penat seharian dengan pelajaran di kelas ia malah mendapatkan kabar bahwa sepulang sekolah harus rapat dulu di ruang OSIS. Padahal Karissa sudah menyusun rencana setelah pulang nanti dia akan tidur hingga makan malam tiba, tapi semua sia-sia yang ada nanti dia sampai di rumah saat makan malam tiba.

Dan lagi-lagi yang membuatnya kesal itu sewaktu semua anggota OSIS sudah berkumpul di ruang OSIS semua malah sibuk dengan kegiatan masing-masing. Salam pembukaan rapat dilakukan setelah beberapa saat, pembicaraan melenceng dari topik yang seharusnya, dan bahkan suasana menjadi sangat ramai hanya karena mereka sibuk berbicara masing-masing.

Kesal? Tentu saja!

Karissa kan ingin cepat-cepat selesai acara rapat membuang-buang waktu ini agar dia bisa merebahkan badannya di kasur empuknya itu. Bukan malah menopang dagu dengan mata tertuju ke ketua OSIS dan pikiran yang tertuju pada kamarnya seperti yang ia lakukan saat ini.

Ya, walaupun di rumah hanya ada asisten rumah tangga tapi itu tidak mengurangi cintanya terhadap kasur. Ayahnya selalu melakukan perjalanan bisnis dan jarang sekali berkumpul bahkan diwaktu weekend sekalipun. Ibunya juga bekerja, walaupun tidak ada perjalanan bisnis. Ibunya tidak sesibuk ayahnya, Karissa pasti bertemu dengan sang Ibunda saat makan malam tiba. Tak jarang juga mereka akan bertukar cerita sebelum kantuk mendatang. Memasak bersama jika hari libur.

"Kar!!" Teriakan itu membuat Karissa tersentak.

"Hah? Iya, kenapa?" Matanya berulang kali mengerjapkan mata. Beberapa orang terkekeh kecil melihat reaksi terkejut Karissa.

"Lo denger apa yang barusan gue bilang?" Tanya Rafis--sekaku ketua OSIS.

"Eh? Tadi lo ngomong sama gue?" Rafis menganggukkan kepalanya. "Hehe, sorry gue nggak denger."

Rafis menggelengkan kepalanya.
"Jadi gini, acara amal kali ini kita mau bagi-bagi di salah satu panti asuhan. Nggak terlalu jauh sih, 15 menit dari sini juga sampai."

"Iya, terus gimana?"

"Jadwal kali ini lo yang bakal ke sana. Ya, nggak cuma lo sih. Tapi lo jadi ketuanya, semua apa-apa tanggung jawab lo."

"Loh? Kok gue sih, emang siapa aja yang terlibat? Berat loh jadi ketua." Hah, Karissa paling tidak suka jadi ketua. Walaupun katanya jadi ketua itu paling disorot, tapi Karissa benar-benar tidak suka. Ini berat, jauh lebih berat dari rindunya Dilan ke Milea. Paling malas itu ya tanggung jawabnya, kalo terjadi kesalahan pasti ketua yang harus bertanggung jawab.

"Ada Irene dan Citra."

"Kok nggak ada cowoknya?"

"Kalo bisa gue yang bakal ikut juga ke sana. Itu pun kalo sempet,"

"Terus apa-apa aja yang mau diantar ke sana udah siap?"

"Lo tenang aja semua udah beres,"

"Oke deh," hanya itu yang mampu Karissa jawab. Semakin cepat pembicaraan maka semakin cepat pula rapat itu berakhir.

***

Jum'at pun tiba. Karissa menatap dirinya dari pantulan cermin dengan ponsel yang dijepit di bahunya.

"Oke, ini gue udah mau otw kok." Ia menyambar tas selempang sebelum keluar dari kamar.

"Iya-iya, emang semua barang udah siap?" Kali ini dirinya memasuki mobil. "Lo udah di sana?"

"Kita mau ke mana, Non?" Tanya sang supir pada Karissa.

"Ke... Ke mana ya? Sebentar Mang, saya tanya temen dulu." Sang supir hanya mengangguk dan tersenyum. "Apa nama panti asuhan nya, Ren?"

Not Just WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang