Insecurity : 4.

117 33 5
                                    

"makasih buat kerja samanya, teman-teman," minho membungkuk sambil tersenyum lebar, mengucapkan terima kasih kepada kru nya setelah selesai busking.

mereka baru saja selesai membereskan sound system yang mereka gunakan, kini giliran minho dan juyeon untuk mengembalikannya ke persewaan, membuat mereka menjadi satu-satunya yang tersisa di trotoar jalan itu.

"ho, tau soal cafe yang di ujung jalan itu nggak? aku lupa namanya, tapi namanya hampir mirip sama nama kru kita," tanya juyeon saat ia menggulung kabel di sebelah minho.

"nggak tau, yeon, aku jarang ke cafe. paling mentok aku ke kafetaria kantor, memang kenapa?"

"katanya mereka ada service semacam minjemin karyawan mereka buat jadi temen cerita gitu, bikin penasaran kan?"

minho memiringkan kepalanya, "kayak host club?", yang membuatnya mendapatkan pukulan di kepala dari temannya itu.

"enak aja, asal ngomong kamu."

minho menggerutu, mengelus kepalanya yang menjadi korban kekerasan juyeon, menyumpahi pemuda itu dalam hati jika ia sampai terkena gegar otak. juyeon menjelaskan cara kerja tempat itu dengan detail, minho jadi penasaran darimana pemuda itu mendapatkan ide yang begitu banyaknya.

"kamu langganan di sana? kok tau banyak?"

juyeon memandangnya datar, "muridku ada yang punya teman pekerja di sana, sekalian aku tanya-tanya. mungkin kamu bisa ke sana, dibanding cerita ke aku terus, bosen aku."minho menyenggol temannya itu dengan pinggangnya, membuat pemuda itu nyaris terjungkal. juyeon menghela napas keras, nyaris menendang pemuda lainnya saking kesalnya.

"sabar, juyeon, sabar, orang sabar uangnya banyak."

ʕ'•ᴥ•'ʔ

siang iti minho baru saja bertemu salah satu klien nya di sekitar hongdae saat ia melewati cafe yang disebut-sebut oleh juyeon. ia berhenti berjalan, melihat ke arah pintu cafe yang menunjukkan suasana di dalam bangunan hitam putih itu. merasa penasaran, akhirnya minho memutuskan untuk mencoba masuk.

"selamat datang di Stray Cafe, mau memesan apa?" minho mengerjapkan matanya saat melihat dua orang pemuda, salah satunya terlihat cukup menyeramkan sedangkan satunya lagi terlihat cukup manis.

'perpaduan macam apa ini?' pikirnya dalam hati.

minho mendongak, melihat menu yang mereka sajikan sebelum memesan flat white, minuman standar yang biasa ia pesan saat tidak tahu apa yang harus diminum. pemuda manis yang menjadi kasirnya mengangguk, menyebutkan nominal yang harus dibayarnya.

"mau menunggu atau diantar, minho-ssi?" minho mendengar pemuda itu bertanya, "diantar saja, terima kasih."

minho tidak sempat melihat name tag yang digunakan, karena pemuda itu sudah membalikkan badannya dan melayani pelanggan lain yang berada di belakangnya. ia memutuskan untuk masuk ke dalam dan mencari tempat. lantai satu sudah cukup penuh sehingga ia memutuskan untuk pergi ke atas, lantai dua masih tergolong sepi hanya diisi oleh mahasiswa yang mengerjakan tugas mereka di laptop.

minho jadi mengingat saat ia harus mengerjakan tugas-tugasnya dulu, membayangkan saat di mana ia hampir harus memotong jarinya karena tidak sengaja tertempel oleh lem membuatnya sedikit ngeri. ia mengambil tempat di dekat jendela, sebuah meja dengan sofa, dan mengeluarkan ponselnya untuk mengabari juyeon.

"permisi, tuan, ini pesanan anda. satu flat white untuk minho," kata seorang pelayan dengan wajah seperti beruang, "terima kasih, uh, woojin-ssi. maaf kalau boleh saya bertanya."

STRAY CAFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang