Tujuh

926 117 43
                                    

Hari yang ditunggu-tunggu semua murid SMA Panca pun tiba. 17 Agustus, hari kemerdekaan Republik Indonesia dimana dari Sabang sampai Merauke ikut merayakan dengan mengadakan berbagai macam lomba. Biasa di perumahan ada pawai sepeda yang diikuti oleh anak-anak kecil dengan sepeda mereka yang dihias.

Hampir semua murid SMA Panca bergembira karena bisa bebas dari pelajaran. Perlombaan akan diadakan selama tiga hari yang berarti selain peserta lomba bisa dengan santainya berleha-leha di kelas ataupun bolos tidak masuk sekolah. Toh, mereka pikir tidak diabsen. Ya, walaupun bolos dengan memakai baju seragam sekolah dan berpamitan kepada orang tua hanya agar mendapatkan uang jajan. Sungguh perilaku yang tidak boleh ditiru!

Karissa dan para anggota OSIS lainnya sibuk dengan menjadi panitia dimasing-masing lomba. Mondar-mandir hanya memastikan peserta lomba tidak berada di tempat jauh dari aula dan lapangan.

"Kar, coba lo tanyain ke peserta udah pada makan atau belum. Pastiin ya mereka udah makan biar fokus, gue mau minta kertas buat penilaian sama guru pengujinya."

Yang enaknya jadi peserta lomba di SMA Panca itu jika belum sarapan maka pihak sekolah dengan baik hati menyediakan untuk para peserta walaupun hanya roti dan susu.

"Oke," mereka sama-sama berlalu.

Karissa mulai menanyakan satu persatu peserta lomba cerdas cermat. Dan tiba saat dia menanyakan pada orang yang sumpah demi apapun dia benci!

"Lo udah sarapan belom? Kalo belum gue ambilin roti sama susu," Karissa masih menjaga kesopanannya.

"Lo pikir muka gue ada tampang-tampang orang kelaperan? Lo tanyain aja tuh sama pacar lo yang gagu." Ujar Angel ketus.

"Biasa aja dong! Gue kan nanya-nya baik-baik."

Berhadapan dengan Angel memang membuatnya naik darah. Karissa segera berlalu dari hadapan Angel dan berhenti tepat di hadapan Gavriil. Cowok itu terlihat tidak tenang. Apa cowok itu takut?

"Hai," sapaan Karissa membuat Gavriil tersentak dan menoleh. "Lo udah sarapan? Mau gue ambilin roti sama susu?"

Gavriil tersenyum dan mengangguk kepalanya yang berarti dia sudah sarapan.

"Oke, hmm... Lo deg-degan ya? Santai aja nggak perlu takut. Gue yakin lo bisa," Karissa berujar dengan tulus, "Semangat!"

Kemudian dia berlalu dari hadapan Gavriil menuju peserta cerdas cermat lainnya.

Lomba cerdas cermat sebentar lagi di mulai. Biasanya, tahun-tahun sebelumnya lomba cerdas cermat ini diadakan per-tim dengan saling berebut menjawab pertanyaan penguji. Tetapi tahun ini berbeda, mereka kedatangan murid spesial seperti Gavriil maka perlombaan kali ini diadakan secara tertulis dengan mengerjakan 100 soal dalam waktu 60 menit.

Dan peserta cerdas cermat lebih dulu dimulai dari kelas XII.

Mata Karissa fokus menatap Gavriil yang terlihat serius mengerjakan soal. Bahkan tanpa sadar Karissa mendoakan Gavriil di dalam hatinya. Semua peserta mengerjakan dengan dahi mengkerut seakan soal yang mereka kerjakan sangat sulit bahkan keringat mulai membasahi dahi mereka masing-masing.

***

Tepat saat persiapan shalat Dzuhur dilaksanakan semua lomba sudah selesai. Dan pengumumannya akan diumumkan selepas Dzuhur.

Karissa menuju ruang guru untuk meminta hasil penilaian serta sang juara pada lomba cerdas cermat. Baru sampai ambang pintu ia mendengar beberapa percakapan para guru.

"Ternyata benar, Gavriil lebih cerdas daripada Angel."

"Iya, walaupun punya keterbatasan tetapi Gavriil tidak menggunakan alasan itu untuk patah semangat. Bahkan dia lebih baik dari ratusan murid lainnya dengan fisik yang sempurna."

Not Just WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang