Chapter 12 - Si Brandalan Sialan

43.2K 2.1K 144
                                    

Jangan lupa vote ya guys🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟

Sorry for typo..

Happy Reading
*****

Dafhin mencengkram lengan Daila kasar, ia menarik Daila keluar dari Basecamp itu.

Banyak anggota yang terheran-heran, dan bertanya pada Dafhin. Tapi sama sekali tak ia tanggapi oleh Dafhin.

Selanjutnya Dafhin memaksa Daila untuk memasuki mobil. Bukan mobil biasa, melainkan sebuah mobil sport. Daila tak tau jenis apa ini, tapi mobil ini terlihat seperti milik artis-artis terkenal luar negeri sana.

"Kak," Daila meringis saat Dafhin mencengkram lengannya semakin keras, karena menyuruhnya memasuki mobil itu.

"Masuk!"

Daila menggeleng, "Aku--"

"Tiga detik dari sekarang, "0lo nggak masuk__"

Daila membulatkan matanya,ia yakin Dafhin akan melakukan sesuatu yang diluar nalar jika ia tak masuk dalam tiga detik.

Dengan cepat Daila mengambil langkah memasuki mobil yang sudah terbuka itu.

Dafhin menutup pintunya kasar, dan berlanjut memasuki mobil dari sisi yang lain.

Setelah itu Dafhin melajukan mobilnya cepat, membuat Daila memekik kaget.

"Kak, pel__"

"Diem lo sialan!"

Daila membulatkan matanya terkejut tak melanjutkan protesnya, saat Dafhin berteriak keras mengumpatinya. Sungguh hati Daila sakit, diumpati seperti itu.

Daila terus merapalkan doa, agar ia bisa selamat dari bahaya maut yang diciptakan Dafhin. Sungguh ia tak habis pikir dengan Dafhin yang melajukan mobil ini begitu kencang, untung jalanan ini cukup lenggang.

Citttttt,

Duak,

Gedebugh..

Dafhin menghentikan mobilnya tiba-tiba dipinggir jalan, membuat tubuh Daila yang tak siap, terjatuh dari jok mobil. Sebelum dahinya membentur dashboard mobil keras.

"Awssss,," Daila meringis kesakitan, dahi dan tubuhnya sakit.

Daila ingin sekali memaki Dafhin yang mengerem tiba-tiba. Dan membuatnya harus menerima dahinya kejedot dashboard mobil ini. Tubuhnya juga sampai merosot terjatuh kebawah, karena ia lupa tidak memakai sabuk pengaman.

Daila ingin menangis rasanya, saat melihat Dafhin sama sekali tak melakukan apa-apa sebagai bentuk pertanggung jawaban sudah membuatnya kesakitan seperti ini. Dafhin malah menatapnya datar ia yang masih berada dibawah.

Dengan susah payah Daila mengangkat tubuhnya, agar kembali duduk dikursi penumpang.

Daila masih merasakan dahinya berdenyut, sakit. Ia benar-benar ingin menangis. Sialan!

"Hiks,"

Dan akhirnya Daila benar-benar menangis.

"Hiks," Daila mengusap dahinya yang mungkin sekarang sudah benjol itu.

"Hiks, sakit, hiks." Air mata Daila mengucur keluar, ia menangis keras, tanpa memperdulikan jika Dafhin akan memarahinya. Ini juga gara-gara Dafhin bukan.

"Hiks, Hiks."

"Ck, cengeng."

Daila semakin mengeraskan tangisnya, saat Dafhin dengan seenak hati malah mengatainya cengeng. Ingin sekali Daila membenturkan kepala Dafhin ke-dashboard mobil dengan sekeras-kerasnya, seperti dahinya yang membentur dashboard itu tadi. Dafhin tidak tau seberapa sakitnya ke jedot dashoard mobil.

PSYCHO D [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang