Insecurity : 1.

256 50 1
                                    

hari itu bisnis tidak begitu ramai tapi tidak sepi juga, setidaknya jisung masih bisa bersantai-santai, tidak seperti hari lain yang memiliki lunch rush melebihi antrian sembako. sungguh, woojin benar-benar harus mencari pegawai tambahan jika melihat antusiasme pelanggan mengingat mereka mendirikan cafe ini di sekitar universitas. changbin di sebelahnya masih sibuk membersihkan gelas espresso shot, sedangkan jeongin masih membereskan meja.

jisung bosan, sangat bosan. ia memutuskan untuk melihat list yang menunjukkan jadwal mereka untuk menemani pelanggan. mengingat hari ini hari rabu, yang berarti adalah jadwalnya untuk menemani pelanggan. seperti biasa, ia melihat nama felix dalam list itu yang berarti pemuda ber-freckles itu masih membutuhkan bantuannya. ia juga melihat nama-nama noona yang biasa menjadi langganannya.

jisung tidak bisa dibilang sebagai pendengar yang baik, ia sebenarnya lebih suka berbicara dibandingkan mendengar orang lain bicara. tapi karena sesuatu di masa lalu, ia mencoba menjadi pendengar, dan dengan bekerja di cafe ini ia bisa bekerja untuk mendapatkan uang tambahan sekaligus belajar mendengarkan. kadang kala ia masih merasa sakit jika mengingat masa lalu nya, sebenarnya ia sama sekali tidak dendam, tapi bukan berarti ia tidak tersakiti.

"sung! jisung!" 

pemuda berambut merah itu menengok ke arah changbin yang berkacak pinggang di sampingnya, ia tersenyum gugup melihat wajah changbin yang semakin galak.

"itu daftar pelanggan happy hour? hari ini giliranmu kan?"

jisung mengangguk riang, ia mengangkat kertas putih itu dan menunjukkan nama-nama orang yang meminta bantuannya sebagai teman cerita. changbin mengamati nama-nama yang ada, mengerutkan dahinya saat melihat nama laki-laki di antara perempuan yang ada di list itu.

"felix?" tanya changbin pada jisung.

"oh, felix! dia seumuran denganku lho, hyung, dia baru beberapa bulan di sini. sebelumnya dia di australia, terus karena aku satu-satunya yang lumayan fasih bahasa inggris jadinya...," jisung memotong kata-katanya sendiri setelah tersadar, "ah, aku bicara kebanyakan lagi ya, hyung?"

jisung terlihat tidak nyaman dengan kenyataan itu. ia melihat ke arah changbin dengan takut-takut, yang dibalas dengan pandangan tidak terkesan dari changbin.

"sung, sudah aku bilang, aku nggak masalah kalau kamu ngoceh kayak gitu, aku bukan..."

krincing!

"selamat datang di Stray Cafe, mau memesan apa?" changbin membalikkan badannya ke depan, jisung hanya menghela napas dan kembali mengerjakan pekerjaannya.

saatnya kembali bekerja.

ʕ'•ᴥ•'ʔ

"hei, felix, bagaimana kabarmu?"

pemuda berambut blonde yang mendudukkan dirinya di depan jisung itu terdiam sebentar sebelum tersenyum, berhasil mengartikan kalimat jisung, "aku baik-baik saja."

jisung tersenyum, ia tidak berpikir jika aksen felix aneh, ia pernah mengalami hal yang sama ketika ia baru kembali ke korea dari malaysia. dulu ia pernah tinggal di negara lain karena pekerjaan ayahnya dan mereka baru kembali ke sini saat jisung sudah masuk sma. ia masih ingat saat teman-temannya menertawakan aksen koreanya yang sedikit berubah, aksen malaysia masih terbawa saat ia kembali ke korea. tapi ia berhasil membungkam mereka saat pengucapan bahasa inggrisnya lebih fasih dari kebanyakan teman-temannya.

"let's try to speak in korean today? i'll speak slowly for you."

ia melihat felix mengangguk ragu-ragu, masih terlalu takut untuk menggunakan bahasa yang sama sekali asing untuknya. jisung tersenyum sebelum menanyakan bagaimana hari-hari felix selama seminggu ini, yang dibalas pemuda lainnya dengan terpatah-patah, terkadang felix harus menggunakan bahasa inggris jika ia tidak tahu kalimat apa yang harus digunakan.

sepertinya menggunakan bahasa korea secara berturut-turut membuat tingkat stres pemuda di depannya meningkat, sehingga felix terlihat sangat frustasi sampai ingin menangis. melihat itu jisung memutuskan untuk mengasihani felix dan kembali menggunakan bahasa inggris.

"hey, it's okay, you've tried hard, we can use english again now."

"i am sorry, i know my accent was pretty bad, i am sorry!" felix meletakkan kepalanya di atas meja, sedikit membenturkannya agak keras hingga jisung agak sedikit terkejut.

"it's okay, you did well."

jisung mulai membawa felix untuk membicarakan bagaimana kelasnya, bagaimana kabar sepupunya yang tinggal bersama felix. ia berusaha mengembalikan fokus felix ke arah yang lebih baik, karena ia tahu sangat sulit untuk mempelajari suatu bahasa dalam waktu singkat.

"thank you so much, peter," felix tersenyum sangat lebar, mengucapkan terima kasih kepada jisung yang sudah sekian kalinya menemaninya berbicara.

"sama-sama, lix."

jisung balas tersenyum sambil melambaikan tangan hingga sosok felix hilang di balik pintu, ia menghela napas panjang. woojin berjalan mendekatinya, memiringkan kepalanya isyarat bertanya kepada pemuda yang lebih muda itu.

"dia mengalami kesulitan, hyung. dia masih merasa minder, aku juga tidak tau apa dia punya teman di kampusnya," woojin tersenyum kecil, "setidaknya dia punya kamu di sini, mungkin kalian bisa bertukar nomor lain kali? kalian bisa jadi teman."

jisung mengangguk, woojin hanya bisa menepuk punggungnya dan memintanya untuk beristirahat. jisung menghela napas lagi sebelum kembali ke tempatnya di samping changbin yang memandangnya dengan bingung. jisung hanya menggeleng sebelum membersihkan gelas yang ada di meja.

jeongin membalik plang 'open' menjadi 'close'.

ʕ'•ᴥ•'ʔ

hai, chimaek di sini! maaf buat yang udah baca chapter ini, akhirnya saya ngerombak sistemnya pakai sistem book aja, jadinya sistemnya.... saya bakal nyeritain satu pasangan sampai selesai baru saya pindah ke pasangan lain. biar saya nggak bingung juga sih, maaf ya malah bikin bingung kalian. 

dasar aku :(

jadi untuk book pertama, kita sambut... jisung dan pasangannya, minho! untuk karakter dan pasangan lainnya, bakalan muncul di setiap book juga karena timeline nya sebenarnya sama cuma setiap book nanti fokusnya beda pasangan. gitu lho maksud saya, maaf saya labil banget ya

dasar aku (2) :(

sekian dari saya, terima kasih atas perhatiannya! chimaek out!

STRAY CAFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang